Demi Gelar Sarjana, Gadis Asal Blora Ini Rela Jadi PRT

Karla Farhana diperbarui 07 Jul 2017, 17:14 WIB

Fimela.com, Jakarta Jangan pernah meremehkan mereka yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga atau juga kerap disebut sebagai PRT. Mereka yang membantu banyak orang untuk mengurus dan membersihkan rumah, serta memasak, mungkin memang berpendidikan rendah. Tapi, di antara mereka yang tak melanjutkan sekolahnya, juga ada beberapa PRT yang tetap bekerja keras untuk meneruskan sekolah. 

Salah satunya Dawati, gadis asal desa Gunungan RT 2 Rw 1 Kecamatan Todanan Kabupaten Blora ini, bercita-cita ingin menjadi sarjana. Dilansir dari Liputan6, dia bertekad ingin meraih gelar sarjana lantaran belum banyak orang-orang di desanya yang kuliah dan memiliki gelar tersebut. 

Usai lulus SMP, gadis berhidung mancung ini bersekolah di SMA Muhammadiyah 5 di Blora. Dia ogah memilih SMK lantaran banyak orang yang mengatakan kepadanya, SMK hanya untuk mereka yang langsung bekerja usai lulus. 

Setelah belajar dengan giat, Drarwati bingung. Ingin kuliah, tapi tak ada biaya. Orangtuanya tak sanggup membiayai kebutuhan dan juga SPP kuliahnya. Bermodalkan tekad dan mimpi, gadis desa ini merantau ke Jakarta untuk bekerja. Namun, tinggal di Ibu Kota tak membuatnya kerasan. 

Dia mengatakan kepada Liputan6, dia hanya tahan 1 minggu di Jakarta, lalu kembali ke kampung halamannya. Di Jakarta cuma satu minggu karena enggak betah, akhirnya balik lagi," katanya. 

Padahal, gadis yang lahir tahun 1992 ini sangat ingin mengubah nasib diri dan keluarganya. Dia kemudian bekerja menjual es campur. Siang hari, dia harus melayani pembeli. Liputan6 menulis, di Blora sangat panas. Sehingga kulit Darwati menjadi gelap. 

"Kerja jual es campur itu 3 minggu belum digaji karena pemiliknya ingin aku tetap kerja di sana. Orangnya baik," kata Darwati saat mengobrol dengan Liputan6. Usai berjualan es campur, dia juga mencoba untuk menjadi pembantu rumah tangga. Dia juga bekerja di rumah Drg. Lely Atasti Bachrudin. Darwati ingat betul, dia memulai menjadi PRT sejak 16 Agustus 2010. Namun, saat itu dia belum bisa masuk kuliah. 

Pasalnya, dana yang terkumpul dari bekerja sebagai PRT belum cukup. Lagi pula, jarak ke kampus cukup jauh, hingga 50 km. Kadang dia menumpang temannya yang berasal dari Grobogan, tapi dia lebih sering naik bus untuk pergi ke mana-mana. "Kadang saya diminta menemani anaknya bapak yang ada rumah di Semarang, jadi menginap di sini. Berangkat ke Semarang pas ada jadwal saja," kata Darwati. 

Perjuangan gadis desa ini tak hanya sampai di sini. Dia juga kerap diejek ketika dia akhirnya bisa menapaki kakinya ke universitas. Banyak orang yang mengejeknya karena Darwati bekerja sebagai PRT. Namun, dia tetap terus berjuang dan belajar sebaik mungkin. Hingga akhirnya, dia lulus dengan menyandang status cum laude! Mahasiswi jurusan Administrasi Niaga Universitas 17 Agustus (Untag) Semarang itu lulus dengan IPK 3,68.