Fimela.com, Jakarta Memasuki usia yang dianggap orang-orang sudah cukup untuk menikah, saya kerap kali mendapat pertanyaan, "Kapan nikah?", dan semakin ke sini, saya jadi ingin bertanya balik, "Siapa sih yang mempopulerkan pertanyaan 'Kapan nikah?' itu pada awalnya?"
Entah kenapa saya merasa risih ditanya seperti itu, terutama oleh orang-orang yang sebenarnya nggak terlalu dekat dengan saya. Belum lagi nada mereka yang (buat saya) menghakimi, seolah mereka paling tahu kapan seseorang harus menikah, seolah mereka paling paham dengan hidup saya. Padahal nihil.
Kalau saya mau riwil seperti mereka ke orang lain, mungkin saya akan lebih dulu memulainya dengan, "Gimana hubungannya sama si anu? Sudah dapat pelajaran apa saja tentang hidup bersama?" atau "Sudah punya modal buat nikah, belum?". Kalau menurut kamu pertanyaan ini aneh, terlalu pribadi dan kurang layak ditanyakan, yes it is. Namun di sisi lain, pertanyaan itu membuat saya terlihat sangat peduli terhadap orang dan/atau pasangan yang saya tanyai. Menanyakan hal yang begitu mendasar sebelum sampai pada pertanyaan pamungkas, "Kapan nikah?"
Nggak salah, kan? Toh menikah memang bukan sebuah keputusan yang tahu-tahu ada. Menikah itu butuh persiapan panjang dan perencanaan yang matang. Proses itu dimulai dari kehidupan para pasangan ketika bersama sebagai status pacar. Jika terlihat kecocokan, timbul keyakinan, dan tumbuh komitmen yang kuat antara mereka selama proses berlangsung, go on.
Kalau kamu tetap merasa pertanyaan yang ingin saya tanyakan itu salah, harusnya kamu juga sadar bahwa menanyakan seseorang--terutama yang nggak kamu kenal-kenal banget bagaimana hidupnya--tentang kapan dia akan menikah, juga merupakan sesuatu hal yang salah. Pertanyaan yang ingin saya tanyakan dengan pertanyaan yang sering kamu ajukan itu sama-sama menyentuh ranah pribadi, sebaiknya hanya ditanyakan kalau kamu benar-benar peduli, bukan sekadar basa-basi.
Itu kalau ditanya sama teman atau orang jauh yang nggak dekat betul dengan kita, lain hal kalau yang nanya orang tua.
Jawab Apa kalau Ditanya Kapan Nikah?
Ditanya orang tua "Kapan nikah?" itu serba salah. Mau dijawab ngeyel, takut dikutuk jadi ondel-ondel. Mau dijawab serius, tetap ada kemungkinan beliau nggak suka dengan jawaban kita. Kalau ditanya "Kapan nikah?" sama orang tua, rasanya mau pura-pura tidur saja. Tapi kalau ditanya saat lagi makan bareng di meja makan, ya kali langsung pura-pura tidur?!
Jadi gini, kalau ditanya "Kapan nikah?" sama orang tua, baiknya memang dijawab yang jujur saja. "Ini lagi diusahain Pak, Bu. Doain, ya." Bisa juga jawab dengan rencana-rencana yang kamu punya dengan si pacar. Apa yang kamu dan dia sedang lakukan saat ini, sudah ada pikiran mau ke arah sana atau belum, kapan rencananya kamu dan dia akan menikah, dan lain sebagainya. Sesuai atau nggak sesuainya jawabanmu dengan harapan mereka, mereka akan tetap mendoakan yang baik-baik untuk kamu dan hubungan yang sedang kamu jalani, sebab mereka bertanya karena mereka benar-benar peduli, bukan sekadar basa-basi.
Berbeda dengan "orang lain" yang nanya cuma untuk basa-basi. Karena nggak akrab, nggak tahu hal seru apa yang terjadi dalam hidupmu, jadi pertanyaan yang terlintas di benaknya ketika ada kesempatan untuk ngobrol sama kamu ya cuma "Kapan nikah?"
Pada kasus lain, ada juga teman sebaya yang jadi riwil soal pernikahan karena dia telah menikah. Padahal baru menikah sebulan atau setahun, tapi sudah rajin memberi banyak nasihat soal pernikahan. Ehehe. Ketawain aja, hehehe.
Nah, karena orang-orang itu cenderung hanya basa-basi, kamu pun nggak perlu menjawabnya dengan serius. Pengin tahu jawaban yang bikin kamu tetap cool saat ditanya "Kapan nikah?" sama orang yang nggak akrab-akrab banget sama kamu? Coba dengan beberapa jawaban di bawah ini:
"Kapan nikah?" ditanyakan oleh orang nggak penting #1: "Nanti paling, habis gajian" Basi, ya? Biarin aja, sama basinya sama pertanyaan "Kapan nikah?" yang dilontarkan cuma untuk berbasa-basi. Adil, kan?
"Kapan nikah?" ditanyakan oleh orang nggak penting #2: "Kalau nggak Sabtu, Minggu, sih rencananya." Yaa, standar lah, bikin acara pernikahan umumnya di hari Sabtu atau Minggu. Masalahnya, kita belum tahu nih Sabtu atau Minggu itu kapan tepatnya. Biarin aja, nggak usah mikir susah-susah.
"Kapan nikah?" ditanyakan oleh orang nggak penting #3: "Lah, udah nikah kali inggu kemarin. Emang cuma ngundang yang penting-penting aja, sih," sama dengan "situ nggak penting jadi nggak diundang" hahahaha padahal belum nikah hahahaha dan emang nggak tahu juga sih bakalan ngundang si yang nanya itu apa nggak saking dia nggak pentingnya hahaha. Semoga dia kapok.
Buat kamu yang masih suka basa-basi dengan pertanyaan ini, coba deh pikir dua kali kalau mau melakukannya lagi. Apalagi kalau nadanya sudah "menyuruh" seperti, "buruan nikah, ngapain sih pacaran lama-lama?" atau, "nikah lah, biar halal pacarannya!", atau "nikah sana, pacaran lama-lama banget nanti nggak jadi, lho," please pikir-pikir lagi. Kamu nggak tahu, kan, apa yang sedang dia perjuangkan bersama pasangannya? Dan buat kamu yang lagi sering-seringnya ditanyai kapan akan menikah, semangat! Tetap berjalan di jaluar yang kamu yakini. Tetap berjuang untuk mewujudkannya, nggak usah pedulikan kata orang. Menikah bukan perlombaan, nggak usah khawatir kamu akan sampai lebih dulu atau belakangan.