Eksklusif Jose Poernomo, Punya Kiat Sukses Membuat Film Horor

Henry Hens diperbarui 18 Jul 2017, 07:42 WIB

Fimela.com, Jakarta Film Jailangkung menjadi film terlaris di Lebaran 2017 jauh meninggalkan tiga film lainnya. Fakta menarik ini film salah satunya adalah disutradarai oleh Jose Poernomo dan Rizal Mantovani. Keduanya seperti identik dengan film horor yang sukses dan meraih banyak penonton.

***

Seperti kita tahu, Jose dan Rizal sukses membesut film Jaelangkung di tahun 2001 saat perfilman berusaha bangkit kembali. Tanpa diduga, Jaelangkung meraih sukses dan meraih jutaan penonton. Keberhasilan itu membuat Jaelangkung dibuatkan sekuelnya yaitu Tusuk Jaelangkung dan Jaelangkung 3.

Namun dua film itu tak lagi disutradarai oleh Jose dan Rizal. Dua sahabat kental ini ternyata dipertemukan lagi dalam film Jailangkung di tahun ini yang diproduksi Screenplay Films. Dirilis saat Lebaran Idul Fitri padsa 25 Juni lalu, Jailangkung ternyata mampu menjaring banyak penonton.

Sampai 16 Juli kemarin, jumlah penonton Jailangkung sudah nyaris mencapai 2,5 juta penonton. Jailangkung pun siap membuat dua rekor sekaligus yaitu sebagai film Indonesia terlaris 2017 dan film horor Indonesia terlaris sepanjang masa. Dua rekor tersebut untuk sementara ini dipegang oleh film Danur dengan perolehan 2,7 juta penonton.

Rekor itu kemungkinan besar akan dilewati Jailangkung yang masih diputar di banyak bioskop. “Ini benar-benar di luar ekspektasi kita semua. Dari awal kita memang optimis Jailangkung bisa sukses dan setidaknya dapet satu juta penonton lebih karena kita membuat film ini dengan total. Tapi ternyata bisa diatas dua juta penonton,” ucap Jose Poernomo saat berkunjung di redaksi Bintang,com di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat, Senin (16/7/2017).

Jose sendiri memang dikenal dan diakui sebagai sutradara bertangan dingin dan seperti punya sentuhan ‘midas’ tiap kali menangani film bergenre horor. Selain Jaelangkung dan Jailangkung, film horor Jose lainnya diantaranya adalah Pulau Hantu, Rumah Kentang, KM 97, Rumah Gurita, Danau Hitam dan Tarot.

Pria kelahiran 7 Oktober 1967 ini juga pernah membuat film drama maupun komedi seperti Tak Biasa, Kirun + Adul dan Moga Bunda Disayang Allah. Tapi Jose tetap identik dengan film horor.

Apa yang membuatnya suka membuat film horor dan hampir semua meraih sukses? Apakah karena ia suka menyaksikan film horor? Lalu apa yang membuatnya memutuskan membuat remake film Jailangkung yang sama sekali beda dengan Jaelangkung? Apa kiatnya membuat Jailangkung sehingga bisa meraih jutaan penonton? Simak hasil wawancara dengan Jose Poernomo berikut ini.

2 dari 3 halaman

Jailangkung dalam Versi Baru

Foto eksklusif Jose Poernomo (Fotografer: Bambang E. Ros, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Bintang.com)

Film Jailangkung yang disutradarai Jose Poernomo dan Rizal Mantovani dibintangi oleh Amanda Rawles dan Jefri Nichol. Film ini tak ada hubungannya sama sekali dengan film Jaelangkung. Pemainnya pun tak ada yang sama. Apa yang membuat Jose membuat Jailangkung benar-benar sebagai film yang baru.

Film Jailangkung sudah hampir mencapai 2,5 juta penonton, apa komentar dan perasaan Anda?

Ya, pertama tentu Alhamdulillah, karena ini pekerjaan kolaborasi yang memang berharap mendapatkan animo sebesar itu. Ya mungkin awalnya ekspektasi kita nggak sampe angka 2,5 juta, ya tadinya sekitar 1 atau 1,5 juta penonton, tapi ternyata bisa sebesar itu. Ini hasil yang unpredictable. Tapi kalau dibuat buat mengejar angka sebanyak itu memang iya. Ini kan bisa dibilang film Screenplay pertama yang big budget.

Biaya produksinya aja sampe sekitar 10 miliar rupiah. Film ini kita persiapkan dengan baik, untuk mengharapkan hasil yang baik kita mempersiapkan semuanya dengan sebaik mungkin. Kita mau mengedepankan production value. Kita mau penonton yang membayar tiket ya rata-rata sekarang 50 ribu rupiah kalo nggak salah, bisa terpuaskan dan bisa menikmati film yang nggak murahan.

Berarti butuh usaha ekstra untuk memproduksi film yang bisa laris?

Ya itu tadi, kita mempersiapkan film ini dengan sebaik mungkin, kita hanya mau yang terbaik supaya hasilnya juga yang terbaik. Jadi effort kita untuk membuat ‘kenikmatan’ itu tinggi. Jadi gambarnya harus berbeda, ceritanya, lokasinya dan membuat sesuatu yang belum pernah ada di film, setidaknya di film Indonesia. We come big to get something also big.

Film Lebaran biasanya identik dengan film komedi atau drama keluarga, sempat khawatir tidak mencapai banyak penonton?

Ya karena film ini berbau franchise, karena sebelumnya kita bikin Jaelangkung yang meledak jadi ada rasa optimis. Apa yang saya buat bareng Rizal pernah disukai banyak penonton. Orang jadi penasaran dan punya preference tersendiri dengan dibuatnya film Jailangkung dengan format yang baru dan beda. Apalagi ya Alhamdulillah saya dalam enam tahun terakhir ini kalau bikin film horor selalu nggak pernah rugi. Selain itu, Jailangkung dengan genre horor jadi beda dengan film-film Lebaran lainnya. 

Kembali ke belakang, awal tercetusnya film Jailangkung ini kapan dan dari siapa?

Awalnya yang jadi pemicunya ya saya sama Rizal. Kita memang berencana bikin film Jaelangkung lagi setelah sepuluh tahun dari film pertamanya. Tapi ternyata nggak tercapai karena kita sibuk sama proyek kita masing-masing. Lalu setelah 13 tahun juga berencana lagi tapi masih belum bisa juga. Lalu saya akhirnya bikin Danau Hitam di tahun 2014.

Apa ada hubungannya dengan Jaelangkung?

Ya cuma secara garis besar atau background nya aja yang sama, yaitu tentang beberapa anak muda pergi ke tempat seram. Mereka melakukan hal-hal yang terlarang dan lalu kena batunya. Ya seperti mengulang kembali film Jaelangkung tapi tentu dengan sentuhan yang beda, lebih ada eksyennya dan dengan nuansa yang beda.

Lalu bagaimana kemudian sepakat membuat lagi film Jaelangkung?
Ya akhirnya setelah kita belum jadi juga bikin remake Jaelangkung, kita dihubungi sama Wicky dari Screenplay. Dia ngajak saya ketemuan dan ngobrol bareng buat bikin film Jaelangkung versi baru. Dan ternyata dia juga ngundang Rizal. Ya udah kita bahas bareng dan akhirnya terwujud juga rencana buat bikin film ini.

Kenapa Jailangkung dibuat beda dengan Jaelangkung, bukan sekuel atau semacamnya?

Ya karena buat saya dan Rizal, Jaelangkung pertama itu sudah selesai. Ceritanya sudah selesai dan nggak perlu dibuat lagi kelanjutannya. Kita memang nggak ada tujuan buat bikin sekuel. Jadi ceritanya, pemainnya maupun yang lainnya sama sekali baru, kaitannya cuma sama Jailangkung itu aja.

Kalau ide pembuatan atau ceritanya dari siapa?

Kita memang sudah sepakat buat benar-benar bikin yang baru. Dari Screenplay menawarkan konsep cerita dan saya juga menawarkan konsep cerita. Konsep saya ternyata diterima dan apa yang jadi keinginan saya diterima dan diiyakan. Apa yang saya mau, dari soal cerita, lokasi, peralatan, properti dan segala macam, dituruti dan kita bisa bikin apa yang kita mau.

Berarti semua konsep cerita dan yang lainnya sudah disiapkan dengan matang?

Ya karena saya dan Rizal udah siap banget mau bikin film ini. Saya udah punya konsepnya jadi nggak usah kuatir kalau soal konsep. Ya itu karena saya kan sudah menyiapkan film ini sejak lama. Nah, setelah ceritanya udah padat kita siapin semuanya dengan sebaik-baiknya. Makanya kita harus think big dan kita punya pikiran yang sama, kita mau film ini jadi eskalasi dari film sebelumnya. Harus lebih baik dari sebelumnya.

3 dari 3 halaman

Kiat Kesuksesan Film Jailangkung

Foto eksklusif Jose Poernomo (Fotografer: Bambang E. Ros, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Bintang.com)

Kebehasilan film Jaelangkung di tahun 2001 tentu membuat banyak orang penasaran ingin tahu Jailangkung versi terbaru. Meskipun begitu tentu ada kiat atau formula lain yang diterapkan Jose Poernomo maupun Rizal Mantovani sehingga versi terbarunya ini juga bisa sukses.

Apa saja hal yang baru di film Jailangkung?

Ya hampir semuanya baru. Versi yang lama kan kita buat dengan apa yang ada dan kita punya aja. Nah, sekarang dengan fasilitas dan apa yang kita punya sekarang ini, hasilnya harus jauh lebih baik dari yang sebelumnya. Itu termasuk juga desain boneka Jailangkung nya. Yang di film lamanya kan hasil rekaan dan desain Rizal. Itu dia yang bikin, Jailangkung dengan batok kelapa, kayu dan kain rombeng. Desain itu seperti jadi patokan kalo gambaran Jailangkung seperti itu dan lalu dibuat seperti itu di film-film maupun serial horor. Nah, itu termasuk yang kita ubah dan dibikin versi barunya.

Bagaimana dengan tagline Jailangkung yang baru?

Nah, sebelumnya kan Jailangkung identik dengan istilah atau chanting ‘Datang tak dijemput pulang tak diantar’. Itu kan sejak awal udah berusaha menghindari hal-hal yang nggak diinginkan. Kalau Jailangkung datang silahkan tapi nggak ada keharusan buat diantar pulang. Kalau chanting yang baru ini lebih seram lagi ‘Datang gendong pulang bopong’. Jadi kalo dateng mesti digendong dan pulangnya harus dibopong atau dianter. Di film memang kita nggak perlihatakan secara jelas, tapi dia nter pulangnya kan biasanya ke kuburan. Jadi hal-hal seperti ini yang membuat filmnya lebih baru. Paling saya lebih ke hal lighting sinematografi dan Rizal lebih ke art directing. Kalau soal directing ya sama lah, kita merata. Pastinya suasana syuting nyaman dan seru banget.

Bagaimana pembagian tugas antara Anda dengan Rizal?

Soal itu berjalan seperti biasa aja seperti di film pertama. Kita udah ada tugas masing-masing, nggak ada yang macem-macem. Karena kita temen deket udah lama, ya kita banyak ngobrol dan becanda selama syuting.

Apa sempat ada beban Jailangkung versi terbaru ini tidak bisa memuaskan penonton?

Kita pengin buat film ini benar-benar baru, kita ingin regenerasi, seperti film Star Wars yang hampir semuanya pemain muda dan baru. Makanya kita pilih Amanda Rawles dan Jefri Nichol sebagai pemain utama. Kan nggak mungkin pemain lama yang udah umur berapa kita pasang lagi jadi pemain utama, hahaha. Ya seperti saya bilang tadi, ini ada unsur franchise jadi kita yakin banyak yang penasaran pingin nonton film ini.

Ada kiat tertentu sehingga Jailangkung bisa sukses?

Kiatnya itu tadi, kita mempersiapakan film ini dengan sebaik mungkin. Terus kita pasang pemain muda yang bagus seperti Amanda dan Jefri, mereka itu kan disukai sama anak remaja sekarang yang umur 13-15 tahun. Soalnya sebagian besar penonton kita saya yakin banget umurnya ya sekitar 13-15 tahun itu. Itu penonton utama kita. Kalau mereka suka di hari-hari pertama dan kedua, yang umur diatasnya biasanya mengikuti, terus yang lebih tua lagi baru nonton di hari berikutnya atau minggu berikutnya.

Dengan kesuksesan Jailangkung, apa akan ada sekuelnya?

Iya pasti, kita bakal bikin sekuelnya. Rencananya Lebaran tahun depan kita mau rilis Jailangkung 2, kita juga mau bikin Jailangkung 3. Itu karena kita sudah punya konsep ceritanya, kita memang sudah siapkan ini akan jadi beberapa film.

Apa Anda setuju disebut sutradara spesialis film horor?

Saya memang lebih banyak bikin film horor, terutama dalam tujuh tahun terakhir ini saya selalu bikin film horor tiap tahun dan alhamdulillah hampir semuanya sukses.. Yang penting make money, nggak muluk-muluk kok. Karena memang bidang ini saya kuasai banget. Saya udah tahu cara dan kiat membuat film horor yang sukses, menarik, nggak nyontek dan bukan pengulangan. Jadi harus selalu ada sesuatu yang baru.

Darimana dapat banyak ide bikin film horor, apa karena sering nonton film horor?

Ya saya banyak bertapa aja, hahaha. Nggak lah, kalau untuk ide karena dari referensi yang banyak, itu bisa dapet dari mana aja. Tapi saya justru nggak banyak nonton film horor, justru saya menghindari biar nggak terpengaruh atau terkontaminasi sama film lain. Kalau pun nonton film horor justru buat acuan supaya nggak bikin yang seperti itu.

Apa lagi proyek terbaru Anda?

Ada dua film horor lagi yang lagi saya kerjakan. Ada film Gasing Tengkorak yang main Nikita Willy jadi pemain utamanya. Ada pemain lain tapi yang utamanya Nikita. Lalu ada Rukiyah, yang main Evan Sanders sama Celine Evangelista.

Ranah horor memang menjadi keistimewaan seorang Jose Poernomo. Kesuksesan Jailangkung yang dibesutnya bersama Rizal Mantovani termasuk contoh jelas yang terbaru. Film horor kreasi Jose tentu akan selalu ditunggu para penggemarnya, termasuk kelanjutan dari Jailangkung. Kita tunggu saja karya-karya Jose lainnya terutama film horor yang hampir tak pernah gagal menghibur dan memuaskan pecinta film horor.