Jangan Cuma Serunya, Pikir Juga Soal Risiko Jika Menikah Muda

fitriandiani diperbarui 05 Jan 2018, 14:16 WIB

Fimela.com, Jakarta Menikah muda mungkin telah jadi impian bagi sebagian orang. Apalagi jika sudah mengatasnamakan agama, pernikahan seperti satu-satunya tujuan besar dalam hidup yang harus dicapai sesegera mungkin. Padahal, pernikahan itu kompleks.

Orang-orang yang berkeinginan besar untuk menikah di usia muda mungkin belum memahami kompleksitas dalam pernikahan itu sendiri. Sebab kalau sudah, mereka akan berpikir dua kali sebelum memutuskan untuk menikah di usia muda.

Jangan cuma berpikir bisa bermesraan dengan kekasih tanpa melanggar norma sosial, jangan pula cuma berpikir soal 'lucunya' jadi ibu muda. Semua bayangan tentang keseruan menikah muda itu datang bersama risiko dan tanggung jawab yang tak sedikit.

Pasti, menikah itu bisa sangat menyenangkan. Tapi seperti hubungan lainnya, pernikahan juga memiliki ujiannya sendiri. bagi yang belum sepenuhnya siap, ujian tersebut akan membuat pernikahan terasa seperti beban.

Jika kamu ingin menikah di usia muda, setidaknya perbanyak dulu wawasanmu tentang kehidupan berumahtangga. Bukan cuma yang senang-senangnya, tapi juga ujiannya. Pikirkan apa yang kamu lakukan jika itu terjadi, dan bagaimana kamu bisa mencegahnya agar hal itu nggak terjadi.

Untuk membantu mengimbangi pikiran bahagiamu tentang menikah muda, di bawah inilah 'kerugian' yang mungkin akan kamu tanggung jika kamu menikah muda.

What's On Fimela
2 dari 7 halaman

1. Belum matang secara psikologis

Well, seiring berjalannya kamu memasuki fase baru dalam hidupmu, akan ada banyak petualangan baru yang menanti. Petualangan ini nggak selalu seru, kadang malah bisa membawamu pada titik terendah dalam hidup. Jika secara psikologis kamu masih labil, maka ini bisa jadi bencana.

3 dari 7 halaman

2. Rentan perceraian

Sensus nasional yang bekerja sama dengan UNICEF pada 2012 menunjukkan satu dari empat anak perempuan menikah sebelum usia 18 tahun, dan dari pernikahan tersebut, berdasarkan pengamatan Badan Kependudukan dan Keluarga Bencana Nasional dari data di KUA, jumlah perceraiannya mencapai 50%.

4 dari 7 halaman

3. Lebih banyak merepotkan keluarga

Pernikahan disarankan dijalani oleh orang yang sudah dewasa baik secara usia maupun psikologis, salah satunya karena diharapkan ia dapat memahami tanggung jawab atas keputusan yang ia ambil, juga tanggung jawab terhadap keluarga barunya kelak. Nah, jika kamu belum siap memenuhi tanggung jawab bahkan untuk dirimu sendiri, bagaimana kamu bisa memenuhi tanggung jawab dalam keluarga dan bahagia dalam pernikahan tersebut? Hal ini juga berlaku dalam soal finansial, lho. Apakah kamu sudah siap?

5 dari 7 halaman

4. Berpotensi mengorbankan pendidikan dan karier

Sengaja atau nggak disengaja, langsung ataupun nggak langsung, pernikahan akan masuk dalam deretan daftar prioritasmu. Mungkin itu akan menggeser pendidikan dan karier. So, kalau kamu belum siap mengorbankan hal tersebut, jangan gegabah memutuskan untuk menikah atau kamu nggak akan merasa fully content.

6 dari 7 halaman

5. Kehilangan kesempatan menjelajah lebih jauh di masa muda

Katanya, yang bikin seseorang dewasa dan bijaksana itu waktu, pengalaman, bahkan kesalahan yang dilakukan di masa muda. Jika kamu belum puas menjelajah itu semua, kamu akan 'kehausan' dalam perjalanan berumahtangga. Sayangnya, kamu nggak bisa mengulang waktu dan kesempatan untuk melakukan itu semua.

7 dari 7 halaman

6. Berisiko kesehatan

Dikutip dari situs bkkbn.go.id, ada beberapa risiko kesehatan yang akan timbul dari pernikahan dini, yaitu darah tinggi yang bisa menyebabkan kejang-kejang, perdarahan, bahkan kematian padi ibu atau bayi, belum siapnya sel telur pada wanita, hingga membesarnya risiko terkena kanker serviks. Bukan cuma ibu, bayi yang dikandung ibu saat tubuhnya belum siap (biasanya berusia di bawah 20 tahun) pun bisa mengganggu pertumbuhan si bayi antara lain stunting (kuntet), berat badan rendah, hingga rentan terkena penyakit jantung dan pembuluh darah.

Dengan berbagai risiko tersebut, menikah muda memang tidak seharusnya dilakukan tanpa pertimbangan matang, kan?