Fimela.com, Jakarta Berhasil dinobatkan sebagai hotel terbaik di dunia versi majalah Travel+Leisure selama dua tahun berturut-turut, yakni 2016 dan 2017, Nihiwatu boleh saja jadi representasi pesona Sumba bagi sejumlah traveler.
Namun, menjadikan hotel bernuansa tradisional tapi mewah ini sebagai satu-satunya alasan untuk pergi ke pulau di selatan Flores tersebut kiranya akan jadi keputusan kurang bijak. Pasalnya, Sumba masih punya banyak, begitu banyak, pesona yang menunggu untuk ditemukan. Jadi, siapkah kamu menemui ragam pengalaman perjalanan yang sama sekali baru di sini?
Yang paling mudah disadari di Sumba tentu saja memukaunya pemandangan alam. Kamu akan jumpai panorama berupa bukit-bukit berselimut rumput yang berubah warna seiring musim berganti, juga deretan pesisir menawan berwajah berbeda satu sama lain. Belum lagi berbicara soal budaya sekitar yang begitu menarik untuk diketahui. Jadi, ini lho bukti Suma yang tak melulu soal hotel terbaik di dunia.
Kubur Batu. Di sela eloknya garis pantai, hamparan sawah, bentangan savana, dan kungkungan bukit, terselip satu objek yang kalau diperhatikan hampir selalu ada di tepi sejumlah jalan di Sumba. Bentuknya sederhana, namun ternyata bangunan itu merupakan warisan budaya megalitik yang masih lestari.
Adalah kubur batu, salah satu peninggalan nenek moyang yang bisa ditemui di sembarang tempat di Sumba, termasuk halaman rumah warga lokal, gedung pemerintahan, perbukitan, dan pesisir pantai. Sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur, kubur baru di sini dibuat sedemikian besar dan megah, di mana biasanya terdapat ragam ornamen hewan di bagian atas.
What's On Fimela
powered by
Senja Memukau di Walakiri
Nikmati senja yang memukau di Walakiri. Dikatakan, kamu tak akan menemukan panorama matahari terbenam yang cantiknya mendekati senja di Pantai Walakiri. Berada tak jauh dari pusat Kota Waingapu, akses menuju pesisir yang satu ini sudah sangatlah mudah.
Selain senja, keunikan lain dari Pantai Walakiri, yakni terdapat dua jenis tekstur berbeda antara pasir di tepi pantai dan di area bekas laut surut. Pasir di tepi pantai punya tekstur butiran-butiran berwarna putih gading, sementara pasir di area bekas laut yang surut serupa bedak atau semen basah yang kemudian kering dan mengeras.
Penduduk ramah. Tak ada yang lebih menyenangkan dari rasa diterima saat berada jauh dari rumah dan suasana ini paling sukses dibentuk oleh warga lokal. Meski pergi sendiri ke Sumba, dikatakan kamu hampir selalu merasakan hangat suasana dari penduduk setempat.
Kalau sudah begini, kamu jadi bisa beramah-tamah, memberi dan mengambil banyak pelajaran dari keseharian warga, serta melihat kecantikan Sumba yang benar-benar hidup. Karena tak bersama wajah familiar, skill komunikasimu mungkin akan terasah dengan baik di sini.