Fimela.com, Jakarta Rumah makan Padang, restoran yang satu ini memang nggak cuma bisa kamu temukan di Padang, Sumatera Barat saja, tapi hampir disetiap wilayah di Indonesia ada, bahkan hingga di luar negeri. Dan salah satu menu andalan yang pasti di semua rumah makan Padang itu ada adalah rendang. Yup, siapa yang nggak suka dengan makanan yang masuk dalam daftar makanan terlezat di dunia tersebut.
Tapi, kali ini kita tidak akan membahas soal rasa dari rendang yang enak banget itu, atau pun membahas soal resep rendang itu sendiri. Sekarang Bintang.com ingin membahas soal sejarah rendang. Ada yang tahu kapan makanan olahan daging sapi yang dicampur dengan santan dan rempah-rempah tersebut mulai dinikmati masyarakat Minang?
Dilansir dari Minangkabausiana.bpa.sumbarprov.go.id, Sejarawan Universitas Andalas, Prof. Dr. Gusti Asnan menduga, rendang telah menjadi masakan yang tersebar luas sejak orang Minang mulai merantau dan berlayar ke Malaka untuk berdagang pada awal abad ke-16. Rendang juga disebut dalam kesusastraan Melayu klasik seperti Hikayat Amir Hamzah yang membuktikan bahwa rendang sudah dikenal dalam seni masakan Melayu sejak 1550-an (pertengahan abad ke-16).
Bagi masyarakat Minangkabau, rendang bukan cuma makanan biasa karena rendang memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat Minang. Dagiang (daging sapi) melambangkan “Niniak Mamak” (para pemimpin suku adat), Karambia (kelapa) merupakan lambing “Cadiak Pandai” atau kaum intelektual, Lado (cabai) adalah lambing “Alim Ulama” yang tegas, tegas untuk mengajarkan syariat agama, dan terakhir adalah pemasak (bumbu) yang merupakan lambang dari keseluruhan masyarakat Minangkabau.
Dan tahu kah kamu kalau ternyata bukan hanya daging sapi yang bisa dijadikan rendang, meskipun jarang, tapi kamu juga bisa mencicipi rendang ayam, daging kambing, itik, paruh sapi, hati sapi, kerang, telur, dan rendang maco alias ikan asin yang rasanya gurih dan nikmat. Informasi penting buat kamu pecinta rendang, rendang yang enak adalah rendang yang warnanya benar-benar gelap.