Fimela.com, Jakarta Nama besar Judika tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Dikenal sebagai salah satu jebolan Indonesian Idol, dia berhasil eksis hingga sekarang, bahkan telah mencetak banyak hits lewat lagu-lagu yang digandrungi pecinta musik.
***
Namun di balik kesuksesan yang kini ada di tangan Judika, ternyata tersimpan sebuah kenangan yang mungkin tidak disangka orang. Melihat sosoknya yang seperti sekarang, mungkin tidak akan ada yang menyangka bahwa dia dulunya hanya anak daerah jauh dari mimpi sebagai superstar.
Bicara pada reporter Bintang.com, Riswinanti Permatasari dan Galih W Satria, Judika mengungkapkan bahwa dulunya dia hanya anak daerah pada umumnya. Jangankan untuk bermimpi sebagai bintang, pemikirannya saat itu hanya berkutat pada sekolah, harapan untuk lulus, dan kemudian menikah.
Namun semua seolah berubah saat usianya menginjak tujuh tahun. Berawal dari aktivitasnya menyanyi di gereja, dia pun dipercaya untuk bekerja di sebuah hotel. Di situlah dia menemukan kecintaannya pada musik, dan mulai berpikir untuk mengikuti berbagai ajang musik, salah satunya adalah Wahana Suara Pelajar pada tahun 1992.
“Nah pertama kali datang ke Jakarta itu kita lihat piring, pesawat, ke jakarta. Jakarta udah macet sih dulu, tapi emang kaya anak kampung bener. Gue datang cuma buat ambil nada dasar. Waktu itu ketemu Jimmy Manopo. Jadi habis ambil nada dasar, pulang lagi. Sehari atau dua hari aja. Gue mikir ‘Gila ambil nada dasar aja naik pesawat’,” kenang Judika saat ditemui di kantor Sony Music Indonesia beberapa waktu lalu.
Usaha Judika ke Jakarta saat itu akhirnya membuka pikiran bahwa dunia tak sesempi bayangannya selama ini. Keinginannya untuk ke Jakarta pun sempat tersandung restu orang tua, namun berkat kegigihannya dia berhasil mengantongi izin dari sang ayah.
Meski demikian, perjuangan Judika belum sepenuhnya selesai. Bahkan ketika sampai di Jakarta, masih banyak liku-liku kehidupan yang harus dia hadapi. Bagaimana lengkapnya perjalanan Judika menuju sukses? Berikut petikan wawancaranya!
Kisah Judika di Kampung Halaman
Kesuksesan tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus dengan perjuangan keras. Hal itulah yang juga dialami oleh Judika, yang awalnya bahkan tidak bermimpi namun kemudian tergerak untuk mengubah nasibnya.
Seperti apa kehidupan Judika dulu sebagai anak daerah?
Aku sih lahir dari anak yang biasa aja, ga punya mimpi yang terlalu tinggi. Apalagi anak daerah kan agak dikekang mimpinya. Justru kalau orang daerah, kalau merasa mimpi terlalu tinggi bakal terbebani. Misal ke Jakarta aja dulu kaya ‘Udahlah jangan mimpi’. Karena itu butuh biaya, kehidupan daerah tuh cuma sekolah, tamat, nikah, udah itu aja siklusnya. Aku juga di lingkungan itu.
Lalu bagaimana kemudian Judika menemukan mimpi?
Yang mengubah aku adalah Tuhan. Pas umur 7 tahun aku udah kerja di hotel, dari situ aku tahu aku suka nyanyi. Basicnya memang nyanyi, saat itu nyanyi di gereja saat natalan. Ada orang hotel yang hadir jadi kita diminta kerja di sana. Udah gitu doang, akhirnya hasilkan duit, bantu buat sekolah, nah mulai aku ada cita-cita untuk ke Jakarta setelah ada Wahana Suara Pelajar tahun 1991. Cuma yang pertama aku ga berhasil, akhirnya baru lolos pada tahun 1992. Pemenangnya dikirim ke tingkat nasional, pesertanya dari berbagai daerah, saat itu Indonesia masih 27 provinsi.
Ajang apakah itu?
Dulu yang bikin mbak Tutut, ada kirab remaja gitu. Tahub 1991 aku ga ikut, baru 1992 menang jadi utusan dari Sumatra Utara.
Lalu apa kesan pertama kali ke Jakarta?
Nah pertama kali datang ke Jakarta itu kita lihat piring, pesawat, ke Jakarta. Jakarta udah macet sih dulu, tapi emang kaya anak kampung bener. Gue datang cuma buat ambil nada dasar. Waktu itu ketemu Jimmy Manopo. Jadi habis ambil nada dasar, pulang lagi. Sehari atau dua hari aja. Gue mikir ‘Gila ambil nada dasar aja naik pesawat’.
Bagaimana dengan pertandingannya?
Setelahnya, mulai nih. Akhirnya berangkat lagi saat pertandingannya, dan aku juara 3 nasional. Nah mulai saat itu ketika aku pulang ke Brastagi, mulai banyak pikiran. Sekolah udah mulai bercabang dan mikir kalau nyanyi harus ke Jakarta. Apalagi pelajaran juga udah mulai berat-berat, ada kaya kimia, biologi, semua dijalani sambil nyanyi.
Kemudian apa yang Judika lakukan?
Akhirnya bilang ke Papa harus berangkat ke Jakarta. Dua tahun tuh ga dibolehin, tapi aku ngomong terus. Rasanya memang udah harus (ke Jakarta). Akhirnya diizinin dengan syarat ‘Ga ada keluarga, jadi harus berjuang sendiri, kita juga ga ada uang’.
Apa yang dilakukan Judika pertama kali saat datang ke Jakarta?
Aku berangkat ke Jakarta dan tinggal di keluarga Papa. Tapi di situ awalnya juga aku naik metromini ke mana-mana. Sebulan ga ngapa-ngapain. Cari lomba nyanyi, dengerin radio, semua aku ikutin. Ga kebayang akhirnya bikin album. Pokoknya apa yang berhubungan nyanyi aku ikuti.Sampai bikin album Manado.
Dari mana Judika belajar bahasa Manado?
Ikutin temen aja. Yang bikin kan orang Manado, tinggal baca, ga suka ganti. Kaya kita belajar bahasa Inggris aja.
Sulitnya Menggapai Mimpi
Kerja keras dan perjuangan Judika memang sedikit demi sedikit menunjukkan hasil. Meski demikian, berbagai kendala pun sempat dia lalui. Namun dia adalah seorang pekerja keras yang ingin melakukan segalanya demi musik.
Judika sempat ikut ajang Asia Bagus?
Ya akhirnya ikut Asia Bagus tahun 1998 di Singapura. Dari Indonesia aku dikirim jadi juara 2 di Singapura. Habis itu bikin grup namanya Antero Boys. Asal katanya dari ‘antero’ artinya kan semua, seantero, anggotanya semua anak Asia Bagus. Semacam Kaya AB3 lah. AB3 kan sebenarnya Asia Bagus 3. Kemudian itulah, saat itu cita-citaku udah mentok as a group.
Pernah ikut ajang internasional lain?
Pernah juara 1 tingkat dunia di Rumania. Tapi pulang ke sini kita disambut biasa aja. Mungkin karena keadaan ekonomi kita dulu ga bagus karena ada bom BEJ dulu. Bursa efek dibom mulai banyak kejadian, akhirnya musiknya ga bagus. Kita di masa itu. Belum lagi habis itu ada piala dunia. Jadi untuk promo atau apa ga keliput. Pariwisata juga kurang bagus jadi kita berjuang sendiri. Biasanya memang untuk acara internasional kita berjuang sendiri tanpa bantuan pemerintah.
Bagaimana Judika bertahan dengan kondisi itu?
Dari situ mulai mimpi apapun tentang nyanyi. Ga fokus harus ini atau itu. Tapi ya itu, justru aku sekarang berterima kasih pada Tuhan.
Hasil apa yang diperoleh Judika bersama Antero Boys?
Antero udah nyanyi di semua TV, Indosar . Cuma keadaan kan berputar, kadang naik, kadang turun. Saat itu kita juga masih ngafe. Nyanyi di Pisa Cafe Menteng tiap minggu. Waktu itu sempat kita ngerasa down ‘Kok kita gini terus ya’. Penghasilannya tuh cuma 400 ribu dibagi berlima. Sementara kita butuh uang buat kuliah dan lain-lain. Tapi kita berjuang terus.
Bagaimana akhirnya Judika masuk Indonesian Idol?
Suatu hari kita (Antero Boys) ribut di panggung. Mulai ada gap-gapan. Saat itu tahun ketujuh, kita kan jalan hampir delapan tahun. Saat itu pas lagi mau manggung udah ga enak. Aku mulai ga merasa nyaman, udah bosen kali. Memang personilnya udah mulai nakal, ngerokok. Aku bukan sok suci sih, memang basicnya ga terlalu suka aja. Aku mulai dimusuhi. Nah pulang manggung itu, tiba-tiba aku lihat ada pengumuman Idol. Daftar deh akhirnya diem-diem, cuma karena emosi. Eh ga tahu tiba-tiba yang iseng sampai juara 2.
Tanggapan anak Antero Boys?
Nah itu mereka akhirnya tahu, prosesnya dari mereka ga terima, sampai akhirnya support juga.
Lalu semua berjalan lancar hingga seperti sekarang?
Ya itu perjalanannya kalau di karir, bikin album, dan lain-lain. Itu juga belum terlalu menyolok, belum banyak yang kenal Judika. Tapi seiring dengan waktu, saat ini posisinya ya seperti sekarang.
Kisah Judika dari nol hingga seperti sekarang tentunya memberikan kita inspirasi bahwa kesuksesan bisa diraih siapapun, asalkan dengan kerja keras. Bersediakah Anda berjuang sekeras Judika?