Eksklusif Rizal Mantovani, Bikin Film Horor Seperti Berfantasi

Henry Hens diperbarui 19 Sep 2017, 07:42 WIB

Fimela.com, Jakarta Kalau menyebutkan nama sutradara yang karyanya banyak dinanti dan hampir selalu laris, nama Rizal Mantovani rasanya harus termasuk di dalamnya. Pria yang selalu memakai topi ini juga identik dengan video klip dan film bergenre horor.

Dua hal itu memang melejitkan nama Rizal di dunia hiburan. Pria kelahiran 50 tahun lalu ini awalnya berkiprah di bidang video klip terutama sebagai sutradara. Sudah banyak video klip berkualitas dan kreatif dari banyak pemusik ternama di negeri ini yang pernah dihasilkan Rizal Mantovani. Setelah matang di bidang video klip dan menyutradarai beberapa serial televisi, Rizal mulai berkecimpung di dunia film.

***

Film pertama yang disutradarainya adalah Kuldesak di tahun 1996 bersama dengan tiga sutradara lainnya yaitu Nan T, Achnas, Riri Riza dan Mira Lesmana. Sayangnya film itu dibuat dan dirilis saat perfilman Indonesia sedang ‘mati suri’. Namun dari situ Rizal merasa banyak mendapat pelajaran berharga.

 

Pamor Rizal baru melambung tinggi setelah menyutradarai film Jelangkung (2001) bersama dengan Jose Poernomo. Jelangkung menjadi box office di tengah kepungan film-film Hollywood yang merajai seluruh bioskop di Indonesia. Jelangkung jadi salah satu pelopor bangkitnya industri perfilman nasional sampai dengan saat ini.

Setelah itu sederet film pernah dibesut Rizal, seperti Jatuh Cinta Lagi, Kuntilanak 1-3, Air Terjun Pengantin, Jenglot Pantai Selatan, Pupus, 5 cm, Supernova, Princess, Bajak Laut dan Alien, Wewe, Bulan Terbelah di Langit Amerika dan Jailangkung. Film Jailangkung yang dirilis pada liburan Lebaran lalu kembali disutradarai Rizal dan Jose.

Meski menampilkan cerita dan pemain yang sama sekali baru dan beda dari film pertamanya, Jailangkung kembali meraih sukses dengan meraih dua juta penonton lebih. Di tahun ini setidaknya ada dua film terbaru Rizal yang akan dirilis yaitu Gerbang Neraka dan Chrisye. Yang akan segera tayang di bioskop adalah Gerbang Neraka produksi Legacy Pictures, mulai 20 September nanti.

Film yang dibintangi Reza Rahadian, Julie Estelle dan Dwi Sasono itu termasuk unik, diantaranya karena terinspirasi dari peninggalan sejarah yang benar-benar ada lalu dipadukan dengan unsur horor dan adventure. Rizal mengaku sangat antusias saat ditawarkan membuat film yang awalnya berjudul Firegate ini oleh sang produser Robert Ronny.

“Saya seneng banget karena katanya ini sesuatu yang baru, ini yang saya suka. Tapi film ini masih dalam ‘kotak mainan’ saya, dan temanya ini sesuatu yang menarik,” terang Rizal Mantovani saat bertandang ke kantor redaksi Bintang.com di Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu. Lalu apa yang membuat film Gerbang Neraka menjadi menarik bagi seorang Rizal Mantovani, apa karena masih ada unsur horornya?

Seperti apa Rizal membesut film bernuansa horor tapi berdasarkan peninggalan sejarah yang benar-benar ada? Apalagi yang ingin diwujudkan Rizal dalam berkarya? Apakah pria yang sudah membuat ratusan video klip ini tetap akan menyutradarai video klip? Simak hasil wawancara dengan Rizal Mantovani berikut ini.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Gerbang Neraka Tampilkan Hal Baru

Rizal Mantovani tampilkan horor yang beda di film Gerbang Neraka. (Fotografer: Bambang E. Ros, Stylist : Indah Wulansari, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Tema film Gerbang Neraka atau Firegate bisa dibilang belum banyak di Indonesia. Film ini memadukan banyak unsur seperti sejarah, horor, fantasi dan adventure. Rizal Mantovani memaparkan pandangannya terhadap film Gerbang Neraka yang dikerjakannya dengan sangat antusias.

Seperti apa garis besar cerita Gerbang Neraka?

Film ini tentang tiga orang yang memiliki keterikatan emosional terhadap sebuah situs yaitu situs Gunung Padang di daerah Jawa Barat. Situs ini memang benar-benar ada. Situs ini sudah dikelola sama pemerintah, bentuknya seperti piramid tapi masih tertimbun di dalam tanah. Ini sudah diteliti dan semuanya buatan manusia. Usianya ternyata lebih tua dari piramida di Mesir. Itu yang jadi inti cerita dan dimulai dari situ. Situs ini belum dibuka, tapi di film ini ceritanya sudah dibuka atau sudah dieskavasi.

Siapa saja tokoh utamanya?

Ada tiga tokoh utama d film ini. Ada Tomo Gunadi seorang jurnalis yang dulu idealis tapi berubah jadi skeptis, tidak peduli sama orang lain dan lebih mementingkan diri sendiri, diperankan sama Reza Rahadian. Lalu ada Arni yang diperankan Julie Estelle, seorang ilmuwan dan meyakini segala sesuatunya bisa diselesaikan dengan science, karena menurutnya Indonesia sudah terlalu banyak klenik, sudah terlalu pecaya tahayul. Dia punya guru yang dimainkan Ray Sahetapy. Mereka berdua jadi tim utama yang ditunjuk presiden buat mengeskavasi situs ini. Lalu ada Guntur diperankan Dwi Sasono, seorang paranormal selebriti dan punya acara TV. Secara sekilas dia seperti tidak serius pada bidangnya, tapi dia ternyata punya sesuatu keterikatan dengan situs ini.

Lalu apa hubungan ketiga orang ini?

Jadi mereka bertiga ini harus memilh sebuah keputusan baik pribadi atau bersama untuk memecahkan misteri dalam situs ini yang mungkin bisa mengancam kehidupan banyak orang.

Lokasi syutingnya dimana saja?

Kalau syutingnya ada di Jakarta, Cibubur dan beberapa daerah lain di Jawa Barat.

Bagaimana syutingnya, apa saja persiapan yang dilakukan?

Persiapan syutingnya cukup lama tapi lebih kepadsa riset. Yang saya senang dari proyek ini, ini sesuatu yang baru, itu yang dibilang Robert Ronny, produser sekaligus penulis cerita film ini waktu menawarkan proyek film ini pada saya. Wah saya senang banget tuh ada produser bilang kayak gitu. Tapi ini masih dalam kotak mainan saya, ini perpaduan dari horor tapi bukan dari urban legend karena ada unsur sejarah dan science.

Berarti film ini memang benar-benar menampilkan sesuatu yang baru?

Bisa dibilang begitu. Paling tidak dari film ini penonton bisa punya wawasan baru, yaitu kalo di negara kita sendiri, in our own backyard, ada tenpat yang jadi perhatian internasional. Ini memang bukan plek sama denan aslinya tapi jadi inspirasi buat membuat film ini. Karena itu riset untuk membuat film ini memang harus dilakukan dan cukup lama.

Apa saja kesulitan atau kendala yang dihadapi?

Kendala terbesar adalah, mewujudkan yang nggak ada jadi sesuatu yang ada. Situs aslinya masih tertimbun di tanah sebagian besar bangunannya dan ditumbuhi rerumputan. Kita mesti membayangkan dan create seperti apa bentuk piramida nya.

Bagaimana mereka-reka bentuk piramid aslinya?

Jadi film ini terinsirasi dari situs Gunung Padang karena yang aslinya belum dibuka. Nah kita bisa bermain dengan berbagai hal, seperti bentuk luarnya kita simpulkan berbentuk segi lima karena berada diantara lima gunung dan kita bikin teori piramid ini segi lima bukan segi tiga seperti di Mesir. Banyak hal yang kita create, keseruan inilah yang membuat kita excited mengerjakan proyek ini, jadi tetap berdasarkan sejarah tapi kita bisa create sendiri.

Bagaimana dengan unsur budayanya?

Soal budaya, kita angkat budaya Sunda di jaman dulu atau kita sebut Sundaland, jadi bagaimana budaya Sunda di jaman dulu, bisa dibilang ribuan tahun sebelum Masehi. Ada sejumlah teori dari kita tentang Sundaland, seperti nama Sundaland teori kita dari kata Sun dari bahasa Inggris Matahari, jadi pulau Matahari.

Apa film ini banyak memakai unsur CGI? Berarti bujetnya besar-besaran?

Kita memang banyak menggunakan CGI, namun di sini tidak terlalu wah, yang pas saja, sesuai dengan kebutuhan cerita. Misalnya ada adegan Tomo meihat Gunung Padang dari jauh, itu saja nggak perlu dari berbagai angle. Soal bujet sebenarnya medium, jadi sekali lagi pada porsinya tidak jor-joran, tapi yang lebih penting ceritanya masuk.

Gerbang Neraka termasuk genre apa?

Kalo genre, ada horor sekaligus adventure plus conspiracy theory. Kayaknya belum banyak atau mungkin belum ada film Indonesia yang mengangkat teori konspirasi.

3 dari 3 halaman

Dari Video Klip ke Film

Rizal Mantovani tampilkan horor yang beda di film Gerbang Neraka. (Fotografer: Bambang E. Ros, Stylist : Indah Wulansari, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Apa yang dcapai oleh Rizal Mantovani saat sudah melalui jalan dan tahapan yang panjang. Sutradara yang banyak membesut film-film laris ini memang sudah sangat berpengalaman di bidang penyutradaraan. Itu karena Rizal mengawali karirnya sebagai sutradara video klip. Sudah ratusan video klip milik banyak penyanyi maupun musisi pernah ditangani oleh Rizal.

Apa film ini termasuk proses pendewasaan seorang Rizal Mantovani?

Soal pendewasaan biar orang lain yang menilai, kalau saya lebih ke bikin film horor yang beda, supaya temanya nggak itu-itu aja. Saya kan suka membaca komik-komik DC dan Marvel. Saya suka dengan elemen fantasi dan itu ada sedikit di film ini. Dari semua film saya ini yang paling dekat dengan fantasi, genre yang saya suka.

Apa yang membuat film horor banyak disukai?

Kalau menurut saya, bikin film horor itu kayak bikin fantasi. Jadi kalo menurut saya penonton kita suka film horor bukan karena klenik tapi karena fantasi. Mereka mungkin nggak percaya sama tahayul tapi melihat fantasi dan terhibur, hampir sama dengan di Hollywood, mereka juga berfantasi tapi dengan alien, dracula atau vampir.

Apa ada rasa khawatir Gerbang Neraka tak terlalu disukai penonton karena temanya beda?

Soal penonton, ada rasa khawatir tapi balik lagi pada keinginan atau niatan awal kita, bagi saya bikin film itu nggak ada yag salah atau benar. Sejak awal kita sudah tahu film ini bakal seperti apa. Kalo dibilang berat ya itu resiko, nggak masalah sih yang penting kita sudah membuat sesuatu yang beda.

Apa proyek Anda selanjutnya?

Proyek selanjutnya, lagi persiapan Eiffel I’m in Love 2. Kita baru aja rilis trailer dan kemungkinan baru rilis awal 2018 nanti. Terus film Chrisye sudah siap rilis di Desember nanti. Kalau Jailangkung 2 belum, belum ada perkembangan terbaru kita tunggu aja.

Ada keinginan membuat film superhero Indonesia?

Untuk bikin film superhero, kayaknya nggak karena saya cukup sebagai penggemar komik dan film superhero saja.

Masih mengerjakan video klip?

Masih dong. Yang terbaru saya bikin klipnya Noah buat lagu di album terbaru mereka. Saya sangat nencintai video klip karena saya dibesarkan lewat video klip.

Bagaimana awal Anda tertarik jadi sutradara video klip?

Jadi waktu kuliah saya diajak buat membantu bikin video klip, saya bikin set desainnya. Terus saya juga belajar editing karena mereka perlu editor. Dari situ mulai tantangan bikin klip bagus karena kita punya banyak musisi bagus tapi video klipnya belum digarap maksimal. Klip pertama saya sebagai sutradara klipnya Iwa K yang lagu pertamanya, Kuingin Kembali, di tahun 1992. Lalu setelah itu mulai banyak bikin video klip.

Lalu jadi sutradara film?

Baru di tahun 1996, saya diajak bikin film sama Riri (Riza) dan Mira (Lesmana), Kuldesak yang rilis tahun 1998. Jadi film ini disutradarai empat orang karena terdiri dari empat bagian. Satunya lagi sama Nan T. Achnas. Saya diyakini kalo saya bisa, karena mereka tahu CV saya meski saya sempat kurang pede. Setelah itu bikin Jelangkung di tahun 2001 bareng Jose dan ternyata sukses. Terus pertama kali jadi sutradara sendiri filmnya KD, Jatuh Cinta Lagi di tahun 2006.

Lebih suka atau cenderung menyutradarai film horor?

Nggak juga sih. Saya menyutradarai banyak genre film. Kayak dua film saya setelah Gerbang Neraka, ada film Chrisye dan Eiffel I’m in Love 2 yang genrenya drama romance. Tapi kebetulan aja pernah sukses lewat film horor jadi cenderung lebih sering ditawari bikin film horor.

Siapa saja orang yang berjasa dalam karir Anda?

Wah banyak banget. Salah satunya Richard Buntario, dulu saya ikut dia di Broacast Design Indonesia (BDI) waktu awal-awal bikin video klip. Lalu juga orang-orang di Avant Garde, terus Jay Subiakto yang menurut saya bikin video klip keren banget. Dia yang bikin saya terinspirasi buat jadi sutradara video klip.

Apa lagi yang ingin diwujudkan seorang Rizal Mantovani?

Harapan ke depannya, genre fantasi di film semakin bisa dterima masyrakat luas, kalo disukai kan produser jadi lebih sering bikin. Kendalanya lebh ke cerita yang pas, karena harus tetap bernuansa lokal. Walaupun gaya kamera atau lighting kayak luar negeri, tapi cerita harus tetap lokal, Jadi mencari cerita yang pas nggak gampang tapi saya yakin pelan-pelan kita pasti bisa.

Melalui film Gerbang Neraka kita akan bisa melihat dan merasakan visi seorang Rizal Mantovani. Memadukan unsur horor dengan fantasi, adventure dan teori konspirasi membuat Rizal mampu menampilkan banyak hal di film ini. Selain itu kita masih akan menyaksikan film maupun video klip karya Rizal Mantovani yang selalu dipenuhi ide-ide kreatif dan tentunya disukai banyak orang maupun penonton.