Fimela.com, Jakarta Jika berbicara narkoba, seketika banyak hal yang memenuhi kepala. Mulai dari adiksi, meningkatkan percaya diri, berbagai jenisnya, dampak bagi pengguna, dan lainnya. Namun yang sulit untuk dipungkiri adalah akrabnya pelaku dunia hiburan dengan barang-barang terlarang itu termasuk solois Ello.
Seperti yang diketahui, pemilik nama lengkap Marcello Tahitoe ini ditangkap pihak kepolisian resort Jakarta Selatan terkait penyalahgunaan narkoba. Ello kedapatan memiliki satu paket jenis ganja dan diciduk bersama satu orang lain di kediamannya, kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Minggu (6/8) lalu.
Bukan hanya Ello, hingga pertengahan tahun 2017 ini beberapa insan hiburan telah terlebih dahulu tersangkut masalah narkoba. Sebut saja Tora Sudiro, Ammar Zoni, Pretty Asmara, Iwa K, juga putra aktor Jeremy Thomas, Axel Matthew Thomas.
Sebelumnya, Ello sempat dikabarkan tersandung masalah narkoba tahun 2015 lalu. Namun, rumor itu kemudian menghilang pasti karena tidak ada kabar penangkapan. Terlepas dari kasus hukum yang dihadapi, Ello merupakan solois berciri khas dengan karakter bermusik yang kuat.
Kekasih Aurelie Moeremans ini pertama kali menjejaki langkah di dunia musik Tanah Air lewat album self-titled tahun 2005 lalu. Namanya kian melambung dengan kesuksesan Pergi untuk Kembali, sebuah lagu lama milik sang ayah yang ia aransemen ulang dengan sentuhan yang tidak kalah apik.
Tahun demi tahun perjalanan musik Ello harus ia lewati dengan banyak kisah. Salah satunya adalah ketika ia merasa kehilangan bagian dari dirinya ketika meluncurkan album pertama. Apa yang menyebabkan Ello cukup lama harus menanti hingga cukup mantap untuk lantang menyuarakan bagian dari musiknya?
Di Suatu Ketika
Beberapa bulan setelah Ello meluncurkan album Jalur Alternatif pada Januari 2016, saya berkesempatan untuk berbincang-bincang dengannya membahas album baru dan sepenggal kisah musik di masa lalu. Mungkin cukup banyak yang bertanya-tanya perubahan yang terjadi pada Ello.
Perubahan Ello tidak melulu soal fisiknya yang banyak diulas media, tetapi yang tidak kalah terasa adalah musik yang ia persembahkan. Jika di awal kemunculan Ello konsisten berbicara soal cinta dengan musik cenderung slow, namun hal itu mungkin tidak kalian temukan di Jalur Alternatif.
Mengapa? karena, "Album pertama itu bukan gue, sesederhana itu," ungkap Ello kala itu kepada saya. Transisi Ello memainkan lagu slow hingga kini tampil garang di rock ternyata memakan waktu yang tidak sebentar. Ia masih harus menanti, mencari, dan dapat mengisi kehampaannya dalam bermusik.
"Cuma saat itu mereka butuh pop, pasti dalam hidup melakukan sesuatu yang nggak lo banget, nolaklah. Akhirnya gue nganggur 3 tahun dari tahun 2006 ke 2009, tahun 2009 ngeluarin konsep Masih Ada, itu lumayan gue banget karena gue main gitar, prosesnya lumayan lama, 10 tahun akhirnya gue bisa menjadi diri gue seperti sekarang ini," tambahnya.
Penantian panjang Ello untuk nyaman bermusik akhirnya berbuah manis. Menjalankan apa yang jadi landasan utama dalam diri, hal yang ia cintai, tentu dapat membuatnya berekspresi tanpa banyak pikiran.
"Ini album yang paling sederhana bikinnya karena proses kreatifnya menurut gue nggak susah. Gue bisa berekspresi di musik rock. Even proses kreatifnya juga nggak ribet, nggak seribet waktu gue mengemas musik pop RnB itu gue lumayan mikir. Tapi ini ngalir aja langsung jadi, itu menandakan this is where I belong, gue nyaman di sini kalau dalam proses kreatif, over think over do nggak bagus, lebih bagus mengalir dengan sendirinya," kata Ello.
Pencarian musik Ello telah menemui jawaban. Namun tidak dengan penelusuran di lembah hitam narkoba. Tertangkapnya Ello tentu membuat banyak pendengar setia dibuat rindu akan aksi panggung sang idola.
Ketika Ello berada di antara nada dan narkoba. Ketika pilihan mengubah keadaan. Ketika pendengar rindu idola yang beraksi sangar. Di suatu ketika. Semoga lekas berlalu dan dapat kembali bersatu dengan nada-nada yang menderu.
Putu Elmira
Editor Kanal Musik Bintang.com