Fimela.com, Jakarta Sepanjang hidup kamu pasti mendengar berbagai nasihat dari berbagai pihak, tentang banyak hal. Misal; waktu kecil kamu dinasihati ibu, "Kalau main jangan lari-larian, ya, nanti jatuh" atau, "mainnya ingat waktu, kamu masih harus belajar, nanti keburu capek." Beranjak dewasa kamu dinasihati, "jangan pacaran-pacaran, deh, fokus belajar dulu," lalu "pilih pacar yang seagama ya, nak". Menjelang pernikahan pun tak terlepas dari nasihat-nasihat itu.
Berbeda dengan saat kamu kecil atau remaja dahulu yang banyak 'mengatur' tentang perilaku, memasuki usia-usia yang dianggap cukup untuk menikah, nasihat yang kamu dapat biasanya berupa nilai-nilai yang perlu kamu ingat, kamu tanam dan kamu terapkan dalam kehidupan baik sebelum atau setelah pernikahan nanti. Nasihat yang sebenarnya mungkin biasa, atau sudah kamu dengar sebelumnya karena ini merupakan nasihat turun temurun, tapi masih sangat relevan dengan kehidupan saat ini.
Nasihat itu memang tidak semua bisa kamu terima, karena kadang ada poin-poin yang terasa sangat 'kolot' dan tidak bisa disejajarkan dengan perkembangan nilai yang kamu anut sekarang ini. Semisal, "nanti kalau sudah punya suami dan anak, ya kamu di rumah aja. Kalau semuanya kerja nanti yang ngurus rumah siapa?", kan sekarang banyak working mom. Lagi pula dengan berbagai pertimbangan lain, bekerja kantoran selagi menjadi ibu rumah tangga itu merupakan sesuatu yang lazim saat ini. Tapi, kembali lagi pada kamu dan suami nantinya, bagaimana kesepakatan antara kalian sebagai yang menjalaninya.
Apa, sih, nasihat mengenai pernikahan yang sering kamu dengar dari orang tua, atau orang-orang lain di sekitarmu? Berapa banyak nasihat yang bisa kamu terapkan, dan berapa nasihat yang hanya kamu dengarkan sebagai angin lalu?
Nasihat tentang Pernikahan yang Perlu Kamu Ingat
Menikah lah kalau kamu sudah siap, bukan kalau teman-teman sebayamu sudah banyak yang menikah, atau karena tekanan lingkungan, atau karena nafsu belaka. Benar, tapi yang satu ini harus kamu tanamkan sendiri dalam dirimu, karena orang-orang luar belum tentu berpikir begitu. Tapi percayalah, pernikahan tidak sesederhana yang dipikirkan, saat sudah menjalaninya kamu akan tahu bahwa pernikahan itu rumit. Kabar baiknya, dengan orang yang tepat kerumitan itu akan lebih menyenangkan untuk dijalani.
Kenali calon pasangan hidupmu lebih jauh. Saat kamu menikah, bukan hanya dia yang akan menjadi bagian dari hidupmu, tapi juga keluarganya, teman-temannya, bahkan kelebihan serta kekurangannya. Yap, benar sekali. Kamu harus pastikan bahwa kamu bisa menerima segala tentang pasanganmu itu tanpa terkecuali, atau setidaknya mau belajar menerima. Kamu dan dia juga harus belajar berkompromi, agar dalam pernikahan itu tidak ada dominasi.
Pesta pernikahan tidak perlu mewah-mewah, yang penting di hari-hari setelah pesta pernikahan itu kamu masih bisa hidup sejahtera. Betul, dan ini adalah salah satu yang terpenting! Percayalah, bikin pesta mewah demi gengsi, mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk menjamu orang-orang yang tidak semuanya akan benar-benar peduli pada kehidupan rumah tanggamu kelak, tidak akan menjamin apa-apa bagi pernikahanmu. Sederhana tapi intim bersama orang-orang terdekat saja sudah cukup.
Kamu dan calon suamimu harus pahami bahwa semua nasihat diberikan dengan maksud baik. Masalah bisa diterapkan atau tidaknya itu sepenuhnya ada di tangan kamu dan pasanganmu nanti. Yang pasti, memang banyak hal yang harus kamu pelajari tentang pernikahan sebelum benar-benar menjerumuskan diri di dalamnya, dan beberapa di antara nasihat itu memang harus kamu contoh dari yang sudah berpengalaman. :)