5 Artis Komentari Pembuatan Ulang Film G30S/PKI

Puput Puji Lestari diperbarui 29 Sep 2017, 08:05 WIB

Fimela.com, Jakarta Perbincangan soal film sejarah penumpasan Partai Komunis Indonesia (PKI) semakin ramai. Apalagi, Presiden Joko Widodo turut berkomentar dengan mengutarakan niatnya untuk membuat versi kekinian dari film G30S/PKI itu.

Namun, seperti diketahui bahwa film tersebut memiliki penyimpangan terhadap data dan fakta yang ada. Banyak fakta yang terungkap setelah orde baru ambruk dan masyarakat terbawa uforia reformasi tahun 1998.

Disini, menurut Christine Hakim perlu adanya peran pemerintah saat ini untuk melakukan penyensoran kembali. "Saya pikir kalau memang pemerintahan sekarang menganggap bahwa memang film itu justru ada penyimpangan sejarah, pemerintah punya hak untuk mensensor kembali, kan ada badan sensor," ujarnya.

"Artinya itu pun harus melewati proses pembuktian bahwa ada penyimpangan sejarah lalu bisa saja karena film juga setelah sekian tahun mau diputar kembali biasanya harus ada sensor lagi," lanjutnya.

Apalagi ketika dengan pemutaran film tersebut bisa menimbulkan keresahan di masyarakat. Sensor ulang terhadap adegan yang tak sesuai fakta sejarah bisa saja dihilangkan. Lantas bagaimana jika film G30S/PKI dibuat ulang? Berikut komentar para artis.

1. Slamet Rahardjo

Slamet Rahardjo tak mau mempermasalahkan pro dan kontra penayangan kembali ataupun pembuatan kembali film tentang kekejaman komunis tersebut.

"Saya kira gini lah. Cerita itu kan ada antagonis ada protagonisnya. Nah itu saya kira ada yang dirugikan ada yang tidak dirugikan. Sekarang kalkulasi saja. Pasti semua punya tujuan. Punya maksud. Saya kan nggak suka dilarang-larang. Masa saya mau melarang-larang," tukas Slamet Rahardjo.

2. Christine Hakim

Christine Hakim mengatakan jika selayaknya film yang nantinya diproduksi bisa dipertanggungjawabkan secara data dan fakta. Sehingga bukan hanya meng-counter film G30S/PKI yang dibuat orde baru.

"Sejauh itu tetap berpegang kepada data-data yang bisa dipertanggungjawabkan. Jadi bukan hanya sekadar meng-counter itu tanpa data-data yang bisa dipertanggungjawabkan," imbuhnya.

3. Marcella Zalianty

Marcella Zalianty enggan menyetujui jika film yang dimaksud akan kembali digarap hanya untuk meluruskan sejarah. Baginya, dalam konteks film memang bebas bisa dibuat siapa saja dan ditonton siapa saja.

"Saya tidak spesifik bicara bahwa film Penumpasan Pengkhianatan G30S/ PKI layak atau tidak tetapi saya hanya melihat konteks film apapun orang bebas mau membuat film, film apapun orang bebas mau menontonnya. Tapi kalaupun kita membuat film untuk menyampaikan sebuah wawasan atau sejarah, harusnya sebatas itu saja memberikan pembelajaran dan wawasan saja, bukan untuk meluruskan," tandas Marcella Zalianty.

4. Maouly Surya

Sutradara Marlina si Pembunuh Dalam Empat Babak itu tidak menutup rapat kemungkinan itu bila memang diberi kesempatan membuat remake film G30S/PKI.

“Jadi menurut saya semua cerita bisa jadi film yang bagus. Tergantung visi dan misi proyek itu sendiri, bisa sesuai sama visi dan misi saya sebagai pembuat film atau tidak,” tutup dia.

5. Joko Anwar

"Saya nggak tahu kenapa banyak yang tanya rencana pembuatan ulang film G30S/PKI. Yang jelas saya bukan sutradara yang bisa diminta membuatkan film dari ide orang lain. Saya hanya membuat film berdasarkan ide saya sendiri. Karena basic saya bukan film, pendidikan saya bukan film. Saya takut mengecewakan jika membuat film pesanan orang lain," kata Joko Anwar saat bertandang ke Bintang.com.

What's On Fimela