Fimela.com, Jakarta Sebagai pemeran muda, nama Adipati Dolken sudah malang melintang di berbagai judul film dengan ragam genre. Debutnya dimulai tahun 2009, lewat film layar lebar berjudul Putih Abu-Abu dan Sepatu Kets. Pemeran berusia 26 tahun itu sudah kini membintangi film Posesif. Film ini mengantarkannya bertemu pasangan akting paling ideal.
*****
Kualitas akting yang begitu apik membuat sutradara dan produser bergantian meminangnya. Di sederet filmnya, Adipati telah mendapatkan kepercayaan memerankan tokoh utama. Sebut saja di film Perahu Kertas, Slank Nggak Ada Matinya, Jendral Sudirman, Sang Kiai, dan 3 Dara.
Pada dua judul yang disebut terakhir, Adipati Dolken mampu menyabet penghargaan. Adalah Piala Citra untuk Pemeran Pendukung Pria Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2013 di film Sang Kiai. Lalu di 3 Dara, ia menjadi nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik pada Indonesia Box Office Movie Awards 2016.
Banyaknya judul film yang diperankan membuat pemilik nama Adipati Koesmadji tersebut mendapatkan pengalaman selama berinteraksi dengan para senias lain. Pasangannya juga berganti-ganti dan memperkaya pengalaman aktingaya.
Bagi Adipati, pengalama akting bersama senior bisa jadi pengalaman berkesan. Sebut saja Cut Mini yang beradu peran dengannya di film terbaru, Posesif.
Menjajal kualitas aktingnya di depan peraih Piala Citra pada FFI 2016 tersebut, Adipati Dolken mengaku mendapatkan pelajaran berharga. Sosok Cut Mini adalah seorang yang mampu menyerap dan mengungkap emosinya sesuai dengan harapan cerita film.
"Cut Mini tuh emosinya dalam banget. Pemain senior ya, sudah ngerti bagaimana caranya mengolah emosi segala macem. Itu pengalaman buat kami," kata Adipati Dolken.
Namun, diantara para senior yang pernah terlibat akting dengannya, Adipati Dolken menyimpan sebuah nama yang begitu memukau dirinya. Menurutnya, ia adalah sosok yang membuatnya berbeda dalam berakting.
"Kalau ama senior pasti lah. Tapi ini sangat berkesan bagi gue karena dia bisa membuat beda, kesan yang beda," tukas Adipati Dolken.
Siapa kira-kira pasangan yang membuat Adipati Dolken terkesan itu? Berikut penuturan lengkap pemeran film Catatan Dodol Calon Dokter tersebut saat melakukan media visit di kantor Bintang.com, Gondangdia, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
Adipati Dolken Temukan Pasangan Paling Klop
Sebagai pemeran muda, Adipati Dolken mengaku begitu mengidolakan sosok Leonardo Di Caprio. Tentu bukan hal yang muluk ketika Adipati mengagumi akting pemeran film Titanic tersebut. Bagi Adipati Dolken, Leonardo adalah pemeran kaliber internasional yang mumpuni.
Aktor yang paling keren menurutmu?
Leonardo Di Caprio. Sebenarnya banyak, tapi gue bermasalah dengan nama. Dia punya rasa (emosi) itu yang gue bilang. Sebagai pemain film, itu yang paling penting. Gue memang tipikal yang gampang nangis kalau emereka bisa ngasih emosi itu. Lalu ada Jake Gyllenhaal. Kalau Indonesia om Tyo (Pakusadewo).
Siapa lawan main paling berkesan selama ini?
Dari awal sudah bilang, Putri Marino. Kalau ama senior pasti sudah jelas, ngaapain. Maksud gue berkesan itu kan membuat beda kan? Ya ini, Putri Marino namanya. (Putri Marino adalah lawan main Adipati Dolken dalam film terbarunya, Posesif)
Apa yang menarik dari Putri?
Apa ya. Gue tuh terlalu sering ama para pemain baru ya. Jadi gue bisa ngebedain yang mana yang punya potensi, mana yang nyari duit doang. Mana yang iseng doang. Putri punya sisi, matanya dalam. Buat orang yang punya mata seperti itu, hatinya pasti dalam.
Mata ga pernah bohong ya. Kalau orang punya mata seperti itu, akan punya banyak emosi di situ. Sebagai aktor, itu yang dibutuhin. Masalah teknik nomer dua. Teknik dari pengalaman juga bisa. Kalau ga punya emosi ini, ga bisa diolah dan keluarin. Dan dia punya itu, bisa mengolah dengan baik.
Jalin chemistry ama Putri dalam film seperti apa?
Reading cukup lama. Kalau gue, ketemu pemain yang baru kenal atau belum pernah ketemu sebelumnya, metodenya adalah jujur. Gimana caranya harus jalan tiap hari. Untuk bisa jujur kan harus jalan setiap hari, kenal, abis itu jujur aja. Itu paling penting dalam menjalin chemistry.
Nonton bareng, makan bareng. Kedekatan itu harus. Trus ada acara bareng juga. Sebisa mungkin bareng. Mungkin kalau gak kepotong pekerjaan akan setiap hari bareng. Setiap hari teleponan dan whatsapp-an.
Terima main film karena sutradara, cerita, atau lawan main?
Semuanya. Kalau sutradaranya bagus, film ceritanya jelek itu pasti susah. Ceritanya akan gak jalan. Misal kita kenal pemainnya siapa, dan dia gak bisa nolong gue juga, ngapain gue ikut main. Akhirnya main sendiri, film jelek juga.
Kalau misalkan hanya ada satu, pilih mana?Gak bisa milih satu diantara 3 itu. Karena film adalah kerja tim. Jadi gak bisa sendiri-sendiri.
Adipati Dolken Langganan Jadi Anak SMA
Dalam film terbarunya berjudul Posesif, Adipati Dolken berperan sebagai Yudhis, anak SMA yang memiliki sikap posesif berlebih. Ia yang seakan hanya memiliki cinta yang sederhana dan terkesan melindungi ternyata adalah cinta yang rumit dan berbahaya.
Ia membawa sang kekasih, Lala yang diperankan oleh Putri Marino keluar dari rutinitas yang selama ini dilakoni. Serasa bebas, namun ternyata ada kegelapan yang menanti kisah cinta sepasang remaja SMA tersebut.
Jadi anak SMA, sulit?
Kebetulan karakter gue yang udah-udah juga jadi anak SMA terus ya. Itu yang jadi masalah. Sebenarnya gue udah gak mau. Tapi pas gue dikasih tahu inti cerita dari posesif, permasalahannya itu berat, itu langsung gue sikat. Jadi anak SMA itu cuma lapisan sandwichnya aja disini.
Sempat tidak percaya diri karena usia sudah 26 tahun?
Gak sih. Gue selalu nanya, emang masih cocok. Mereka bilang masih cocok kok. Tinggal potong rambutnya aja.
Apa yang diinget saat sekolah?
Kalau jaman gue tuh jaman bullying ya. Sekolah gue tawuran mulu gitu-gitu lah. Masa SMA itu mungkin waktu bukan jadi orang pintar, tapi orang yang cerdas. Jadi gimana kita melwati saat-saat dimana kita gak ngerjain tugas, tapi bisa ngumpulin tugas. Licik tapi cerdas.
Sering berurusan dengan guru BP (bimbingan dan penyuluhan)?Kalau sekadar lompat pagar sih sering. Sering ya itungannya berurusan dengan guru BP. Seringnya sih karena gue bolos, cabut. Pernah diskors juga.
Jadi pria posesif dalam film, keseharian seperti itu?
Gue pernah ngetes di Posesif O Meter itu. Hasilnya setelah mencoba itu, gue 68 persen. Rata-rata orang itu di angka 20. Di atas 68 seringnya gak ada. Ada produser yang 72. Jarang pokoknya, banyakan 20-30.
Sebagai manusia pasti punya rasa posesif ya. Ga hanya ke pacar ya, karena bisa ke sahabat, barang pun pasti posesif. Gak mau barang dipinjam orang. Pelit, ya kata lainnya posesif. Gue juga punya rasa posesif juga. Bohong kalau nggak ada posesif.
Dalam film Posesif ada scene ama Cut Mini, gimana pengalamannya?
Cut Mini tuh emosinya dalam banget. Pemain senior ya, sudah ngerti bagaimana caranya mengolah emosi segala macem. Dah jelas ketika kita ketemu, dia berubah. Sedalam apa emosinya itu berasa.Pengalaman buat kita.
Bicara film yang bagus, menurut kamu film seperti apa?
Tentunya film yang pesannya sampai ke penontonnya. Tapi mau ada pesan moral atau gak, kalau emosinya bagus, akan sampai dengan sendirinya. Dan dengan sampainya emosi kepada penonton, berarti filmnya sukses.
Film bagus harus dengan jumlah penonton banyak?
Penonton itu kan relatif ya, selera juga. Dan kebutuhan materi juga diitung disitu. Gak setiap hari orang bisa nonton film. Tapi gak selalu seperti itu.
Kualitas akting aktor Adipati Dolken memang tak perlu diragukan lagi. Di film-film yang ia perankan, totalitas pria 26 tahun itu sangat terlihat guna menghidupkan karakter yang ia mainkan. Dan, satu yang menjadi kelebihan Adipati adalah memerankan karakter yang nyatanya jauh dari usianya saat ini. Sukses Adipati Dolken.