Eksklusif Debora Gondokusumo: Berbisnis Sambil Mengedukasi

fitriandiani diperbarui 18 Agu 2017, 09:28 WIB

Fimela.com, Jakarta Debora Gondokusumo, seorang ibu muda beranak dua ini merupakan salah satu lulusan terbaik dari sebuah universitas di luar negeri, jurusan teknik kimia. Belum memulai bisnisnya seperti sekarang ini, sekembalinya ke Indonesia pun, karier yang mulai ia tapaki tak terlepas dari hal-hal berbau kimia. Bergabung di tim research and development, Debora berkutat dalam proses formulasi.

Orang-orang yang pernah tahu apa yang Debora lakoni beberapa tahun silam dan melihat apa yang sedang ia jalani serta tekuni saat ini, pasti dapat dengan mudah menemukan perbedaan yang sangat berbanding terbalik. Pasalnya, Debora yang dulu berkutat dengan zat kimia, kini sangat menjunjung tinggi nilai alami nan holistik dalam hidupnya.

Tak ingin hanya menikmati manfaatnya seorang diri, Debora pun berusaha berbagi dengan berbagai cara. Salah satunya, dengan membuat sebuah produk yang bisa jadi pendamping praktis bagi mereka yang ingin hidup alami dan serba sehat. Kendati demikian, ada yang menarik dari Debora. Apa yang dilakukannya saat ini bukan hanya sekadar ego untuk mengajak orang hidup sehat seperti dirinya, tapi ada keinginan untuk berbagi yang sangat tinggi.

Seperti apa perjalanan Debora dari yang akrab dengan zat kimia sampai jadi penganut nilai holistik saat ini? Bagaimana juga transisi itu terjadi? Simak perbincangan eksklusif Debora Gondokusumo dengan Bintang.com!

***

Debora dulu dan sekarang seperti dua sisi yang memiliki perbedaan sangat kontras, dari kimia jadi serba alami. Awalnya dulu, kenapa saat kuliah ambil jurusan teknik kimia?

Pada dasarnya aku suka research, suka menganalisis, suka angka-angka, dan waktu SMA aku suka mata pelajarannya, makanya saat kuliah aku ambil jurusan teknik kimia meski saat itu nggak tahu ke depannya bakalan jadi apa.

Setelah lulus dan kembali ke Indonesia, mulai kerja sebagai tim research and development, apakah itu sesuai dengan jurusan kuliah yang diambil?

Karena waktu itu memang mengerjakannya di bidang formulasi. Kalau formulasi, ya memang research lagi, kita cobain di lab, kita cobain di skala manifacturing. jadi research terus menerus.

Menurut Anda bekerja di bidang marketing menyenangkan?

Kalau ngomongin menyenangkan, itu menyenangkan karena aku orangnya tuh suka belajar. Even sampai sekarang pun masih suka belajar. Menurutku, selama kita bernapas kita akan terus belajar. Kalau ditanya senang atau nggak, waktu itu karena masih muda juga, jadi dijalanin aja untuk cari pengalaman, dll. Nah, dari situ aku sebenernya ditawarin pindah ke bagian marketing. Padahal waktu itu sulit banget, jarang terjadi ada karyawan pindah dari tim research ke marketing. Tapi mungkin dilihatnya aku cocok. Di marketing itu juga belajar lagi. Marketing itu bukan cuma ilmu pemasaran, kita juga harus research, walau yang di-research beda tapi it's a research proccess juga. Waktu itu seneng-seneng aja karena proses belajarnya.

2 dari 3 halaman

Kehamilan Jadi Titik Balik Perubahan Gaya Hidup

Debora Gondokusumo ingin membuat banyak orang memiliki kesadaran lebih untuk hidup sehat. (Foto: Bintang.com/Daniel Kampua)

Begitulah Debora Gondokusumo. Saat tim Bintang.com berbincang dengannya, tampak sekali bahwa wanita yang satu ini memiliki semangat tinggi dalam belajar. Terbukti dari cerita kariernya di perusahaan tempatnya bekerja sebelum ini. Debora yang memiliki latar belakang pendidikan teknik kimia, ditantang dan dengan senang hati menerima tantangan tersebut untuk pindah ke tim marketing. Objek pekerjaannya jelas berbeda, meski pada dasarnya, teknik yang ia gunakan dalam melakoni dua bidang pekerjaan itu sama; research, sesuatu yang ia gemari.

Meski sangat menikmati pekerjaan dengan melakukan hal yang dia suka ternyata tak cukup menahannya berdiam di sana. Ketika hamil anak pertama, hidupnya mulai berubah.

Apa yang terjadi saat kehamilan itu hingga membuat Anda 'beralih' gaya hidup?

Mungkin karena sudah terlalu sering ter-expose zat kimia, saat hamil aku tiba-tiba jadi pengin hidupnya lebih holistik, secara alami. Aku mulai mengurangi konsumsi gula, cari nutrisi lewat sayuran, belajar kalori versus nutrisi, belajar tentang makanan. Aku sadar semua yang aku makan akan langsung diterima janin, kalau aku makan junk, ya dia makan junk. Begitu juga sebaliknya. Aku juga pernah baca jurnal penelitian yang bilang bahwa apa yang kita makan saat hamil bakalan ngaruh ke kualitas hidup anak ke depannnya. Sebegitu jauhnya investment ke anak ini saat hamil, makanya waktu itu jadi banyak takut, aku mulai deh hidup holistiknya. At the same time, keinginan untuk melahirkan secara normal bikin aku rajin yoga, intinya gaya hidup aku lebih sehat deh. Sebenernya zat kimia itu nggak bahaya, tapi yang alami kan akan jauh lebih baik, makanya aku mau hidup sehat secara holistik.

Apakah itu terjadi saat masih di bagian marketing? Lalu mengundurkan diri karena keinginan hidup holistik, atau?

Betul, karena ada idealisme tentang hidup sehat. Berhubung sudah menjalaninya, aku jadi aware sama produk produk kesehatan. Aku jadi banyak kenal sama produk sehat yang disebut superfood, terus mulai konsumsi, masukin itu ke makanan sehari-hari.

Waktu awal aku pengin holistik itu posisinya aku masih kerja, tapi sudah memutuskan resign karena aku pengin buat sesuatu yang kayak gini (baca: superfood). Waktu itu tapi belum kepikiran dalam bentuk apa, belum tahu akan seperti apa. Mau launching produk kah, atau apa, belum tahu. Saat itu aku memutuskan untuk fokus sama kehamilan sampai lahiran dulu.

Dari mana pertama tahu informasi tentang superfood itu?

Kayaknya itu otomatis. Ketika kita mulai memperhatikan sesuatu ya secara otomatis kita bakalan ter-expose sama yang begitu-begitu.

Setelah aku lahiran, aku punya problem. Aku mau kasih ASI eksklusif tapi nggak keluar, akhirnya aku cari booster alami. Research sana sini, ketemu lah katuk. Ada juga yang lain tapi mahal banget dan asalnya dari luar negeri. Lalu aku lanjut research, ternyata banyak juga tanaman yang bisa bantu masalah itu, tapi belum banyak, bahkan mungkin belum ada yang tahu.

Nggak cuma itu, teman-teman juga mulai punya masalah seperti misal anak susah makan. Dari situ aku kepikiran untuk cari solusi, dan kebetulan waktu itu konsep superfood lagi kenceng. jadi aku berpikir untuk menyediakan solusi seperti untuk masalah-masalah yang aku sebutkan tadi dalam bentuk superfood.

3 dari 3 halaman

Herbilogy dan Cita-cita Mengedukasi

Debora Gondokusumo ingin membuat banyak orang memiliki kesadaran lebih untuk hidup sehat. (Foto: Bintang.com/Daniel Kampua)

Dari proses research tersebut, apa yang buat Anda yakin untuk buat superfood ini?

Karena aku pengin benar-benar ada solusi dari masalah itu tadi. Waktu aku nyari katuk, di instagram banyak. Tapi either rasanya nggak enak atau nggak punya sertifikasi. Aku jadi yakin bikin produk dalam bentuk powder untuk menjawab permasalahan-permasalahan itu tadi. Harus powder biar nggak kayak obat. Aku juga pakai term superfood supaya nggak terdengar kayak obat, karena ini bukan obat.

Saat menekuni bidang ini, apakah Anda merasa sangat passionate?

Aku sih happy-happy aja begini, karena aku beranjak dari masalah aku sendiri, dan aku sedang berusaha memberikan solusi. Aku yakin selain aku juga banyak ibu-ibu yang mengalami, banyak juga yang mulai sadar untuk hidup sehat, tapi produk penunjangnya nggak banyak. Tapi, di atas itu semua, aku di sini karena mau memberikan edukasi.

Untuk menjalankan hidup yang holistik, natural, alami, tapi secara menyeluruh itu, butuh edukasi. Jadi aku bertekad, "gue mau edukasi," intinya gitu. Jadi apapun yang aku lakukan sekarang, aku justru lebih senang dari sebelumnya karena aku bisa berbagi. My passion memang di sisi edukasinya, beside; solusi yang mereka butuh, kami siapkan.

Bagaimana cara Anda memberikan edukasi tersebut?

Aku pilih lewat social media sih yang jelas, kami ada instagram sama facebook; Herbilogy. Ada website juga, dan semuanya sarat edukasi. Kami bikin dalam bentuk artikel, ada macam-macam tips dari yang simple sampe agak kompleks. Yang kedua, kami bikin resep. Biar bagaimana pun kesehatan itu tergantung apa yang kita makan, jadi kami bantu juga dengan banyak kasih resep kesehatan.

Apakah Anda sudah mendapatkan apa yang Anda mau dari bidang ini?

Basically sudah, tapi namanya proses edukasi itu nggak pernah bisa dikatakan cukup. Sekarang edukasinya bisa dibilang sampai sih, tapi aku mau lebih luas lagi karena ilmu itu sendiri terus berkembang.

Apa harapan dan pandangan Anda tentang produk Anda, dan misi edukasi yang sedang Anda jalani ini dalam jangka panjang?

Tentu aku ingin lebih luas lagi yang bisa dicapai. Aku mau lebih banyak orang sadar untuk menjaga kesehatannya secara keseluruhan, juga biar tanaman di Indonesia lebih dikenal manfaatnya.

Sedikit berandai-andai. Kalau beberapa waktu ke depan ada hal lain yang membuat Anda berpaling dari bidang ini, apa itu kira-kira?

Hmm, kayaknya belum. Aku nggak kepikiran. Karena ini pun masih banyak yang perlu digali, masih banyak yang perlu dilakukan.

Apa yang sedang dikerjakannya saat ini memang bukan sesuatu yang main-main, tapi benar-benar ia pelajari dengan tekun dan sungguh-sungguh. Debora Gondokusumo dan pilihannya untuk hidup sehat secara holistik amat patut menjadi inspirasi bagi siapapun yang sudah memiliki bekal 'kesadaran' untuk hidup sehat, namun masih ragu memulainya.

Debora Gondokusumo belum mau mengakui bahwa apa yang ia dapatkan dan bagikan ini sudah cukup untuk dibilang sukses, karena baginya, belajar dan membagi pelajaran itu sendiri adalah proses yang akan berlangsung terus menerus seumur hidup. Baginya Herbilogy bukan sekadar bisnis, tapi sebuah cara untuk mengajak orang lain untuk hidup lebih sehat.