Perjuangan Hidup Yu Yuan, Gadis Penderita Leukemia

Karla Farhana diperbarui 03 Agu 2017, 22:14 WIB

Fimela.com, Jakarta Leukemia, merupakan salah satu penyakit yang sangat ganas. Sebagian tubuh penderitanya tak lagi sanggup menahan penyakit ini. Salah satunya adalah Yu Yuan, gadis kecil yang saat itu berusia 8 tahun. Dilansir dari berbagai sumber, kisah hidup gadis kecil ini sangat rumit dan menyedihkan. 

Dia awalnya dibuang oleh orangtua kandung di sebuah taman dengan catatan kecil mengenai tanggal dan jam dirinya dilahirkan. Untungnya, ada seorang pria miskin yang melihat Yu Yuan kecil tergeletak sendirian. Meskipun tak punya uang, pria tersebut akhirnya memutuskan untuk merawat Yu Yuan dan menjadi ayah angkatnya. 

Masa pertumbuhan gadis malang ini tak begitu baik. Tubuhnya lemah lantaran kekurangan gizi. Sang ayah angkat hanya bisa memberikannya air tajin sebagai pengganti susu. Namun, Yu Yuan tumbuh menjadi gadis kecil yang cerdas. Kecerdasannya melebihi anak-anak lain yang sebaya dengannya. 

Pada Mei 2005 Yu Yuan sedang mencuci muka. Namun, ayah angkatnya sangat terkejut saat menemukan darah yang mengucur lewat hidung buah hatinya. Dia lantas membawa gadis kecil yang tinggal di provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu, China ini ke rumah sakit. 

Sampai di rumah sakit, Yu Yuan tak mendapat nomor antrian. Dia akhrinya hanya bisa duduk. Namun, darah yang terus mengalir dengan deras terus mengalir. Hingga akhirnya sanga ayah yang saat itu berusia 30 tahun menampung darah mimisan Yu Yuan. Sayangnya, darah itu terlalu deras hingga memenuhi ember kecil yang menampungnya dalam waktu cukup singkat. 

Untunglah, seorang dokter melihat kejadian ini. Yu Yuan langsung di bawa ke ruang pemeriksaan. Berita menyedihkan dan pahit diterima mereka berdua. Yu Yuan ternyata mengidap Leukemia ganas, sebuah penyakit mematikan yang biaya pengobatannya sungguh mahal. 

Tak punya uang, ayah angkat Yu Yuan akhirnya meminta bantuan kepada teman dan kerabatnya. Sayang, uang yang terkumpul jauh dari jumlah uang yang dibutuhkan untuk berobat. Mengetahui hal ini, Yu Yuan memilih untuk keluar dari rumah sakit dan berserah diri. Pasalnya, dia merasa tak sanggup untuk membayar pengobatannya dan memilih untuk menunggu ajal menjemput. 

Setelah menandatangani surat pencabutan pengobatan di rumah sakit, Yu Yuan meminta satu hal kepada ayahnya. Dia ingin berfoto dengan baju baru, sehingga nanti saat dia tiada, ayah angkatnya bisa memandang fotonya yang cantik. Dia dan bibinya lantas pergi ke pasar untuk membeli baju. 

Bantuan dari Orang Tionghoa di Seluruh Dunia

Di pasar tersebut, mereka bertemu dengan seorang wartawan, Chuan Yuan, yang bekerja di surat kabar Cheng Du Wan Bao. Chuan Yuan lantas menulis kisah pilu Yu Yuan di surat kabar tersebut. Artikel yang mendapat banyak perhatian pembaca mendorong banyak warga keturunan Tionghoa di seluruh dunia menyumbangkan uang untuk membantu pengobatan Yu Yuan. 

Akhirnya, uang pun terkumpul. Yu Yuan kembali masuk rumah sakit dan ditangani para dokter ahli. Namun obat dan metode pengobatan Yu Yuan akan membuatnya mutah-muntah hebat selama beberapa bulan pertama. Meskipun pengobatan, mulai dari kemoterapi hingga pengambilan sumsum tulang belakang, sangat menyakitkan, Yu Yuan tak pernah mengeluh dan menangis. 

Namun, suatu hari, Yu Yuan mengalami pendarahan pada pencernaannya. Hingga satu bulan kemudian, Yu Yuan meninggal dunia. Sebelumnya, dia meninggalkan sebuah surat wasiat yang berisi pesannya untuk para perawat dan juga wartawan yang telah membantunya dalam upaya penyembuhan.

Ternyata, dalam surat wasiat itu juga, dia telah mengatur semuanya, mulai dari sisa uang pengobatannya yang akan disumbangkan kepada sekolah tempatnya dulu menuntut ilmu serta untuk biaya anak-anak lain yang menderita leukemia. Bahkan, Yu Yuan juga sudah mempersiapkan proses pemakaman dirinya.

Yu yuan juga mengatakan sebuah kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya. "Aku pernah hadir, dan aku sangat patuh." Kisah Yu Yuan ini menginspirasi banyak orang untuk saling membantu dan tetap tegar menjalani hidup, meski cobaan berat menerpa.