Fimela.com, Jakarta Rachel Amanda mendadak jadi pembicaraan lantaran pengalamannya dengan penyakit kanker tiroid yang pernah diidapnya pada tahun 2014. Saat itu Amanda masih berusia 19 tahun dan duduk di bangku kelas 3 SMA. Divonis kanker, tentu saja Manda, sapaan akrab Amanda Aurora sangat terkejut, apalagi selama ini ia menjalani pola hidup sehat.
Sebelum divonis terkena sakit kanker tiroid Manda mengeluhkan banyak hal. Mulai dari nafsu makannya yang berkurang sehingga berimbas pada berat badannya yang semakin menurun. Bagian lehernya juga terlihat ada pembengkakan. Selain bagian leher, Manda juga merasakan bagian jantungnya kerap berdegup kencang. Ia tidak bisa lagi berdiri terlalu lama, dunia terasa bergoncang dan bergoyang.
"Saya diperiksa dan dikasih obat sama dokter. Waktu itu yang bukin kaget ternyata di kelenjar tiroid saya ada tumor ganas. Sel-sel kanker sudah menyebar di kelenjar tiroid saya. Akhirnya dokter menyuruh operasi," ujar Manda di Shangri-la Hotel Jakarta belum lama ini, seperti dikutip Liputan6.com.
Amanda memang tidak menyangka, benjolannya yang selama ini ada di bagian lehernya, ternyata merupakan tanda-tanda sel kanker tiroid sedang berkembang.
What's On Fimela
powered by
Sempat cemas dan khawatir
Secara psikologis, perasaan Manda pun tak menentu. Ia bahkan suka kesal dan marah ketika bangun tidur di pagi hari dan saat hendak tidur. Pikirannya menerawang jauh bahwa dirinya saat itu terkena kanker tiroid.
"Penyakit itu kanker tiroid yang selalu muncul," ujar Manda singkat.
"Yang pertama menemukan benjolan di leher itu mama. Saat itu juga, saya disuruh periksa. Kata dokter untung belum terlambat," lanjut Manda,
Tiroid Papiper, merupakan jenis kanker tiroid yang diidap Manda. Kanker jenis itu merupakan kanker tiroid yang secara umum banyak diderita pada kanker tiroid. Takut dan cemas, kerap menghantui hari-hari Manda.
Cari informasi
Sadar tidak bisa terus dihantui ketakutan akan keselamatan jiwanya, Manda kemudian mencari tahu banyak hal tentang kanker tiroid, termasuk komunitasnya. Sebab, ia juga perlu banyak berkomunikasi berbagi pengalaman dengan para penyintas kanker tiroid. Hal itu membuat semangat Manda kembali menyala, sebab ia bisa berkumpul dengan pasien penderita kanker tiroid.
Awalnya, seperti yang diceritakan Manda yang dikutip dari Liputan6.com, ia agak canggung ikut dalam komunitas penderita kanker tiroid. Sebab, ternyata, dalam komunitas tersebut Manda tergolong pasien kanker tiroid termuda. Namun disitu justru ia menemukan banyak hal yang bisa dipelajari.
"Beberapa anggota keluarga saya kan berprofesi sebagai dokter. Mereka langsung menyarankan lakukan pengobatan dan perawatan medis. Nggak pernah mikir juga buat melakukan pengobatan alternatif," ujar Manda.
Dukungan keluarga dan teman
Bukan hanya keluarga Manda, namun teman-temannya juga memberikan dukungan. Hal itu yang membuat Manda kemudian berusaha untuk bertahan dan terus berusaha berobat demi kesembuhannya. Sebab, penyakit kanker yang dideritanya bisa jadi membuatnya kehilangan nyawa jika tidak segera diatasi.
Goncangan berikutnya dialami Manda saat ia diputuskan untuk segera operasi. Manda tentu sadar, operasi yang dilakukan tersebut memiliki resiko yang tinggi.
"Kakek bilang ya jangan takut buat operasi. Kalau kelak ada ketakutan enggak bisa hamil bisa ikuti proses bayi tabung. Pokoknya, kakek udah mikir sampai ke sana banget. Padahal, sebenarnya enggak sampai separah itu. Banyak perempuan yang bisa hamil normal setelah menjalani operasi kanker tiroid," ujar Manda.
Rachel Amanda bersyukur, operasi yang dijalaninya berlangsung lancar. Ia sempat khawatir, sebab tiga hari pasca operasi, suaranya menghilang, namun ternyata hal tersebut hanya salah satu efek sampingnya saja. Kini Manda berusaha untuk selalu menjaga kesehatannya.