Fimela.com, Jakarta Keterbatasan fisik ternyata tak akan menghambat kesuksesan seseorang. Hal ini dibuktikan seorang tunanetra hebat yang pantang menyerah dan mau belajar. Namanya Srikant Bolla. Dia berhasil menjadi CEO Bollant Industries di usianya yang ke-23.
Pria cerdas asal India ini kini menjadi inspirasi buat banyak orang. Apa lagi mengingat Srikant tak bisa melihat sejak dia lahir. Banyak orang yang bertanya, bagaimana dia bisa menjadi CEO sebuah perusahaan besar dengan keterbatasannya.
Ternyata, ada yang lebih luar biasa lagi di balik perusahaan yang dipimpinnya ini. Bollant Industries, yang kantor pusatnya berada di Hyderabad ini ternyata merupakan sebuah organisasi yang mempekerjakan orang-orang yang tak berpendidikan tinggi dan juga penyandang disabilitas.
Semua karyawan di sana bekerja dalam pembuatan solusi kemasan ramah lingkungan. Tapi, bukan berarti kesuksesan ini mudah dicapai Srikant. Dilansir dari The Better India, Srikant mengalami banyak kegagalan dan mengalami diskriminasi dari berbagai pihak lantaran kekurangan fisiknya.
Saat dia masih kecil, orang-orang di desanya bahkan menasehati kedua orangtua Srikant yang bekerja sebagai petani untuk membiarkan Srikant meninggal. Pasalnya, kekurangan fisiknya ini dianggap banyak orang akan menyusahkan kedua orangtuanya. Bukan cuma itu, pada saat Srikant bersekolah, teman-temannya sering mendorong dan menjahilinya.
Meskipun begitu, Srikant tetap menjalani hidupnya dengan sungguh-sungguh. Bahkan, di sekolah dia berhasil masuk 10 besar anak-aank yang nilainya paling tinggi. Namun sayang, kekgigihannya untuk belajar dan menggapai mimpinya kerap dihentikan banyak pihak.
Saat dia ingin mengikuti kelas sains, Pradesh Education Board malah menolaknya. Bahkan, pada saat dia ingin mendaftar kuliah jurusan teknik di Indian Institute of Technology (IIT), pihak kampus tak meluluskannya lantaran keterbatasan fisik Srikant. Pria yang tangguh ini tak kehabisan akal dan berhenti untuk berjuang.
Dia kemudian memutuskan untuk mendaftar ke 4 kampus di Amerika Serikat; MIT, Stanford, Berkeley, and Carnegie Mellon. MIT lantas menerima Srikant sebagai mahasiswa mereka. Bahkan,Srikant pada saat itu menjadi mahasiswa tunanetra pertama di kampus tersebut.