Fimela.com, Jakarta Betapa mindernya Revaldo saat pertama kali menghirup udara kebebasannya karena kasus narkoba. Menurut Revaldo, kondisi tu sepertinya lumrah dialami para penghuni lapas. Apalagi, selama 4,5 tahun Revaldo harus menjalani hari-harinya di dalam bui.
"Itu permasalahan umum, kalau keluar dari rehab atau lapas kepercayaan diri pasti jatuh. Pas gue keluar nggak tahu ada fly over, gue kelewatan apa lagi ya. Dari situ saja sudah berasa banget," ujar Revaldo, di kawasan Epicentrum, Jakarta Selatan, Selasa (11/7/2017).
Dua kali terjerumus ke lembah narkoba, membuat Revaldo paham betul bagaimana seharusnya membersihkan ketergantungan pengguna dari barang haram itu. Selain rehabilitasi, pengguna juga perlu menjalani konsultasi dengan psikolog.
"Kalau di Indonesia rehab tuh dari segi fisik, tapi kejiwaannya kurang. Gue saja konsultasi sendiri. Gue jadi tahu masalah gue apa. Ketangkep pertama gue pikir bisa berhenti sendiri. Bisa berhenti sendiri tapi habis itu pakai lagi, hahaha. Karena memang di dalam diri gue masih belum sembuh," paparnya.
"Pas ketangkep kedua kali, pas beberapa minggu sebelum bebas ada bimbingan psikologi. Di situ gue dikasih tahu kalau gue depresi. Sebenarnya ada penangannya kalau depresi, nggak perlu pakai sabu," sambung Revaldo.
Revaldo pun berpesan, agar tidak melampiaskan masalah yang dirasakan dengan mengonsumsi narkoba. Seperti halnya Revaldo, yang mengaku mengonsumsi narkoba sebagai pelariannya karena merasa depresi.
"Kalau punya masalah datang ke psikolog atau psikiater. Daripada lu ambil jalan pintas dengan nyabu. Bisa sih, tapi masalah hilang sebentar. Berhenti itu gampang, tapi nggak pakai lagi itu yang susah," pungkas Revaldo.