Editor Says: Kenapa Masih Banyak Orang Kena Penipuan Uang?

Karla Farhana diperbarui 06 Jun 2017, 12:28 WIB

Fimela.com, Jakarta Penipuan uang, baik berbentuk fisik atau pun elektronik, ternyata masih juga marak. Meskipun, belakangan ini isu dan beritanya di televisi sudah tak begitu terdengar. Di Ibu Kota dan daerah sekitarnya, misalnya, masih ada saja ibu-ibu atau bapak-bapak yang mengaku habis kena hipnotis dan semua perhiasan serta dompet beserta isinya lenyap dalam sekejap. 

Beberapa hari sebelum Ramadan, kereta Jakarta Kota menuju Depok melaju seperti biasa. Isi gerbong kereta khusus perempuan di bagian paling belakang tak terlalu penuh sesak. Sore itu nggak banyak penumpang sehingga harus berdesakan seperti biasanya. Semua berjalan dengan tenang dan nggak ada juga kebisingan ibu-ibu yang membicarakan tetangga dan teman sekantornya. 

Sampai akhirnya, di suatu stasiun di daerah Depok, seorang ibu mengadu kepada sang petugas kereta, KMT yang harus dia tap saat keluar dari stasiun nanti hilang. Saya diam saja, meskipun merasa kasihan. Petugas itu menyarankan sang ibu untuk memeriksa semua kantung saku dan tas, juga di dalam dompet. Alih-alih menemukan KMT-nya, dia malah panik karena nggak bisa menemukan dompet dan juga ponselnya. 

Ibu-ibu dan mbak-mbak di gerbong tersebut mulai berdesas-desus dan menyangka kalau ibu itu baru saja dicopet. Sambil disuruh duduk di bangku kereta, ibu itu diberi air mineral oleh salah satu penumpang untuk menenangkannya. Setelah sudah agak tenang, ibu yang kehilangan banyak barang berharganya itu ternyata datang dari Stasiun Sudirman, usai berjalan-jalan di sebuah mal terkemuka. 

Di stasiun, dia sempat duduk-duduk sambil ngopi di kafe lantai atas stasiun. Lalu, dia sempat mengobrol dengan seorang pria muda. Percakapan yang berlangsung cukup lama itu ternyata membuat si ibu ini menaruh kepercayaannya kepada pria tadi. Pada saat dia ingin memesan kue untuk dibawa pulang sebelum pulang, dia menitipkan tasnya dan hanya membawa kartu ATM untuk membayar kue. 

Selesai, dia kembali beramah-tamah singkat dan langsung pulang naik kereta. Ternyata, ibu ini nggak sadar kalau isi tasnya sudah tilep si pria tersebut. Mungkin banyak orang yang menyangka kalau ibu ini teledor atau bodoh, karena percaya saja dengan orang asing. Bahkan, orang yang sudah dikenal lama juga bisa mencuri, apa lagi orang asing. 

Tertipu Karena Mudah Percaya

Tapi, setelah saya pikir-pikir lagi, mungkin kejadian ini bukan karena si ibu bodoh dan mau saja ditipu. Tapi, ada satu hal yang membuat seseorang cenderung lengah, percaya sepenuhnya, kepada orang lain. Baik itu orang yang sudah lama dikenal dan sangat dekat, atau juga sekadar orang asing yang baru kamu temui. 

Ketika seseorang sudah merasa nyaman dalam sebuah situasi atau percakapan, 'dinding' untuk menjaga diri sendiri semakin rawan. Ketika dinding itu sudah nggak ada lagi, kita akhirnya cenderung untuk percaya. Baik memercayai apa yang mereka katakan, lakukan, tekankan.

Tapi jauh sebelum percaya, ada beberapa tahap lain. Salah satunya, apa yang dikatakan orang tersebut, 'menjawab' apa yang selama ini kamu resahkan, atau kamu tanyakan. Misalnya, kamu nggak punya uang untuk membeli sebuah kamera baru, sementara kamera itu perlu untuk menyambung hidup. Lalu, datang seseorang yang menawarkan bisnis kecil, yang profitnya sangat cepat kamu dapatkan. Tapi, syaratnya menanam modal dulu Rp100.000 misalnya. Jumlah uang yang kamu tanam jauh lebih sedikit dari harga kamera, kan? Makanya, orang cenderung untuk mengikuti permainan tanpa pikir panjang. 

Selain itu, sifat yang nggak sabar untuk memiliki kamera juga membuat kamu gegabah dan nggak berpikir panjang. Akhirnya, bisnis bodong tersebut memakan uangmu yang sudah kamu serahkan. Mungkin nggak besar, tapi apa yang bakal terjadi kalau kamu tanam modal ratusan juta? 

Makanya, beberapa hal harus terus diingat, agar nggak kena penipuan uang, baik uang elektronik atau fisik. Pertama, selalu berhati-hati ketika bekerja sama dan jangan mudah mempercayakan barang berharga, terutama uang kepada orang lain. Selain itu, jangan ambil keputusan terlalu cepat tanpa berpikir panjang. 

 

 

 

Karla Farhana, 

 

 

Editor Feed

What's On Fimela