Fimela.com, Jakarta Pro kontra terlihat dalam masyarakat seputar ide untuk membuat film G30S/PKI versi baru digulirkan. Ada yang setuju, ada pula yang merasa tak perlu. Beberapa kalangan maupun instansi pun memulai dengan memutar film yang disutradarai oleh Arifin C. Noer tersebut.
"Ya mau ditayangin berkali-kali mana bisa saya larang. Tapi kan sekarang kita punya urgensi yang berbeda-beda," ujar Slamet Rahardjo di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jakarta Pusat, Jumat (22/9) malam.
Menurut saudara kandung Eros Djarot ini, untuk sekarang urgensi kebangsaan adalah menciptakan masyarakat yang damai. "Urgensi saya hari ini adalah gimana bangsa saya damai, bangsa saya jangan dipisah-pisahkan. Bangsa saya harus saling mencintai," ucapnya.
Sineas senior sekaligus budayawan tersebut mempersilakan kepada siapapun untuk membuat ulang film G30S/PKI. Baginya, tak ada ang bahaya pada sebuah tontonan ketika penontonnya memiliki kualitas.
"Nah saya kira, bahaya atau manfaatnya tidak ditentukan oleh tontonan, ditentukan siapa yang nonton. Nah anda mau nggak memiliki kualitas sebagai penonton? Saya kira itu. Bahwa itu mau ditayangkan lagi, mau direborn lagi, terserah," tuturnya.
Setiap pembuat pasti memiliki maksud dan tujuan. Karenanya, Slamet Rahardjo tak mau mempermasalahkan pro dan kontra penayangan kembali ataupun pembuatan kembali film tentang kekejaman komunis tersebut.
"Saya kira gini lah. Cerita itu kan ada antagonis ada protagonisnya. Nah itu saya kira ada yang dirugikan ada yang tidak dirugikan. Sekarang kalkulasi saja. Pasti semua punya tujuan. Punya maksud. Saya kan nggak suka dilarang-larang. Masa saya mau melarang-larang nonton film G30S/PKI," tukas Slamet Rahardjo.