Karena Opick, Rombongan Melly Goeslaw Diterima di Kamp Pengungsi

Dadan Eka Permana diperbarui 26 Des 2017, 22:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Melly Goeslaw dan rombongan kemanusiaan dari Indonesia akhirnya bisa menapakkan kaki di kamp pengungsian Kilis di kawasan perbatasan Suriah-Turki. Kamp ini menampung pengungsi asal Palestina, Suriah, dan lainnya.

Bukan tanpa perjuangan, karena mereka harus mendapatkan izin dari otoritas terkait. Padahal, kedatangan Melly dan rombongan sudah bekerjasama dengan LSM terbesar di Turki bernama Hayat Yolu. Hampir saja mereka tak bisa masuk ke kamp pengungsian.

 

Melly Goeslaw tak mampu lupakan anak-anak Palestina. [foto: instagram/melly_goeslaw]

"Hampir enggak bisa masuk kami ke sana karena memang enggak banyak yang bisa masuk ke sana. Kami bekerja sama dengan LSM yang ada di Turki namanya Hayat Yolu, itu LSM terbesar yang menampung LSM-LSM di seluruh dunia yang mau mendonasikan dana untuk penampungan Palestina," kata Melly di kediamannya, kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, Minggu (24/12/2017).

"Tadinya ada dua orang yang turun, enggak dapat izin lah, dipersulit. Bang Opick turun akhirnya alhamdulillah salah satu di kantor itu tahu kalau Bang Opick ini adalah penyanyi religi dari Indonesia. Akhirnya kami diperbolehkan ke penampungan di Kilis. Kami didampingi akhirnya syukur alhamdulillah," lanjutnya.

 

Melly Goeslaw, Opick, dan rombongan saat mengunjungi pengungsi Palestina. (Istimewa)

Melly memberikan sedikit deskripsi kondisi kamp pengungsian tersebut. Tak bisa menerjemahkan apa yang dilihatnya secara langsung tentunya, mengenai penderitaan anak-anak di bawah usia yang harus kehilangan kedua orangtuanya karena konflik bersenjata.

"Ada dua penampungan, yang satu di kamp. Kamp-kamp buatan sana sih bagus ya, kayak rumah panggung tapi dari besi apa aluminium gitu. Baguslah. Bukan camp yang kayak Pramuka itu. Itu satu camp diisi oleh enam orang, empat dewasa dua anak," imbuh Melly.

 

Melly Goeslaw, Opick, dan rombongan saat mengunjungi pengungsi Palestina. (Istimewa)

"Empat dewasa ini juga bukan keluarga. Mereka enggak saling kenal tadinya. Anak-anaknya juga bukan anaknya, ada yang kebawa sama tetangganya. Ibunya enggak tahu dimana, kalau ayahnya rata-rata enggak bisa melarikan diri karena perang itu," ucap Melly.

Selain kamp penampungan tersebut, pemerintah Turki juga menyediakan bangunan semacam ruko yang tak berfungsi. Melly merasa miris karena tempat tersebut tidak memiliki pintu yang melindungi dari hawa dingin sampai 2 derajat celcius.

 

"Kayak komplek gitu ya. Itu seperti ruko-ruko tapi enggak berfungsi, enggak ada pintu-pintu, dipinjami sama pemerintah Turki untuk dipakai sama orang Palestina. Nah itu juga ngenes ya karena enggak ada pintu," ujarnya.

"Kita saja nginep di hotel itu berpintu dan sebagainya masih kedinginan banget. Di sana lagi dingin ekstrim, 2 sampai 3 derajat ya mereka harus bertahan hidup seperti itu. Jadi kita waktu kesana kita kasih alat pemanas untuk kebutuhan musim dingin, sembako sudah pasti terus uang juga, selimut, jaket-jaket sama tempat tdur," tutur Melly Goeslaw.