Fimela.com, Jakarta Kamu pun tentu sudah sangat sadar kalau menikah adalah keputusan yang punya dampak jangka panjang. Mungkin hanya akan terjadi sekali seumur hidup, pertimbangan untuk melangkah ke jenjang ini boleh jadi begitu menguras waktu dan emosi.
Sudah menemukan seseorang yang menurutmu tepat, dan ingin segera naik pelaminan? Eits sabar dulu. Dari banyak persiapan, berdialog dengan diri sendiri merupakan satu langkah awal yang penting untuk dilakukan. Pasalnya sebelum orang lain, yang harus yakin dan siap tiada lain tiada bukan adalah kamu sendiri.
Jadi, jangan tergesa-gesa dan luangkan waktu untuk diri sendiri. Tak perlu dengan cara yang merepotkan, cukup duduk santai dan biarkan diri dirundung deretan pertanyaan. Bukan ingin membuat bingung, namun mengukur seberapa siap sebenarnya kamu untuk menikah. Sebagai gambaran secara umum, coba tanya hal-hal ini ke diri sendiri sebelum memutuskan untuk menikah.
Siapkah untuk mengubah aku menjadi kita? Menikah bukan hanya tentangmu, di lingkup paling kecil, komitmen itu juga berkenaan dengan si dia. Ketika menikah, tak boleh lagi ada keputusan-keputusan egois, apalagi sampai memicu pertengkaran hebat.
Setiap orang tentu tak bisa mengendalikan hal ini di sepanjang waktu, tapi sekalipun kamu lepas kendali, kiranya harus punya plan B untuk mengatasinya. Keputusan-keputusan sepihak mesti ditekan ke tingkat paling minimal.
What's On Fimela
powered by
Jadi Pendengar yang Baik
Sudahkah bersedia menjadi pendengar yang baik? Menikah adalah soal berbagi, dan tingkatnya jauh lebih intens ketimbang saat pacaran. Jadi, sudah siapkah kamu mendengar kabar baik-buruk dari si dia bagaimanapun mood di hari itu?
Pada kebanyakan kesempatan, ia (dan juga kamu) hanya butuh pendengar yang baik. Scene yang mungkin dianggap sederhana itu ternyata bisa membawa ketenangan luar biasa. Jadi, konflik pun bisa jarang terjadi.
Sanggupkah untuk terbuka? Bila kamu bukan tipe orang yang bisa dengan nyaman menceritakan banyak hal, bahkan yang kecil seperti menu makan siang tadi, maka pikirkan untuk mengikis kebiasaan itu saat hendak menikah. Bukan ingin merepotkan satu sama lain dengan celoteh yang kurang penting.
Namun, dengan berlatih mengatakan ragam perihal kecil, maka bukan tak mungkin kamu jadi bisa dan terbiasa mendiskusikan hampir semua hal dengan si dia. Ketika menikah, miskomunikasi begitu mudah terjadi, dan cara terbaik untuk menyelesaikannya adalah dengan ngobrol. Kalau kamu saja sudah tak bisa terbuka dengan apa yang dirasa, bagaimana bisa mencari solusi bersama-sama?