Editor Says: Nggak Apa-apa Ribut, Netizen Maha Benar

Floria Zulvi diperbarui 05 Nov 2017, 14:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Mungkin kamu sudah nggak asing lagi dengan kata netizen. Orang-orang yang juga biasa disebut dengan warganet ini memang kerap menuai kontroversi. Beradu pendapat tanpa ujung dan menganggap dirinya yang maha benar. Tapi nggak apa-apa ribut, yang penting orang menganggap netizen benar, bukan?

***

Banyak selebriti yang akhirnya memutuskan untuk membawa masalah komentar netizen ini ke ranah hukum. Sebut saja Uya Kuya. Merasa tak terima anaknya dicerca oleh seorang netizen, ia pun memutuskan untuk melaporkan tindakan tidak menyenangkan tersebut.

Saya berpikir, apakah mungkin hanya karena seseorang menjadi anonim, tidak bicara tatap muka dan sulit dilacak bisa membuat mulut manusia sebegitu beringasnya? Saking beringasnya, bahkan tak jarang ada yang melakukan pelecehan seksual di kolom komentar Instagram.

Banyak sekali selebriti yang mengalami pelecehan seksual lewat sosial media. Dengan dalih "siapa suruh posting foto seksi?" netizen pun seakan menjadikan hal tersebut seperti pembenaran.

Dengan logika yang sama, ketika perempuan memakai dress ke pesta dan pulang larut, lalu apakah wajar ketika seorang laki-laki tiba-tiba memperkosanya? Apakah tindakan perkosaan menjadi benar dan wajar ketika ada kasus demikian?

Kalau dengan logika ini kamu masih berpikir pemerkosaan adalah wajar karena perempuan yang kamu anggap "mengundang", saya merasa kamu perlu mengoreksi cara berpikir kamu lagi.

Saya rasa laki-laki adalah manusia yang pula diberikan akal sehat. Ketika pemerkosaan adalah tindakan yang salah, maka hal tersebut akan selalu menjadi salah meski dilakukan dalam keadaan apapun.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Mulutmu Adalah Harimaumu

Tentu kamu pernah mendengar pepatah "mulutmu adalah harimaumu" bukan? Saya rasa pepatah ini harus dicamkan baik-baik di dalam hati dan pikiran. Seperti yang sudah diketahui, mulut memang lebih tajam dari pedang.

Ketika seseorang salah bicara atau salah mengirimkan pesan, sebuah peperangan bisa terjadi. Sebuah perdebatan tanpa akhir pun bisa saja dimulai. Saya yakin kalau kamu sadar betul akan hal ini.

Saya sendiri bisa dibilang tipe yang nggak memaksakan seseorang untuk berpikiran sama dengan saya. Sebagai seseorang yang mempelajari ilmu cara menyampaikan pesan ke orang lain, saya paham bahwa kepala boleh sama hitam, namun cara berpikir bisa sama sekali berbeda.

Ketika saya bertemu dengan seseorang yang tak sependapat, saya tidak akan memaksakan kebenaran pendapat saya. Karena mereka toh punya jalannya sendiri hingga sampai pada pendapatnya itu. Jika kami berselisih jalan, saya tidak akan mencoba mengakrabkan diri. Saya mencoba untuk menghargai orang lain.

Karena saya memahami bahwa sebagai bangsa yang majemuk, kebenaran tidaklah tunggal. Saya akan menjalani apa yang saya pikir itu adalah kebenaran. Saya harap kamu pun begitu. Namun dengan catatan tak ada yang bersinggungan dan saling menyakiti.

Mungkin hal ini tidak akan bisa terjadi dalam skala besar, namun setidaknya bagi saya, tidak akan lagi ada perang dan adu pendapat maha benar yang bersifat subyektif dengan akhir pepesan kosong.

Jika benar hidup cuma satu kali, saya hanya ingin hidup sebaik-baiknya tanpa menyakiti orang lain. Walau hal tersebut bisa dibilang klise dan hal yang tidak mungkin, setidaknya saya sudah dan akan terus berusaha menjadi yang terbaik untuk diri sendiri dan sekitar. Semoga Editor Says saya kali ini bisa dipahami oleh para netizen yang terhormat :)

 

Salam sayang dan damai,

 

Floria Zulvi

Editor Kanal Celeb Bintang.com