Berkat Kerja Keras, Petugas Kebersihan Ini Lulus dari Harvard

Karla Farhana diperbarui 05 Jul 2017, 22:14 WIB

Fimela.com, Jakarta Kerja keras dan usaha yang gigih tak akan pernah mengkhianati hasil. Ternyata, kalimat yang kerap dikatakan para motivator ini terbukti benar. Mulai dari Bill Gates, hingga Mark Zuckerberg, yang jatuh-bangun membangun perusahaannya dari nol hingga kaya-raya. Namun, bukan cuma mereka saja yang bisa berjuang dari nol. 

Seorang mantan petugas kebersihan di Amerika Serikat, Shannon Satonori Lytle, berhasil menyelesaikan studinya di Harvard University, salah satu kampus ternama, dan terbeken di Negeri Paman Sam, tepat pada 27 Mei lalu. Dilansir dari the Huffington Post, Shannon memang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Ayahnya merupakan seorang imigran dan bekerja di gudang. 

Hidup serba pas-pasan, Shannon sejak masih duduk di bangku SMA sudah bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dia menulis dalam akun Facebooknya, kalau dia bekerja di salah satu restoran cepat saji nomor satu di Amerika. Bukan cuma untuk memenuhi kebutuhannya, uang yang didapatnya itu juga digunakan untuk mengambil tes standar untuk penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi di Amerika Serikat (SAT). 

Di tengah kehidupannya yang sibuk membagi waktu antara belajar di sekolah, belajar untuk persiapan tes, dia juga harus memberi makan tiga adiknya yang masih bayi pada saat itu. Setelah ketiga adiknya tidur, dia belajar hingga pukul 4 pagi! Juga mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru di sekolah. 

Karena tak bisa membeli sebuah mobil untuk bolak-balik dari rumah ke sekolah, dia harus jalan kaki. Padahal, daerah di kota tempat dia tinggal tak aman untuk digunakan pejalan kaki. Karena tak punya koneksi Internet, dia juga harus mengeluarkan laptopnya ke luar jendela. Supaya dia bisa mencuri sinyal WiFi milik tetangga, selama mengerjakan PR. 

Tapi, perjuangan pria yang tangguh asal Ohio ini bukan cuma itu saja. Banyak orang yang memandang rendah karena keluarga Shannon miskin. "Di bagian Ohio ini, cuma anak-anak (yang orangtuanya bergelar) doktor dan juga (bekerja sebagai) pengacara saja yang bisa masuk sekolah-sekolah Ivy League. Tapi pandangan orang lain terhadapnya tak membuat dia gentar untuk terus berusaha. 

Untuk memenuhi kebutuhannya dan mengejar cita-cita untuk sekolah di kampus elit dan berkualitas tinggi, dia harus bekerja mati-matian. Mulai dari menggosok WC, menaruh buku-buku di perpustakaan, dan menjual baju. 

Namun, semua jerih payahnya ternyata terganti. Bulan Mei lalu, dia akhirnya berhasil menyelesaikan studinya di Harvard University. Yang membuatnya hebat lagi, di keluarganya, dia adalah generasi pertama yang punya gelar pendidikan. Kisah Shannon ini banyak menginspirasi netizen dari seluruh dunia. Kamu juga harus mengejar impianmu sampai dapat, ya, girls! 

What's On Fimela