Fimela.com, Jakarta Banyak hal yang bisa dilakukan setiap orang untuk memperjuangkan cintanya. Seperti halnya Judika yang akhirnya bisa menikahi wanita idamannya, Duma Riris. Sebelum menikah dan dikaruniai dua orang anak, hubungan Judika dan Duma Riris sempat mengalami penolakan dari pihak keluarga. Lantas, bagaimana keduanya bisa melewati masa itu?
***
Setelah berjuang sekian tahun mempertahankan cinta mereka, pasangan yang memiliki nama lengkap Judika Nalon Abadi Sihotang dan Duma Riris Silalahi menikah pada 31 Agustus 2013 di Gereja HKBP, Balige, Toba Samosir, Sumatera Utara.
Dan, perjuangan panjang demi mencapai mahligai pernikahan yang mereka lalui sudah lengkap dengan kehadiran dua orang anak bernama Cleo Deomora Sihotang dan Judeo Volante Sihotang.
Kini, dengan formasi lengkap untuk ukuran keluarga, Judika dan Duma Riris siap menyambut natal keempatnya sebagai sebuah keluarga yang utuh dan penuh dengan kebahagiaan.
"Ini natal ke empat sih (sebagai keluarga). Jadi waktu natal pertama itu bahagianya lebih banget karena baru disetujui, baru menikah, punya anak, terus natal. Itu tahun pertama itu happy banget. Natal kedua pun kita bahagia banget karena Cleo mau punya adik, lahirnya Februari, jadi lagi hamil gede. Natal ketiga itu kita pulang kampung bawa anak-anak ke rumah opungnya. Sekarang (tahun ini) kita natalan di Jakarta sama mertua, jadi happy tiap tahun," ujar Duma Riris saat berbincang dengan Bintang.com di kediamannya, kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.
Melalui sebuah wawancara eksklusif, Duma Riris dan Judika pun mau bercerita bagaimana perjuangan cinta dan kasih sayang Tuhan akhirnya membuat mereka berjodoh untuk hidup bersama sebagai sebuah keluarga. Disamping itu, keduanya juga menjelaskan apa yang menjadi tradisi keluarganya saat merayakan momen natal.
Kekuatan Doa yang Membuat Judika dan Duma Riris Tetap Bersama
Sudah menjadi rahasia umum jika sebelum menikah, hubungan Judika dan Duma Riris sempat ditentang oleh pihak keluarga Duma Riris. Judika yang kala itu tengah merintis karier bernyanyi pasca menjadi jebolan ajang pencarian bakat pun membuktikan kekuatan cinta serta pertolongan Tuhan punya andil sangat besar untuk dirinya memiliki keluarga yang bahagia.
Sempat mendapat tentangan dari keluarga, apa yang membuat seorang Judika mau berjuang untuk Duma Riris?
Judika: Aku dari dulu salah satu orang yang percaya sama apa yang aku imani. Dulu dari awal pun nggak gampang ngejar dia. Selama hidup, dia yang paling susah didapatkan. Aku ngomong cinta saja dia jawabnya tiga bulan kemudian. Dari keluarga, aku memang ngerasa perjuangan aku nggak gampang, tapi yang bikin aku yakin adalah aku berdoa sama Tuhan, 'Tuhan kalau memang dia (jodohku), kasih tanda- tanda. Kalau bukan, tutup jalannya'. Artinya aku biasa komunikasi sama Tuhan (soal jodoh) dan biasa dikasih tanda-tanda makin jauh (kalau tidak Jodoh). Kalau sama dia masalahnya makin banyak tapi nggak ada pintu yang tertutup, aku cuma disuruh fight, nabung, jadi buat aku itu tantangannya positif.
Bisa dibilang mendapat tantangan dari orangtua Duma untuk membuktikan jika kamu layak untuk menikahi anaknya?
Judika: Jadi aku justru bersyukur waktu itu mertua nyuruh aku kerja. Dulu orang batak, seniman, itu dianggapnya nggak ada masa depannya. Sementara dia Putri Indonesia jadi banyak yang suka apalagi orangtua pasti mau yang terbaik (untuk Duma). Justru aku pikir ini orang memang layak diperjuangkan. Saat aku ketemu dia juga, memang nggak ada yang lain yang masuk pikiran aku selain dia.
Musisi biasanya identik dengan banyak wanita, apa yang membuat sosok Duma Riris layak diperjuangkan?
Judika: Dia memang karakternya gitu, nggak gampang mengiyakan, tapi sekalinya iya, komitmennya luar biasa. Makanya perjuangan itu buat aku sangat worth it sama apa yang Tuhan kasih. Ini luar biasa. Jadi aku tahan sampai tiga hari nginep di mobil di depan kosan dia karena ribut. Aku mau minta maaf itu tiga hari dia nggak keluar-keluar, dan itu namanya jodoh lah. Setelah 5 tahun dikasih jalan setapak demi setapak tapi akhirnya jadi.
Cukup lama berjuang bersama artinya kalian sudah sangat mengenal pasangan masing-masing. Setelah menikah, adakah perubahan?
Judika: Aku malah makin amaze sama dia karena dulu belum punya anak, sekarang sudah punya anak. lihat dia nggak tidur, kayak tangannya ada ribuan. Kalau dia sakit mungkin selesai semuanya.
Duma Riris: Iya ibu tuh kayaknya nggak boleh sakit, kalau sakit tuh berantakan semuanya. Kalau dulu prioritasnya kerja, sekarang anak nomor satu.
Hampir lima tahun berumah tangga, bagaimana cara kalian melewati setiap masalah yang ada?
Duma Riris: Sebisa mungkin masalah besar kita buat jadi kecil, masalah kecil kita tiadakan. Karena capek gitu harus berantem lagi, nggak ada waktunya. Kalaupun ada marahan paling sebentar, karena kita sama-sama punya komitmen dan ada anak, itu prioritas dan kita harus kuat apapun itu alasannya.
Apa benar Judika tipe laki-laki yang cemburuan?
Judika: Aku nggak cemburuan. Aku cemburu itu biasanya kalau benar (ada yang nggak beres). Aku orangnya spontanitas, aku jarang lihat dia yang bikin aku cemburu gitu.
Duma Riris: Dia juga nggak terlalu pencemburu sih. Dia nggak pernah cemburu.
Judika: Kalau aku cemburu pasti ada yang cedera nih, hahaha.
Duma Riris: Iya dia emosian, hahaha.
Lantas, apa makna berkeluarga bagi kalian berdua?
Judika: Berkeluarga itu ya menjalankan satu step kehidupan yang baru, dari kita sendiri jadi berdua dan sama keluarga. Jadi perahunya kita bawa ke tempat yang kita bersama mau dan itu harus kita pegang, jadi apapun itu harus bareng-bareng. Gue terbiasa sendiri, sekarang nggak bisa walaupun itu baik menurut gue. Kalau kita mau keluarga kita utuh ya inget kalau kita itu jalan berdua. Akhirnya kita satu sama lain saling kenal, jadi pengertian juga sangat penting.
Duma Riris: Itu saja sih, karena keluarga versi kita belajar terus. Belum tentu pacaran lama atau sebentar kita jadi kenal karakternya. Waktu kita menikah jadi kita saling menyesuaikan karena cari yang cocok itu kan nggak akan ada. Pasti kita nyatuin hati, pikiran, visi misi, itu pasti ada yang nggak sama dan itu yang harus dicocokin. Jadi nggak ada alasan nggak cocok karena kita milih untuk menikah. Jadi emang harus kita pegang komitmennya.
Spesialnya Natal Judika dan Duma Riris Sebagai Keluarga yang Lengkap
Perjuangan cinta Judika pada Duma Riris telah membuahkan hasil yang manis. Kini keduanya pun bisa berkumpul sebagai suami istri. Dua anak, melengkapi kehidupan mereka. Terlebih saat natal tiba, keduanya merasa menjadi sebuah keluarga yang lengkap.
Melihat perjuangan kalian yang panjang sampai akhirnya menikah, seperti apa rasanya akhirnya bisa ngerayain natal sebagai keluarga?
Duma Riris: Ini natal ke empat sih (sebagai keluarga). Jadi waktu natal pertama itu bahagianya lebih banget karena baru disetujui, baru menikah, terus punya anak, terus natal. Itu tahun pertama itu rasanya happy banget. Natal kedua pun kita bahagia banget karena Cleo mau punya adik, lahirnya tuh Februari, jadi (Desember) lagi hamil gede. Natal ketiga itu kita pulang kampung ngajak anak-anak ke rumah opungnya, sekarang (tahun ini) kita natalan di Jakarta sama mertua, jadi happy tiap tahun.
Untuk tahun ini, apa yang istimewa di perayaan natal keluarga kalian?
Duma Riris: Setiap tahun sebenernya sama ya, setiap natal ke gereja dulu berdoa bersama, makan sama-sama dengan keluarga besar. Terus berapa tahun terakhir kita ada tradisi tukeran kado ya. Itu biasanya yang tiap tahun itu kita lakukan.
Judika: Kita sangat excited sih nunggu perayaan natal.
Duma Riris: Walaupun dia kadang sibuk dan yang masang pohon natal itu aku sama mbaknya (asisten rumah tangga), tapi seisi rumah juga happy, walaupun ada yang ngerayain lebaran tapi mereka juga dapat kado, jadi yang ngerasain suasananya bukan cuma kita saja, jadi seisi rumah juga happy.
Tema natal tahun ini apa?
Judika: Tahun ke tahun tuh beda-benda tema warnanya.Duma Riris: Waktu Cleo baru lahir itu pink, abis itu ungu, terus merah, terus (tahun) ini merah putih yaa. Merah putih itu sebenernya kita pengen balik ke warna kita masa kecil yang selalu kita lihat itu warna merah putih. Tahun ini kita pengen lihat, yaudah warna hijau pohonnya terus merah putih hiasannya.
Pohon natal dan segala pernak-perniknya kan simbol, kalau makna natal untuk kalian seperti apa?
Duma Riris: Kalau pohon natal, tukeran kado kan tradisi budaya barat yang kita adaptasi karena terasa keceriaan natalnya, tapi natal buat kita tiap tahun diingatkan untuk mengucap syukur, untuk berkat yang kita terima, berbagi dengan sesama, berkumpul dengan keluarga.
Judika: Kalau aku maknanya lebih ke keluarga sih. Tuhan itu kan lahir buat semua umat manusia, kalau aku sekarang keliatan banget sibuknya dan keluarga secara tidak langsung ditinggalkan. Aku ngerasa harus mulai prioritasin lagi (keluarga) dengan banyak hal yang harus dilakukan. Dan natal ini diingetin untuk perhatian sama keluarga disamping bersyukur saat natal.
Apa anak-anak udah dikenalin soal makna natal?
Duma Riris: Anak-anak tahun ini juga udah bisa hias pohon natal, tahun lalu belum bisa. Tahun ini mereka juga seneng. Ini kan baru Cleo yang ngerti. Kita ajarin ngehias pohon natal, aku bilang kita mau chrismas, dia seneng walaupun belum ngerti. Pas di sekolah ada sinterklas dia nggak takut karena tau bawa hadiah. Kita ajarin ngasih sesuatu juga, dia terbiasa berbagi. Pernah dia minta beliin kue natal untuk dibagiin ke teman-temannya. Paling nggak dia udah bisa berbagi sama temannya.
Judika: Yang jelas memang makna natal itu kan berbagi, jadi apa yng diceritain mamahnya itu membuat mereka berbagi. Sekarang mereka tahunya paling lagu natal, dia juga suka sama suasana natal banyak lampu-lampu di gereja. Itu secara perayaan, tapi kalau maknanya kita ajarin berbagi, lebih cinta sama sesama.
Kapan kalian ngerasain perayaan natal yang bener-bener indah?
Duma Riris: Natal terhebat sih aku pribadi setelah punya anak ya, itu kayak ada sesuatu yang nambah kebahagiaannya. Apalagi Cleo lahir Oktober dan dua bulan kemudian kita natal, jadi kayak kado natal juga, itu natal terhebat.
Itu natal terindah, kalau natal terburuk kapan?
Duma Riris: Kalau aku natal tersedih karena dulu waktu kita belum disetujui aku nggak berani pulang kampung karena takut dimarahin, jadi natalan di Jakarta. Jadi termasuk yang tersedih karena biasanya ngumpul sama keluarga. Jadi buat aku itu kaya natal tersepi lah.
Judika: Natal terburuk sih nggak pernah, karena setiap natal aku selalu ke gereja ngisi acara natal, kesaksian. Waktu aku baru ngerantau tuh kan nggak pernah ngumpul (keluarga), memang ngerayain natalnya kan gak pulang kampung, nggak ngerasain natal di daerah yang lebih bermakna.
Duma Riris: Dia buat kebakaran pohon natal.
Judika: Itu sih pengalaman lucu ya hahaha. Jadi pernah pas natal, orang lagi ke gereja, papah lagi khotbah, aku main kembang api dan ada pohon cemara disamping kita lemparin. Pas itu lagi kering, pas aku lempar dan jadi nyala, papahku yang tadinya khotbah jadi keluar ambil karung untuk padamin apinya.
Judika dan Duma Riris menjadi bukti, sebuah perjuangan akan lebih baik jika diiringi dengan doa. Karena biar bagaimanapun kehendak Tuhan lah yang membawa setiap manusia ke takdirnya masing-masing. Untuk setiap perjuangan yang sudah, sedang, dan akan mereka lalui, semoga itu selalu diberkati Tuhan. Selamat Natal Judika dan Duma Riris, semoga Tuhan selalu memberkati keluarga kecilmu.