Fimela.com, Jakarta Perselingkuhan memang ibarat bom yang bukan hanya bisa menghancurkan, tapi juga memusnahkan. Sekali itu terjadi, rasanya semua langsung porak poranda. Hubungan, hati, cinta, masa depan, dan segala yang telah diperjuangkan bersama langsung sirna seketika.
Berbagai kasus perselingkuhan yang terjadi umumnya membagi orang-orang yang terlibat ke dalam dua kubu, yakni kubu korban (si orang yang diselingkuhi oleh pasangannya), dan kubu pelaku (orang yang berselingkuh dan pasangan selingkuhnya--pihak ketiga dalam hubungan). It's always easy to think that way. Menunjuk hidung orang lain dan menyatakan dirinya bersalah itu memang mudah, tapi hal tersebut sama sekali nggak membantu kamu untuk bangkit dari keterpurukan setelah diselingkuhi.
Bagaimana sikapmu dalam menghadapi masalah akan menentukan seberapa banyak pelajaran dan pelajaran seperti apa yang akan kamu dapat dari permasalahan itu, termasuk soal perselingkuhan dalam hubungan. Kamu bisa melenggang sebagai korban dan menjadi pembenci, atau kamu bisa bangkit sebagai survivor dan menjadi lebih bijaksana dalam kehidupan berpasangan.
Pihak yang salah itu pasti ada, tapi bukan berarti kamu harus selalu menyalahkannya. Coba deh, renungkan 8 hal ini:
What's On Fimela
powered by
1. Kamu harus buka mata, kadang memang perselingkuhan terjadi tanpa rencana
Sepertinya kamu baru benar-benar bisa memahami hal ini kalau kamu ada di pihak yang berselingkuh. Semuanya terjadi begitu saja, lalu saat sadar ternyata sudah jauh ke arah sana.
2. Orang yang berselingkuh nggak selalu menyadari bahwa dia selingkuh
Mungkin bagi dia, dia cuma berteman biasa sama 'selingkuhannya' itu. Dia cuma ngobrol, cuma main seperti dengan teman-teman yang lain. Intinya sih, nggak nyadar.
3. Ada celah di antara pasangan yang dimanfaatkan pihak ketiga
Ini dia, penyebab umum perselingkuhan itu terjadi. Makanya sebelum menyalahkan orang lain, alangkah baiknya kalau pasangannya sendiri introspeksi.
4. Kadang bahkan si pihak ketiga nggak tahu kalau dia cuma jadi selingkuhan
Nggak aneh, sih. Orang yang berselingkuh nggak selalu mengakui kalau dia punya pacar, mereka nggak segan ngaku jomblo demi bisa mendapatkan cewek lain.
5. Pihak ketiga bisa jadi ngotot karena merasa sudah terlanjur
Sering, kan, orang ketiga malah jadi merasa paling benar, paling berhak atas diri si pihak yang sebenarnya berselingkuh ini, dibanding pacar aslinya? Nah, kalau keadaannya begitu, kemungkinan karena dia merasa sudah terlanjur. Terlanjur sayang, terlanjur nyaman, terlanjur berharap, atau terlanjur yang lain-lain.
6. Serumit apapun permasalahan yang ada, berusahalah untuk tetap mulai mengurainya dari akar
Jangan langsung langsung membebankan kesalahan di pihak ketiga meski dia juga punya peran dalam drama perselingkuhan itu. Apa yang berada dalam ranah hubungan kalian, selesaikan berdua.
7. Semua pihak punya andil dalam permasalahan ini
Tapi kamu dan pasanganmu tetap punya porsi lebih besar untuk memutuskan, harus diapakan hubungan kalian yang sudah ternoda perselingkuhan itu. Tentunya kalian harus sama-sama introspeksi, berdiskusi dan berkompromi dalam mencari penyelesaian.
8. Memang kuncinya adalah tahu batasan dalam berteman dengan lawan jenis
Setelah semua terjadi dan kalian berusaha merunut kejadiannya dari awal, kalian pasti sadar apa yang menyebabkan itu terjadi. Misal; karena ada pertemuan atau komunikasi yang intens, dan lain sebagainya. Meski waktu nggak bisa diulang agar kalian bisa sama-sama menghindari kesalahan, tapi jika memang kalian punya keinginan besar untuk terus bersama, perselingkuhan yang terjadi kemarin bisa jadi pelajaran berharga untuk hubungan kalian ke depannya.