Fimela.com, Jakarta Kepulauan Banda yang kini terlupakan pada masa lalu menjadi satu dari beberapa kawasan paling diburu karena menghasilkan pala. Di pulau itu pula para Bapak Pendiri Bangsa melahirkan gagasan kebangsaan. Karena itu Liflike Pictures mencoba menvisualisasikan kembali lewat film dokumenter, Banda the dark forgotten trail.
Sejak diperkenalkan oleh para Pedagang Cina, Pala menjadi salah satu komoditi rempah yang ditaksir dengan harga yang sangat tinggi. Segenggam pala pernah dianggap lebih bernilai dari segenggam emas. Karena pala-lah ekspedisi-ekspedisi besar dari Eropa diluncurkan, saling berlomba untuk mencapai pulau kecil di Timur ini.
Sejarah Banda penuh dengan darah dan kesedihan. Masa depan Banda dan Pala berubah saat Jan Pieterszoon Coen yang saat itu sudah berbendera VOC tiba di Banda dan melakukan aksi paling brutal sepanjang sejarah. Dari jumlah 14.000 orang, setelah peristiwa pembantaian pada tahun 1621 jumlah penduduk asli kepulauan Banda tersisa 480 orang.
Eksodus besar-besaran dari Banda mengakibatkan penduduk asli Banda hilang tak bersisa saat ini. Di sisi lain, habisnya masyarakat asli, menjadikan Banda sebuah kawasan yang unik karena dihuni berbagai suku bangsa di Nusantara, Arab, Tionghoa, dan Eropa. Masyarakat inilah yang membentuk masyarakat Banda hari ini.
Perseteruan Belanda dan Inggris selama bertahun-tahun di Banda, berakhir dengan ditandatanganinya Perjanjian Breda pada tahun 1667 yang berisi penyerahan Pulau Run dari Inggris ke Belanda dan sebagai gantinya Inggris mendapatkan hak atas Nieuw Amsterdam (Mannhatan, New York) yang waktu itu dinilai sebagai ganti rugi yang cukup atas Pulau Run.
Banda turut pula berperan penting dalam lahirnya Indonesia. Di Banda kolonialisme dimulai namun di Banda pula ide-ide kebangsaan lahir. Pada saat hampir bersamaan 4 orang founding fathers Indonesia, Moh Hatta, Sutan Sjahrir, Dr Tjipto Mangunkusumo dan Iwa Kusuma Sumantri dibuang ke Banda Neira.
Kisah terusirnya pribumi dan kedatangan bangsa-bangsa yang kemudian menjadi orang Banda dalam ragam interaksi sosial budaya membuat Sutan Sjahrir menjadikannya sebagai salah satu gagasan dalam perumusan Undang-Undang Dasar 1945. Banda dan keragamannya merupakan cerminan Indonesia dengan keberagaman budayanya.