Velove Vexia Ungkap 6 Tantangannya Bermain Film Hujan Bulan Juni

Syaiful Bahri diperbarui 25 Okt 2017, 16:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Novel karya sastrawan Solo, Sapardi Djoko Damono berjudul Hujan Bulan Juni diangkat ke layar lebar dengan bintang film Velove Vexia dan Adipati Dolken. Di bawah naungan rumah produksi Starvision Plus dan Sinema Imaji film Hujan Bulan Juni banyak ditunggu para penggemar tulisan serta puisi-puisi indah penuh makna karya Sapardi.

Film Hujan Bulan Juni dibintangi aktris cantik Velove Vexia, Adipati Dolken, Baim Wong, Jajang C Noer, Koutaro Kakimoto (putra aktor pemeran Ksatria Baja Hitam) dan lain-lainnya. Film ini akan dirilis pada 2 November 2017 mendatang.

 

Pemeran utama film Hujan Bulan Juni, Velove Vexia menuturkan kisah perjuangannya untuk mendalami karakter Pingkan dalam film tersebut. Diakuinya, karakter Pingkan tidak terlalu sulit dilakoni, namun tantangan dalam bermain film tersebut ada pada hal lainnya.

Velove Vexia yang ditemui di acara press screening dan confrence film Hujan Bulan Juni di Epicentrum Walk Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (24/10/2017) mengungkapkan beberapa hal yang ia anggap menjadi tantangannya bermain dalam film garapan sutradara Reni Nurcahyo dan Hestu Saputra.

 

Seperti judul filmnya, dan juga diangkat dari sebuah novel laris yang banyak digemari berjudul Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono, Velove Vexia mengaku kesulitan dalam hal mendalami makna puisi-puisi yang dihadirkan. 

 

2 dari 7 halaman

1. Velove Vexia mengingat lagi puisi Sapardi

Velove Vexia Ungkap 6 Tantangannya Bermain Film Hujan Bulan Juni (Nurwahyunan/Bintang.com)

Rangkaian-rangkaian kata penuh makna di dalam film Hujan Bulan Juni memang terasa mendalam. Terlebih dalam kisah yang diangkat, Velove yang memerankan gadis bernama Pingkan dihadapkan dengan seorang pria bernama Sarwono yang diperankan Adipati Dolken.

Puisi sang maestro, Sapardi Djoko Damono, diakui dara kelahiran 13 Maret 1990 silam ini sudah dikenalnya sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

"Waktu sekolah kan ada pelajaran Bahasa Indonesia, ada puisi karya pak Sapardi, aku ngertiin puisinya. Walaupun aku sekolah di internasional school aku tetap belajar Bahasa Indonesia. Aku tau puisi Pak Sapardi jaman SMP gitu," kata Velove Vexia.

 

3 dari 7 halaman

2. Velove Vexia harus bisa membawakan puisi Sarwono

Velove Vexia Ungkap 6 Tantangannya Bermain Film Hujan Bulan Juni (Nurwahyunan/Bintang.com)

Karakter Pingkan di dalam film Hujan Bulan Juni tentu juga dihafalkannya untuk pendalaman karakter. Velove Vexia mengaku senang bisa terlibat di dalam film tersebut.

"Seneng sih, tapi di satu sisi juga deg-degan karena film based on puisi dengan judul dan tema yang sama. Tantangannya di situ sih, bagaimana saya bisa membacakan puisi dengan baik, walaupun di sini puisinya dari sisi Sarwono, tapi tantangan saya membawakan puisi yang ditulis Sarwono juga memberikan informasi tulisan Sarwono, tapi saya juga harus men-describe perasaan saya saat membacakan puisi. Jadi double nih," tutur Velove Vexia.

 

4 dari 7 halaman

3. Velove Vexia take voice over puisi berulang kali

Velove Vexia Ungkap 6 Tantangannya Bermain Film Hujan Bulan Juni (Nurwahyunan/Bintang.com)

Mengungkapkan kata-kata puisi penuh makna, di film Hujan Bulan Juni diakui Velove menjadi suatu kesulitan. Utamanya adalah ketika take vokal untuk voice over, ia kerap kesulitan merekam suara dalam voice over dengan melontarkan kalimat-kalimat puitis yang mendalam.

"Film ini itu tantangannya besar sekali, bukan cuma dari Velovenya kan puitis, selain itu puisi Pak Sapardi enggak bisa dibaca seenteng itu. Saya itu isi VO (Voice Over) ngucapin dialog, beda ya sama dubbing. VO puisi itu sampai enam hari, saat pertama sama isi itu dari jam 1 siang sampai jam 1malam, ternyata VO saya ada 29-30 scene," kata Velove.

 

5 dari 7 halaman

4. Velove Vexia Sulit menggali perasaan saat berpuisi

Velove Vexia Ungkap 6 Tantangannya Bermain Film Hujan Bulan Juni (Nurwahyunan/Bintang.com)

Seperti disebutkan di atas, kesulitan Velove memerankan Pingkan bukam terletak pada karakter melainkan pada pendalaman memaknai puisi-puisi yang dipertontonkan untuk penonton.

"Dan itu harus diulang lagi karena kita butuh audio dengan kualitas yang lebih baik, kita pindah ke studio dan itu jedanya ada beberapa bulan. Saya harus menggali lagi perasaan-perasaan di setiap scene, karena VO itu kan yang akhirnya mengalir dan sampai ke penonton, kan enggak hanya butuh gambar. Jadi, enggak bisa hanya kayak orang baca doang dan enggak nyambung ke scene berikut dan sebelumnya. Di-preview entar diulang lagi, kayaknya yang di sini harus dinaikin atau diturunin, dan itu benar-benar enam hari saya ngurusin suara aja," tuturnya.

 

6 dari 7 halaman

5. Sempat Pesimis Mainkan Karakter Pingkan

Velove Vexia Ungkap 6 Tantangannya Bermain Film Hujan Bulan Juni (Nurwahyunan/Bintang.com)

Dengan banyaknya tantangan serta kesulitan dalam memerankan Pingkan, Velove Vexia mengaku sempat pesimis dengan perannya tersebut.

"Iya, nasa itu sih sudah lewat. Pas reading sudah enggak mikir yakin dan enggak yakin, pas meeting sama Hestu Saputra di situ saya ada enggak pedenya, karena satu sisi puisinya indah, maknanya dalam sekali, simple tapi dalam. Saya ada keraguan kalau lihat skenario, scene-nya banyak banget, dan puisinya harus baca gimana kan, tapi karena diskusi sama mas Hestu, readingnya benar-benar bukan peradegan tapi makna scene by scene bukan teknis nih kamu happy, nih kamu sedih, bukan begitu," akunya.

 

7 dari 7 halaman

6. Velove Vexia jalin chemistry dengan Sarwono (Adipati Dolken)

Velove Vexia Ungkap 6 Tantangannya Bermain Film Hujan Bulan Juni (Nurwahyunan/Bintang.com)

Dengan segala kesulitan yang telah disebutkannya ketika bermain film Hujan Bulan Juni tersebut, Velove merasa harus mendapatkan chemistry yang mendalam dengan sosok karakter Sarwono yang diperankan Adipati Dolken.

"Sarwono itu komunikasinya lewat puisi ya dia enggak ngomong, nah itu di sini harus digambarin banget puisinya dia itu. Dia cowok yang Jawa, kuno, jadul bawaannya cuma diem, tapi kasih puisinya dalem. Kata Mas Hestu, meski puisinya berat, kita mau bungkusnya bisa diterima dengan generasi yang lebih muda juga. Oh ini film puisi, terus kita berat-beratin karena berat puisinya. Kalau itu gampang karena sudah berat kok puisinya, diberatin mah jadi. Yang susah itu meringankan tanpa menghilangkan makna," tandas Velove Vexia.