Duka mendalam bagi keluaga Cahyono yang meninggal dunia dalam keadaan tidur. Sebelum akhirnya dibawa ke rumah sakit untuk memastikan telah meninggal dunia. Meski sebelumnya menjalani perawatan beberapa hari di rumah sakit. (Adrian Putra/Bintang.com)
Menengok ke belakang perjalanan spiritual mendiang Cahyono. Sebelum akhirnya resmi menyandang Haji Cahyono, ia terlebih dulu memiliki nama Baptis Paulus Tjahyono. Sebuah proses panjang sebelum akhirnya memutuskan menjadi mualaf. (Adrian Putra/Bintang.com)
25 tahun silam, tepat hari raya Idul Fitri mengucapkan dua kalimat Syahadat. Sebagai tanda dirinya memeluk Islam. Masjid Agung Banyuwangi, Jawa Timur di pilih sebagai tempat mengucapkan kalimat Syahadat dibimbing K.H. Rahatib. (Adrian Putra/Bintang.com)
Selain K.H. Rahatib, ikrar dua kalimat Syahadat itu juga disaksikan oleh ribuan umat Islam. Kembalinya memeluk Islam, membuat orang tuanya merasa senang. Bahkan orang tuanya seperti menemukan anaknya yang telah hilang. (Adrian Putra/Bintang.com)
Tidak disangka-sangka, dua bulan masuk Islam, almarhum mendapat haji gratis dari biro perjalanan haji. Sejak itu, pendiri grup Jayakarta itu menuntut ilmu agama di Pondok Pesantren Assidiqiyah, Kedoya, Jakarta Barat. (Adrian Putra/Bintang.com)
Ia dididik langsung oleh K.H. Noer Muhammad Iskandar S.Q, Tiga tahun kemudian, Ia mulai mendapat banyak undangan mengisi mejelis manjelis mengisi kajian Islam. Bahkan hingga akhirnya meninggal dunia, ia masih terus berdakwah. (Adrian Putra/Bintang.com)
Lantas siapa berjasa hingga kembali memeluk muslim. Cahyono mengaku banyak dialog tentang Islam dengan raja dangdut Rhoma Irama. Hingga akhirnya memutuskan mualaf. Ia juga mempelajari buku-buku islam untuk menambah kajiannya. (Deki Prayoga/Bintang.com)