Fimela.com, Jakarta Tsania Marwa lebih banyak terdiam saat ditemui di kediaman orangtuanya, kawasan Jakarta Barat, Minggu (20/8/2017). Sesekali ia memandang layar ponselnya dan melihat-lihat foto-foto kebersamaannya dengan dua buah hatinya, Syarif Muhammad Fajri dan Aisyah Shabira. Setiap hari, Tsania Marwa mengaku selalu memikirkan dua anaknya itu. Kerinduannya pun seringkali tak terbendung dan hanya pecah dalam doa di kesunyian malam.
***
Berpisah dengan Atalarik Syah, sang suami memang bukan rencana hidupnya. Tapi itu bagi Tsania Marwa, merupakan sebuah takdir yang tak bisa dihindarkan. Ketidakcocokan, mengantarkan mahligai pernikahan yang dibangun sejak 10 Februari 2012, berakhir di Pengadilan Agama Cibinong, Jawa Barat, pada Senin (15/8/2017). Dua versi keterangan pun menjadi perdebatan. Pihak Atalarik menuding, Tsania Marwa telah meninggalkan rumah, sementara Tsania berkilah, dirinya sudah meminta izin terlebih dahulu pada sang suami.
Konflik itu kemudian memanjang, saat Tsania harus menghadapi kenyataan, ia terpisah dari dua anaknya yang masih kecil. Bahkan saat berpisah, menurut Tsania, anak bungsunya masih dalam kondisi membutuhkan ASI. Menceritakan kerinduannya pada sang anak, air mata Tsania Marwa pun sempat mengalir.
Berharap pada pengadilan bisa mewujudkan keinginannya untuk mendapatkan hak asuh anak, rupanya Tsania Marwa masih harus menyimpan hal tersebut, lantaran gugatan hak asuh atas kedua anaknya ditolak pengadilan. Namun, masih ada kesempatan hingga 14 hari setelah keputusan cerai, bagi pihak Tsania Marwa mengurus kembali gugatan atas hak asuh anak.
"Titik terang itu aku yakin selalu ada di depan. Sejauh apa aku harus sampai ke titik terang itu, wallahu'alam. Tapi yang pasti aku sebagai manusia yang nggak tahu hari esok sepetti apa, aku tetap pada optimis aku, tetap pada doa yang aku bawa. Aku percaya takdir Allah itu yang menyatukan aku dengan anak-anak. Karena aku nggak minta anak aku itu siapa, mereka juga nggak pernah minta ibunya siapa. Ini sebuah ikatan yang sudah takdir dari Sang Pencipta. Aku percaya tidak ada seorang manusia pun yang bisa memutus takdir itu," ujar Tsania Marwa saat ditemui Bintang.com di kediaman orangtuanya, kawasan Jakarta Barat, Minggu (20/8/2017).
Sebagai seorang ibu, Tsania berjanji tidak akan menyerah, untuk bisa mendapatkan hak asuh kedua anaknya. Meski demikian, ia juga tidak akan memisahkan dua anaknya dari Atalarik Syah, ayah mereka. Lantas, bagaimana Tsania Marwa mengatasi kesedihannya terpisah dari anak? Apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-harinya tanpa ada senyum dua anaknya? Simak wawancara selengkapnya berikut ini.
What's On Fimela
powered by
Optimis dapatkan hak asuh anak
Tsania Marwa ingin meluruskan, perihal ditolaknya gugatan hak asuh anak di Pengadilan Agama Cibinog, Jawa Barat. Penolakan pengadilan, tidak membuat hak asuh dua anaknya jatuh ke tangan Atalarik Syah. Lantas, bagaimana cerita selengkapnya?
Jadi benar hak asuh anak ditolak, kemudian di limpahkan ke pihak Atalarik?
Aku perlu meluruskan, jika memang benar gugatan hak asuh anak itu ditolak, namun bukan berarti hak asuh anak ada di Arik. Hanya karena fisik anak-anak di pihak sana, jadi terkesan hak asuh anak dimenangkan pihak Arik, padahal yang mengajukan gugatan aku. Masih ada waktu dan tim kuasa hukum sedang mengurus kembali gugatan terhadap hak asuh anak.
Waktu itu kabarnya sempat bertemu dengan anak?
Seperti yang diungkapkan pengcara Arik, memang benar aku bertemu. Pertemuan tersebut dimediasi oleh KPAI juga. Tapi aku nggak bisa bercerita detail.
Setelah bertemu anak, ada kepercayaan diri kamu bisa dapatkan hak asuh anak?
Kalau di sini, aku sudah di tahap nggak mau terlalu banyak berharap secara mental, tapi secara teori kenyataannya aku terus berjuang. Tentunya dengan langkah-langkah hukum yang harus dilalui satu per satu. Titik terang itu aku yakin selalu ada di depan.
Seberapa yakin?
Sejauh apa aku harus sampai ke titik terang itu, wallahu'alam. Tapi yang pasti aku sebagai manusia yang nggak tahu hari esok seperti apa, aku tetap percaya pada optimis aku, tetap pada doa yang aku bawa. Aku percaya takdir Allah itu yang menyatukan aku dengan anak-anak. Karena aku nggak minta anak aku itu siapa, mereka juga nggak pernah minta ibunya siapa. Ini sebuah ikatan yang sudah takdir dari Sang Pencipta. Aku percaya tidak ada seorang manusia pun yang bisa memutus takdir itu.
Pernah merasa jenuh dengan apa yang kamu hadapi saat ini?
Karena aku masih manusia biasa, kadang-kadang ada masa dimana aku masih banyak bertanya-tanya, apa sih maksudnya aku harus melewati semua ini. Ini adalah sebuah tahapan dalam hidup aku. Ujian, cobaan yang memang penuh perjuangan untuk bisa bertahan dan satu-satunya hal yang masih bikin aku kuat dan beridri sampai saat ini, itu hanya karena aku percaya adanya Tuhan, titik, itu doang.
Banyak juga yang memandang negatif terhadap diri kamu. Komentar kamu?
Aku sekarang sudah di tahap yang nggak mau dengerin pendapat orang, kemakan pujian orang atau apapun itu. Aku hanya percaya dengan kuasa Tuhan saja. Jadi aku percaya nggak ada hal yang sia-sia. Mungkin doaku setiap malam, air mata aku setiap malam sekarang mungkin nggak ada hasilnya. Tapi aku yakin suatu hari pasti ada hasilnya, kapannya itu, rahasia Tuhan. Aku percaya doa yang belum dikabulkan itu semata-mata Tuhan tahu kapan waktu terbaik untuk mengabulkan doa tersebut. Aku hanya percaya dengan takdir Tuhan, dengan kuasa Tuhan, itu saja.
Saat ini anak di Arik, suatu saat ada di kamu, ada perasaan dendam?
Saya paham betul apa arti figur bapak dalam kehidupan seseorang karena saya juga sangat menghargai bapak saya. Saya juga sebagai anak perempuan sangat sayang dengan bapak saya dan saya tahu pentingnya itu. Saya tidak akan mungkin menghilangkan itu. Saya di sini nggak mau egois. Tuhan menciptakan anak dari dua belah pihak, pasti ada maksudnya.
Jadi nggak ada niat untuk mempersulit?
Di sini juga saya tekankan, kalau dari awal mengambil langkah untuk bercerai, saya sama sekali tidak pernah ada niat untuk menghilangkan atau memisahkan sosok ayah dari anak-anak saya. Karena saya yakin sampai kapanpun, ayahnya ya ayahnya dan saya berharap, pihak yang lain pun berpikiran yang sama.
Adik jadi penghibur duka
Tsania Marwa tengah bersedih lantaran masih terpisah dengan kedua anaknya. Namun ada hal lain yang membuatnya sedikit merasa terhibur, sang adik Ghina Raihanah Tadjoedin, terpilih menjadi Paskibraka tingkat Provinsi DKI Jakarta. Ghina yang dahulu juga sempat aktif di dunia akting, kini mendapatkan kesempatan untuk kembali ke dunia artis yang sudah tiga tahun ditinggalkan lantaran sibuk sekolah.
Adik menjadi Paskibraka, bagaimana komentar kamu?
Tsania Marwa (T): Bangga yang pasti, jadi ada hiburan yang membanggakan. Apalagi sekarang Ghina juga mendapatkan beberapa tawaran untuk kembali terjun ke dunia hiburan.
Ghina (G): Aku juga nggak nyangka sih, pas ikutan seleksi dan lolos. Lalu aku kabarkan mama dan awalnya nggak percaya. mama senang, aku juga senang.
Dahulu sempat terjun ke dunia hiburan ya?
G: Iya, dari kecil, bintang iklan, main FTV. Cuma tahun 2013 ditinggalin karena aku sekolah dan sekarang sudah duduk di kelas 2 SMA.
Kakak suka ingatkan kamu untuk bisa menjaga diri dengan pergaulan di dunia hiburan?
T: Pastinya, tanpa aku kasih tahu juga Gina sudah banyak melihat langsung plus minus terjun ke dunia entertainment. Kalau khawatir nggak, karena ada mamah juga yang mengawasi. Aku juga diawasi dari sebelum menikah sampai sekarang. Gina juga melihat kakaknya berperilaku di dunia hiburan.
G: Aku alhamdulillah sudah siap. Kalau masalah hal yang negatif di dunia hiburan, nggak hanya di entertainment saja. Di setiap kehidupan pasti ada ya aku lebih jaga diri saja dan menghindari hal-hal negatif itu. Mamah juga protektif, jadi insha Allah aku sudah siap dengan keadaan seperti itu.
Kalau ada anggapan kamu dompleng nama kakak jadi bisa terjun ke dunia hiburan?
G: Aku nggak peduli orang ngomong apa. Aku bakal tunjukkin aku yang terbaik. Aku bisa jadi yang berbaik bukan karena kakak aku, tapi karena aku memang pantas.
Kembali ke Tsania Marwa, kamu trauma untuk kembali menjalin hubungan?
T: Kalau dibilang menjalin hubungan dengan lelaki saat ini, bukan prioritas aku. Sekarang fokusnya teralihkan oleh hal-hal yang harus aku selesaikan satu per satu. Jadi bukan trauma, tapi untuk punya pasangan lagi mungkin butuh waktu. Tapi aku percaya jodoh itu ada di tangah Tuhan, dan itu rahasia yang kita semua nggak tahu.
Tapi masih mau menjalin kisah asmara?
Ya, itu masih menjadi rencana yang jauh sekali. Ya mungkin tahunan deh. Aku nggak mau nyebut berapa tahunnya, takut kemakan omongan. Tapi itu bukan jadi prioritas aku saat ini. Aku lewati dahulu fase berat ini. Kalau anak-anak bisa ke aku lagi, pasti aku mau mencurahkan waktu untuk mereka, juga untuk kerjaan yang ujung-ujungnya untuk anak-anak juga.
Anak, merupakan harta yang tak ternilai harganya, terlebih bagi seorang ibu. Setelah mengandung selama sembilan bulan, melahirkan hingga menyusui, ikatan emosional itu akan selalu ada antara ibu dan anak, meski itu harus terpisah jarak dan waktu. Kini, Tsania Marwa hanya bisa berdoa, perjuangannya untuk kembali bisa bersama kedua anaknya dapat terwujud.