Fimela.com, Jakarta Memang dilakukan sendiri pada beberapa kesempatan, namun sejatinya, traveling adalah salah satu media untuk menjalin komunikasi interpersonal. Bisa terjadi dengan siapa saja, apakah itu teman perjalanan, teman seperjalanan, maupun penduduk lokal. Pertukaran pesannya pun bergulir dalam ragam konteks, entah selewat angin atau malah intim.
Jadi, jangan pernah menganggap traveling hanya tentang dirimu seorang dengan sederet ambisi dan ingin-ingin (yang terkadang muluk) di tiap langkah kaki. Perjalanan punya peran yang jauh lebih kompleks. Perjalanan memberi pelajaran tak hanya untuk pribadi tunggal. Berangkat dari asumsi tersebut, maka muncullah friends for benefit.
Ya, kamu tak salah baca dan tolong jangan berpikir yang tidak-tidak. Yang dimaksud di sini adalah bagaimana sesama traveler bisa membantu atau setidaknya meringankan berbagai persoalan yang dihadapi ketika berada di negeri-negeri asing. Relasi bisa dikatakan penting di dunia traveling, apalagi bila kamu adalah frequent traveler.
Mengapa demikian? Jawaban paling sederhananya adalah tak semua panduan, apalagi yang dimuat dalam buku komersil, sesuai dengan realita. Namun demikian, friends for benefit ini, meski diutamakan penduduk lokal, bukan berarti tak boleh berasal dari mereka, para pelancong asing yang sudah lebih dulu singgah.
Karena berlabel demikian, tentu hubungan ini harus merangkai simbiosis mutualisme. Upayanya mulai dari diskusi itinerary, ragam jalur berbahaya yang tak semestinya dilalui, baik sepanjang tahun atau dalam waktu-waktu tertentu, hingga memperbolehkan sang teman menginap ketika singgah di kotamu. Sejauh mana, semua diputuskan olehmu.
Secara garis besar, kamu bisa bertukar tips, informasi, rekomendasi destinasi, sampai melakukan berbagai aksi. Misal, ia tengah ingin pergi ke kotamu, maka kamu bisa semata merekomendasikan itinerary, atau sampai menawarkan tempat bermalam dan menemaninya menyambangi berbagai macam sudut yang menurutmu menarik untuk dilihat.
Bagi mereka yang melakoni perjalanan dalam frekuensi sering, friends for benefit ini tentu bukan lagi gagasan baru. Tapi, kalau kamu tertarik, kiranya tetap harus memerhatikan sejumlah attitude. Beberapa di antaranya adalah jangan menghubungi kalau sedang perlu saja. Usahakan tetap bertanya kabar dalam beberapa waktu. Jangan tak akrab betul, tapi tiba-tiba mau ikut traveling.
Ide seperti ini sudah diadaptasi couchsurfing, di mana kamu bisa berperan sebagai guest dan host. Sebagaimana kebanyakan hal lain, kamu harus tetap berhati-hati, apalagi bila friends for benefit ini adalah orang yang benar-benar baru di hidupmu. Kalau ragu, sebaiknya jangan ikuti sarannya. Kamu harus tetap membaca ragam rekomendasi. Ingat, kamu punya kebebasan menentukan ke mana dan dengan siapa akan pergi. Well, happy traveling!