Fimela.com, Jakarta Film Gasing Tengkorak mengangkat kisah mistik dari budaya Minang. Nikita Willy bersedia putuskan main horor karena darah Minang mengalir dari orangtuanya. Bahkan, saat mendapat tawaran film ini, ibunyalah yang paling antusias mendorong Nikita untuk menyetujui meskipun Nikita mengaku seorang penakut.
Sutradara Jose Poernomo yang juga sempat tinggal lama di tanah Minang mengaku sangat paham soal Gasing Tengkorak. "Ini permainan yang gak sembarangan dimainin. Semua orang Minang tahu apa itu Gasing Tengkorak, seperti di Jawa ada jailangkung. Diam-diam, ada saja yang memainkannya," ujar Jose.
Gasing umumnya terbuat dari kayu atau bambu, yang bisa berputar pada poros dan berkesetimbangan di suatu titik. Gasing yang terbuat dari tengkorak manusia yang sudah meninggal digunakan sebagai sarana santet. Bentuk Gasing Tangkurak mirip dengan gasing seng yang pipih, bedanya Gasiang Tangkurak berbahan tengkorak manusia.
Gasiang seperti ini hanya bisa dimainkan oleh dukun, dan orang yang memiliki kemampuan magis. Gasiang ini hanya bisa dibuat oleh orang yang memiliki ilmu kedigdayaan tertentu. Namun di berbagai daerah di sekitar Minangkabau terdapat beberapa perbedaan menyangkut bahan tengkorak yang lazim atau yang paling baik digunakan sebagai bahan pembuat gasing tangkurak.
Ada yang menggunakan tengkorak dari seseorang yang meninggal karena kecelakaan.Bagian tengkorak yang digunakan adalah pada bagian dahi, karena dipercaya pada bagian inilah terletak kekuatan magis manusia yang meninggal. Pada hari mayat dikuburkan, dukun pembuat mendatangi kuburan, menggali kubur dan mayatnya dicuri.
What's On Fimela
powered by
Permainan Gasing Tengkorak
Cara memainkan Gasiang tangkurak tak jauh beda dengan gasing biasa, yakni diputar kemudian sang dukun membacakan mantra-mantra untuk mengirimkan teluh kepada orang yang menjadi sasaran. Tak seperti santet pada umumnya, ilmu santet Gasiang Tangkurang tak hanya memberikan rasa sakit, tapi juga rasa gelisah dan melakukan tindakan layaknya orang sakit jiwa.
Orang Minangkabau menyebut seseorang yang sakit karena gasing tangkurak dengan sebutan Si Jundai. Mereka yang terkena penyakit ini memiliki tingkah layaknya orang yang mengalami sakit jiwa karena akan berteriak-teriak, menarik-narik rambut, bahkan memanjat dinding.
Ilmu Gasiang Tangkurak beredar luas dan dikenal oleh masyarakat di Pedesaan Minangkabau. Orang Minangkabau menyebut ilmu ini adalah ilmu hitam karena dijalankan melalui persekutuan dengan jin jahat atau setan. Dari kabar yang beredar, di pedesaan Minangkabau biasanya ilmu ini digunakan untuk membalas dendam.
"Kalau sekarang mungkin sudah jadi legenda ya. Agama yang kuat membuat permainan ini tidak banyak diketahui," terang Jose.
Santet dan Pelet
Selain untuk menyakiti, ada dukun tertentu yang menggunakan gasing tangkurak untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh hal-hal magis.
Yang lainnya, gasiang sering juga dipakai sebagai media untuk mensugesti orang lain menjadi tertarik pada diri kita atau biasa disebut pelet Pitunang.
"Ibu aku paham bener nih soal Gasing Tengkorak. Jadi pas ditawarin aku sebenarnya takut. Tapi karena ibuku semangat dan aku diceritain Gasing Tengkorak itu apa aku tertarik. Pas baca skenarionya tambah mantap," kata Nikita Willy.