Eksklusif, Ernest Prakasa Tak Percaya Resolusi

Syaiful Bahri diperbarui 18 Des 2017, 08:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Resolusi, kata itulah yang boleh jadi membayangi tak sedikit orang mendekati akhir tahun seperti ini. Memeriksa apa saja yang sudah tercapai, sekaligus menyiapkan target-target baru, juga lama untuk tahun depan. Namun, tidak bagi seorang Ernest Prakasa.

***

Siapa sangka, capaian demi capaian yang telah direngkuh lelaki kelahiran Jakarta, 35 tahun silam tersebut bukanlah satu dari sekian banyak resolusi yang disusun. Secara gamblang, Ernest malah mengatakan tak percaya akan resolusi.

What's On Fimela
Eksklusif Ernest Prakasa. (Fotografer: Bambang E. Ros/Bintang.com Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Bintang.com)

Di mata suami Meira Anastasia tersebut, hidup bukanlah soal banyak planning. Terbukti ketika ditanya perihal resolusi di tahun 2018, Ernest mengaku bukanlah tipe orang yang percaya akan rencana-rencana yang susun selama satu tahun.

"Gue nggak percaya resolusi. Kalau ditanya tentang resolusi, nggak ada. Ya intinya gue selalu menantang diri untuk mencoba sesuatu yang baru. Itu saja," ungkap Ernest dalam wawancara eksklusif bersama Bintang.com, Jumat (8/12/2017).
Eksklusif Ernest Prakasa. (Fotografer: Bambang E. Ros/Bintang.com Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Bintang.com)

Sebagaimana diketahui, Ernest memulai karier sebagai komika, hingga kini merambah berbagai bidang, terutama film. Ya, nama Ernest Prakasa tentulah bukan satu bunyi asing di dunia perfilman tanah air.

Memastikan diri sebagai salah satu sineas produktif, Ernest memastikan 'janji' satu film dalam satu tahun tetap terpegang. Berbicara tentang resolusi, keluarga, juga film, berikut petikan wawancara eksklusif Bintang.com dengan Ernest Prakasa.

2 dari 3 halaman

Ernest Prakarsa Beberkan Rencana di Tahun Depan

Eksklusif Ernest Prakasa. (Fotografer: Bambang E. Ros/Bintang.com Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Bintang.com)

2017 bisa dikatakan sebagai tahun banjir prestasi bagi seorang Ernest Prakasa. Berkaca pada kesukesan di tahun ini, apakah rencana yang telah diusung Ernest untuk kembali menorehkan prestasi di 2018 mendatang?

Sukses di tahun ini, rencana untuk tahun depan bagaimana?

Dulu film Ngenest kan gue adaptasi dari buku gue, lalu Cek Toko Sebelah dan Susah Sinyal itu original story. Nah, nanti di film ke empat, pertama kalinya buat gue untuk adaptasi karya orang lain.

Istri kan terlibat di penulisan skenario film paling baru, pertimbangannya bagaimana sampai memperbolehkan Meira turun tangan?

Bisa dibilang, okay-lah di part komedi gue. Tapi, drama dia sangat dominan dan memberikan kontribusi besar. Ya dia kan seorang ibu juga, lebih dapet feel-nya. Gue memang selalu mencari pendapat orang lain. Di film Susah Sinyal, gue butuh perspektif perempuan. Gue bersyukur part dramanya terbantu banget dengan kehadiran istri gue.

Eksklusif Ernest Prakasa. (Fotografer: Bambang E. Ros/Bintang.com Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Bintang.com)

Melihat kaya gitu, berarti istri mendukung dong ya? Terus anak-anak bagaimana lihat kesibukan Ernest?

Mereka selalu support pastinya. Walau Sky sama Snow masih kecil ya. Tapi kalau sibuk, gue selalu kasih penjelasan ke anak-anak.

Penjelasan kaya gimana?

Sky dan Snow kalau sudah periode promo film gini ya gue kan jarang pulang. Seperti yang sudah-sudah, kalau filmnya sudah selesai, tayang, rilis, biasanya tuh gue sama istri ajak anak-anak berlibur dua bulan sama mereka.

Eksklusif Ernest Prakasa. (Fotografer: Bambang E. Ros/Bintang.com Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Bintang.com)

Kalau yang ini rencana mau ajak liburan ke mana?

Nanti Januari mau ke Labuan Bajo sama Jepang karena anak-anak suka ramen sama Disneyland.

Sebegitu sibuk, masih mantau perkembangan anak?

Sky kelas dua SD. Dia suka baca. Hampir setiap malam dibacain cerita dan minat sama membaca sudah terlihat. Tapi, biar dia meng-explore diri.

3 dari 3 halaman

Ernest Prakarsa dan Pengakuan Terjun ke Dunia Film

Eksklusif Ernest Prakasa. (Fotografer: Bambang E. Ros/Bintang.com Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Bintang.com)

Nama Ernest Prakasa di industri perfilman semakin melambung. Terbukti di film perdananya Ngenest, Ernest sukses masuk di tiga kategori Indonesian Box Office Movie 2016 sebagai pemeran utama terbaik, sutradara terbaik, dan penulis skenario terbaik.

Prestasi lain, yakni di film Cek Toko Sebelah, Ernest bahkan dinobatkan sebagai penulis skenario film terbaik Festival Film Indonesia (FFI) dan Piala Maya di kategori yang sama belum lama ini. Melihat prestai demikian gemilang, apakah Ernest memang ingin terjun ke dunia perfilman?

Mulai karier sebagai komika, sebetulnya Ernest memang bercita-cita terjun ke dunia film?

Nggak sama sekali. Gue ke komika saja nggak mikir bakal ke film. Gue nggak pernah punya long-term plan.

Terus profesi sebagai komikanya bagaimana?

Masih jalan. Masih promo film Susah Sinyal juga sekalian stand up. Jadi bisa dibilang, stand up itu adalah pegangan yang nggak akan pernah gue lepas.

Eksklusif Ernest Prakasa. (Fotografer: Bambang E. Ros/Bintang.com Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Bintang.com)

Sebagai aktor, siapa referensi Ernest dalam berakting?

Aktor, gue suka Adam Sandler. Dia berdamai dengan fakta bahwa dia tidak bisa menjadi aktor serba bisa seperti Jim Carrey yang tiba-tiba dari komedi ke thriller. Menurut gue, ya gue kaya dia. Kekuatan akting gue tuh ya biasa aja. Walaupun berkembang, gue bukan berkembang bisa memerankan karakter. Gue berkembang bisa menjadi penulis, sutradara, dan dia kiblat gue.

Ernest selalu memilih Desember sebagai waktu penayangan film, kenapa?

Ya itu kurang lebih setiap tahunnya seperti itu timeline-nya. Sudah dua kali kita lakukan dan hasilnya bagus. Lalu, karena memang sudah kayak pola gitu, mau mengubahnya pun gue agak susah. Karena gue kan butuh waktu untuk menulis script.

Seberapa sulit menggarap film Susah Sinyal?

Ada dua kesulitan. Yang pertama ini segi ceritanya asing buat gue. Di Cek Toko Sebelah tentang keluarga Cina yang punya toko, sedangkan kalau di Susah Sinyal tetap masih keluarga cuma profesi yang diangkat tentang drama komedi. Ada lawyer kan, jadi agak susah risetnya karena gue bukan lawyer. Lalu, dari segi produksinya juga di Sumba dengan kondisi infrasturktur yang tidak seperti di Jakarta, dan itu tantangan di aspek produksi.

Eksklusif Ernest Prakasa. (Fotografer: Bambang E. Ros/Bintang.com Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Bintang.com)

Apa saja yang diangkat dari Sumba ke film Susah Sinyal?

Kita meng-highight khusus wisata-wisata di Sumba. Karena kalau mau meng-capture utuh seluruh Sumba, kita harus capture juga kotanya. Ada denyut kehidupan bagaimana di sana. Karena dalam ceritanya kan berlibur ke Sumba, jadi kita cari titik-titik yang memang wisata saja.

Sepertinya sudah tahu betul apa yang diinginkan penonton Indonesia? Ada formula tersendiri dalam menggarap film?

Sebenarnya nggak sesimpel itu. Gue punya formula yang diterapkan untuk diri gue sendiri. Formula gue adalah drama komedi. Yang dramanya itu harus solid sebagaimana film drama. Dalam artian bukan berarti itu film komedi tapi drama malah main-main. Komedi dan drama harus solid, gue berusaha itu tetap seimbang, dramanya kuat, tapi komedinya juga banyak.

Akhrnya, pesan apa yang disampaikan di film Susah Sinyal?

Ini film komunikasi orangtua sama anak. Orangtua bukan sekedar kasih fasilitas, membiayai sekolah ke anak.Tapi, orangtua juga harus ada komitmen waktu buat anak, komunikasi, mengerti ke anak. Kalau cinta dan sayang ya berikan waktu ke anak-anak.

Tanpa resolusi, namun dengan dukungan penuh dari keluarga, Ernest Prakarsa bisa dikatakan berhasil menaklukkan apa yang disebutnya tantangan untuk diri sendiri. Sukses di karier dan harmonis dengan keluarga, sosok Ernest kiranya bisa jadi cerminan keseimbangan yang tak bisa dilakukan cukup banyak orang.