Fimela.com, Jakarta Kasus bullying kerap terjadi dimana saja dan kapan saja dan tidak memandang usia, bahkan anak TK saja sudah bisa membully temannya. Malah tanpa disadari dan tanpa disengaja kamu juga pernah ikut membully teman kamu, mungkin reaksi si teman biasa saja, tetapi ternyata dia memendam perasaan sakit hati sama kamu.
Begitulah perasaan orang yang sering di bully, baik di bully secara verbal maupun fisik. Kasus ini berulang-ulang kali sering terjadi, terutama pada anak yang berkebutuhan khusus selalu dihina dengan kata-kata kasar bahkan perlakuan yang kurang menyenangkan. Malah, dari mereka yang menjadi korban bully suka menyimpan di dalam hati dan pada akhirnya beberapa dari mereka ingin mengakhiri hidupnya.
Sungguh prihatin, karena bulling masih saja sering terjadi terutama di luar lingkungan rumah. Inilah yang terkadang membuat orang tua suka khawatir dan was-was sama anak-anak mereka, ketika di sekolah apakah sudah aman walau ada guru yang mengawasinya? Atau setelah pulang sekolah kejadian bullying terjadi?
Sebagai orang tua tentu saja harus peka terhadap kondisi putra atau putri Anda ketika sudah sampai di rumah, apakah wajahnya murung, sedih atau marah? Itulah tugas atau PR sebagai ayah dan ibu untuk selalu memperhatikan keadaan si buah hati.
What's On Fimela
powered by
Apa tindakan kamu bila di bully teman?
Gak hanya orang tua saja yang mengambil peran, kamu juga harus bisa bekerja sama. Jangan dipendam atau disimpan seorang diri saja bila kamu menjadi korban bullying. Yup, memang berat untuk menceritakan kejadian yang menimpa diri kamu karena ulah manusia yang gak tahu diri itu.
Kalau kamu merasa sudah kelewat batas, lebih baik segera laporkan. Orang pertama yang harus tahu keadaan tersebut ialah ibu dan bapak kamu. Kalau kamu lebih senang atau nyaman menceritakannya sama ibu kamu juga gak masalah, mungkin nanti si ibu akan mengkomunikasikan kembali cerita kamu ke bapak, yang penting kamu sudah laporkan masalahnya ke orang tua.
Kemudian guru atau dosen yang menurut kamu relevan untuk menangani kasus bullying. Dan ingat jangan cerita ke teman kamu, karena pasti tidak ada solusi untuk menyelesaikan kasus ini. Bagaimana pun kasus bullying ini gak boleh dianggap remeh atau enteng, karena bila di diamkan begitu saja, akan ada korban-korban bullying lainnya dari si pelaku yang sama.
Maka dari itulah kamu harus koperatif ya, jangan sungkan atau takut untuk menceritakan kejadian bullying yang kamu rasakan kepada kedua orang tua kamu.
Bagaimana nasib para pelaku bullying nantinya?
Setelah kamu sudah laporkan, jangan memikirkan bagaimana nasib orang-orang yang sudah membully kamu. Biarkan saja proses hukum yang berjalan. Karena kebanyakan para pelaku bullying jarang seorang diri, biasanya mereka per grup bisa 3 sampai 5 orang siap membully kamu.
Tapi di negara ini, untuk kasus bullying masih lembek dalam hal hukum, tidak ditindak lanjutin secara serius. Misalnya, bullying terjadi di sekolah dan pelaporan dari korban bully baik orang tua dan anak sudah ditangani oleh guru secara langsung, tapi dari pihak sekolah hanya memberikan sanksi yang ringan.
Dan masih banyak orang tua dan korban bully yang gemas dengan proses hukum kasus bullying. Seharusnya, mereka para pelaku bullying bisa langsung di drop out dari sekolah. Sehingga itu bisa menjadi pembelanjaran berharga bagi para pelakunya, bahwa tidak boleh melakukan orang dengan semena-mena.
Mulai sekarang sama-sama katakan Stop Bullying! Berkaca dari kasus bullying yang baru saja terjadi di Universitas Gunadarma dan di Thamrin City atau bahkan di tempat lain yang belum terdengar atau viral, jangan didiamkan saja kasus ini.