Fimela.com, Jakarta Di bulan November ini, salah satu film Indonesia yang akan dirilis adalah My Generation yang disutradarai oleh Upi. Nama Upi ada di jajaran terdepan sineas di negeri ini, apalagi di daftar sineas wanita yang jumlahnya belum terlalu banyak di negeri ini.
***
Wanita kelahiran 45 tahun lalu ini dikenal sebagai sutradara sekaligus penulis skenario yang handal. “Saya dari kecil suka menulis. Setelah membuat banyak tulisan, saya mencoba memvisualkan tulisan saya, itu yang membuat saya terjun ke dunia film,” tutur Upi saat bertandang ke redaksi Bintang.com, di Gondangdia, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
Karya-karya yang dihasilkan Upi tak hanya mendapat banyak pujian, meraih penghargaan tapi cukup banyak yang laris atau menjadi box office. Berawal dari penulis skenario, karya pertama Upi di dunia film adalah Tusuk Jelangkung (2003) dan Lovely Luna (2004). Keberhasilan dua film tersebut sepertinya membuat Upi menjajal posisi sutradara yang diawalinya dari film 30 Hari Mencari Cinta (2004).
Di film drama-komedi itu, Upi menjadi sutradara sekaligus penulis skenario. Film-film Upi kerap menampilkan sesuatu yang baru, beda dan inovatif. Salah satunya di film Realita Cinta dan Rock’n Roll (2006) yang dibintangi Herjunot Ali dan Vino G. Bastian. Film drama remaja itu menampilkan sejumlah problematika yang menarik dan jarang atau bahkan belum pernah diangkat oleh sineas Indonesia lainnya.
Misalnya, bagaimana seorang anak muda pemberontak harus tinggal bersama ayahnya yang ternyata seorang transgender alias sudah menjadi seorang wanita. Uniknya lagi, karakter transgender tersebut diperankan oleh Barry Prima yang sebelumya dikenal sebagai aktor laga.
Lalu ada film-film lain seperti Perempuan Punya Cerita, Radit dan Jani, Serigala Terakhir, Hi5teria, Belenggu, My Stupid Boss, Pertaruhan, Surat Kecil untuk Tuhan dan Sweet 20. Keberanian Upi memasang pemain-pemain baru atau relatif belum dikenal juga patut diacungi jempol.
Misalnya saja di My Stupid Boss yang menampilkan aktor asal Malaysia seperti Kinwah Chew dan Bront Palarae yang kemudian laris mendapat tawaran bermain di film Indonesia seperti Cek Toko Sebelah dan Pengabdi Setan. Kini lewat My Generation, Upi bahkan lebih berani lagi dengan menampilkan empat wajah baru sebagai pemeran utama.
Seperti apa cerita My Generation dan kenapa ia kembali mengangkat tema remaja? Lalu kenapa ia berani memasang empat anak muda yang belum punya pengalaman akting sebagai pemain utama? Dan apa yang membuat Upi begitu menyukai dunia film? Simak hasil wawancaranya berikut ini.
What's On Fimela
powered by
4 Pemain Baru di Film Terbaru Upi
Film My Generation bercerita tentang persahabatan empat anak SMU, Zeke, Konji, Suki dan Orly. Mereka mengalami sejumlah kejadian dan petualangan yang memberi pelajaran sangat berarti dalam kehidupan. Lalu apa lagi yang ingin disampaikan oleh Upi melalui film My Generation?
Bisa diceritakan garis besar cerita My Generation?
Film ini tentang empat orang remaja yang bersahabat, berusaha untuk kritis dan berani mengungkapkan pendapat. Tapi keberanan mereka justru menbawa mereka pada masalah. Mereka membuat video tentang orangtua dan sekolah lalu diposting di media sosial (medsos). Video itu ternyata ketahuan pihak sekolah dan membuat mereka dihukum. Sebenarnya mereka mau liburan tapi nggak jadi karena harus menjalani hukuman. Selama menjalani hukuman itu mereka ternyata mendapat pengalaman-pengalaman yang baru dan berharga.
Apa yang membuat Anda membuat film tentang remaja?
Saya bikin film ini karena sudah lama pengen banget bikin film remaja. Terakhir kan bikin film remaja di tahun 2006, Realita, Cinta dan Rock’n Roll. Jadi setelah 10 tahun lebih, saya akhirnya bikin film remaja lagi.
Apa yang menarik dari film remaja?
Kalo remaja dulu kan, waktu saya bikin Realita, Cinta dan Rock’n Roll, permasalahan dan kegelisahan yang mereka alami beda sama remaja sekarang. Kalau dulu mereka memberontak lewat rokok, musik rock atau alkohol, waktu itu era nya kan rock.n roll. Nah kalo sekarang kan beda. Mereka protesnya kan beda, bukan lewat demo, bikin keributan atau apa, tapi lewat medsos. Kalo jaman dulu kan belum rame medsos, dulu kalo mau jadi pusat perhatian ya harus ditunjukkin langsung.
Lalu bagaimana dengan tema ceritanya?
Temanya juga beda, bukan soal cinta atau romance seperti film remaja pada umumya. Ada soal cinta dan persahabatan, tapi My Generation lebih menunjukkan persepektif atau sudut pandang remaja dan orangtua.
Kenapa pilih wajah baru sebagai pemain utama?
Saya sengaja pilih pemain muda yang belum terlalu dikenal, karena memang harus ada regenerasi pemain, jangan yang itu-itu aja orangnya. Itu juga sesuai dengan temanya karena kan tentang remaja, nggak mungkin kan saya pilih pemain yang dulu jadi idola remaja terus sekarang maen lagi, kan nggak mungkin juga, hahaha. Jadi biar ada regenerasi yang sehar. Yah, memang ada sisi gambling-nya juga karena produser kan biasanya lebih suka yang sudah dikenal atau punya nama. Dengan memasang pemain baru, kita kan nggak tahu apa penonton mau menerima, yah mudah-mudahan saja bisa menerima.
Bagaimana proses kasting mencari pemain utamaya?
Untuk pemain utama yang masih remaja ini saya minta bantuan teman saya buat menyeleksi siapa saja yang kira-kira pas buat main di film ini. Saya minta tolong teman yang pernah jadi casting director tapi sekarang jadi wardrobe desainer di film saya. Saya nggak mau bikin audisi yang didatengin banyak orang, karena saya spesifik banget dan nggak mau lewat agensi karena nanti malah buang-buang waktu buat bikin audisi. Setelah kandidatnya terpilih, baru kita menentukan siapa yang jadi empat pemain utama di My Generation.
Benarkah 4 pemain utama ini sama sekali belum punya pengalaman akting?
Mereka ini lebih banyak pengalaman di model terutama foto. Sebenarnya mereka sudha sering ikut kasting tapi belum pernah keterima. Jadi ini adalah film pertama mereka.
Sebagai pemain baru, ada empat pemain ini menjalani latihan khusus?
Begitu terpilih, saya sudah tertarik karena mereka istilahnya sudah memenangkan hati saya untuk membawakan peran dan cerita yang saya ciptakan. Karena anak-anak ini sudah mewakili dan sesuai dengan bayangan saya. Tapi kan pengalaman akting mereka masih nol banget. Karena mereka punya potensi, jadi kita bikin workshop khusus.
Apa saja persiapan yang dilakukan dan berapa lama waktunya?
Jadi kita bikin workshop selama 3 sampai 4 bulan, mereka ikut latihan dari Senin sampai Sabtu, dari jam satu siang sampai sore. Mereka menjalani workshop, pendalaman karakter, berbagai macam latihan mulai dari band sampai roller blade, pokoknya banyak hal yang mereka lakukan.
Bagaimana proses syutingnya, apakah berjalan lancar?
Waktu syuting mereka bisa menjalaninya dengan cukup baik. Nggak ada halangan berarti selama syuting, kendalanya justru ada di cuaca yang membuat waktu syuting jadi molor banget. Syutingnya 32 hari, lokasinya hampir semua di Jakarta. Sebenarnya perkiraan saya waktunya nggak selama itu karena ini kan lebih ke drama remaja.
Tapi apa boleh buat waktunya memang jadi lama karena faktor cuaca. Jadi ini adalah film saya dengan waktu syuting terpanjang. Saya jadi kasihan sama pemain-pemain yang baru ini karena pertama kali syuting waktunya lama banget. Dalam sehari malahan mereka bisa syuting sampai 20 jam.
Dunia Film Wujudkan Impian Upi
Sebagai seorang sutradara dan penulis skenario, Upi juga beberapa kali menjadi produser. Sebelum menjadi sineas seperti sekarang ini, ternyata ada cerita menarik dari sutradara film My Generaton ini yang membuatnya tertarik berkiprah di dunia film.
Siapa lagi pemain My Generation selain 4 pemain utamanya tadi?
Selain empat pemain utama yang masih wajah baru, ada banyak pemain lain yang sudah senior. Ada Ira Wibowo, Surya Saputra, Joko Anwar, Karina Suwandi, Aida Nurmala, Tio Pakusadewo, Indah Kalalo dan masih banyak lagi. Jadi ceritanya empat anak ini punya orangtua masing-masing dengan karakter yang berbeda-beda pula.
Apa pesan yang ingin disampaikan dari My Generation?
Pesannya, saya ingin dan mencoba menampilkan film yang jujur berdasarkan realita yang ada sekarang. Karena film ini memang berdasarkan riset selama sekitar dua tahun. Semua kata-kata yang mereka ucapkan dan utarakan di film itu memang real dan ada di masyarakat kita. Saya berharap jangan berpikiran negatif dulu terhadap film, karena saya mencoba untuk jujur aja. Saya disini mencoba menampilkan sudut pandang dari dua arah, dari sudut pandang anak dan juga orangtua.
Apakah tema film My Generation bisa diterima banyak orang?
Mungkin banyak yang kaget dengan perkataan anak-anak atau masalah yang terjadi sekarang ini di masyarakat. Meereka mungkin denial karena mengharapkan cerita anak muda tentang percintaan atau yang romance, tapi kita tahu ada berbagai macam masalah yang terjadi di masyarakat kita terutama yang dialami anak muda.
Apa harapannya terhadap My Generation?
Saya berharap film ini bisa diterima dengan pikiran terbuka, jadi bahan untuk saling memahami satu sama lain. Anak bisa lebih memahami orangtua dan orangtua juga lebih memahami anak-anaknya. Film ini bukan mencari siapa yang benar atau salah, tapi lebih tentang bagaimana memahami satu sama lain.
Sedikit flashback, apa yang membuat Upi begitu menyukai dunia film?
Awal terjun ke dunia film, karena sejak kecil saya suka menulis. Saya berpikiran bagaimana kalau apa yang saya tulis bisa diwujudkan ke dalam bentuk visual. Dan ternyata itu menarik, lalu dimulai dari menulis cerita untuk serial televisi seperti Opera Tiga Jaman.
Apa yang menarik dari dunia film?
Pada akhirnya saya suka film karena apa yang suka dalam hidup bisa tertuang dalam satu bidang yaitu film. Semua yang saya sukai dalam hidup ya ada dalam sebuah film. Karena film itu akan selain cerita dan akting juga punya banyak hal lain seperti sinematogafi, fotografi, fashion, make up, semua itu adalah art. Film itu bisa mewujudkan apa yang saya sukai dalam hidup. Makanya dalam semua film saya nggak ada yang mau saya kalahin, termasuk soal kostum karena menurut saya itu sama pentingnya dengan yang lain.
Film seperti apa atau genre apa lagi yang masih ingin dibuat?
Film yang ingin saya bikin masih banyak karena saya suka semua genre film, saya pengin coba film action dan horor tapi mungkin nanti kalo lagi nggak booming,
Siapa sineas idola atau yang jadi inspirasi Anda?
Kalau sineas yang jadi inspirasi sebenarnya banyak. Tapi yang paling berkesan itu David Lynch Itu mungkin karena saya suka dengan cerita yang nggak linear, gaya ceritanya beda dan nggak linera, surealis tapi saya bisa terbawa di dalamnya. Karena saya pikir selama ini film itu selalu linear, dan semua itu berubah waktu nonton serial Twin Peaks karya Lynch. Jadi dia sangat berpengaruh buat karir dan jalan hidup saya.
Darimana mendapat ide dalam membuat film?
Soal ide pastinya bisa dari siapa saja maupun bahan apa saja. Biasanya ide didapat dari apa yang saya liat, denger, baca, rasa, apa yang menggugah dan mengusik pikiran saya, itu semua bisa jadi bahan cerita.
Apa harapan ke depannya?
Ke depannya, nggak terlalu spesfik sih, saya ingin bikin film yang saya suka dan bikin saya senang-senang dan berpetualang.
Sudah banyak karya Upi yang mendapatkan apresiasi tinggi, baik dalam hal jumlah penonton maupun mendapatkan sejumlah penghargaan. Kini lewat My Generation, sutradara sekaligus penulis skenario ini ingin kembali menampilkan sesuatu yang baru. Langkah Upi yang kerap selangkah lebih maju dibanding sineas-sineas lainnya, membuat kita akan terus menunggu karya-karya Upi berikutnya.