Berkat Tenun, Gadis Asal Buton Ini Terbang ke Amerika

Karla Farhana diperbarui 10 Mei 2017, 10:14 WIB

Fimela.com, Jakarta Nggak sedikit para cewek di Indonesia mengidam-idamkan untuk terbang ke luar negeri dan berkarier di sana. Tapi sayang, nggak banyak dari mereka yang berhasil. Kamu yang ingin sekali pergi ke luar negeri dan berkarya di sana, jangan pernah memendam atau meredupkan mimpimu. Soalnya, kamu mungkin ingin mencontoh apa yang dilakukan Andini Claudia, gadis asal Buton, Sulawesi Tenggara. 

Andini, lahir 22 Juli 1995, berhasil pergi ke Amerika Serikat bersama misinya yang dia bawa dari kampung halaman, melalui program YSEALI (Young South East Asia Leaders Initiative), selama lima minggu. Bukan cuma membawa misi, tapi dia juga membawa perubahan yang berawal dari sebuah gerakan kecil yang akhirnya tumbuh perlahan menjadi besar. 

Cewek muda yang peduli dengan para penenun Buton, ternyata juga pandai melihat peluang dan kesempatan. Dilansir dari Good News from Indonesia, dia ingin membantu para penenun itu untuk memberdayakan seni dan karya asal daerahnya. Tak disangka, dia berhasil lolos mengikuti program YSEALI. Namun, seperti orang-orang sukses lainnya, Andini pun harus melawati berbagai rintangan. 

Karena, dia harus melewati berbagai tahap eliminasi formulir. Salah satu tahap tersebut adalah formulir aplikasi. Pada taham ini, dia mengutarakan keinginannya untuk menjadi pemimpin muda dan sebagai pembawa perubahan untuk masyarakat Buton. Pasalnya, banyak orang-orang di daerah tersebut perlu lebih banyak diberdayakan. 

Setelah berhasil lolos, Andini kemudian diterbangkan ke Amerika Serikat selama 5 minggu. Dia di sana berkeliling bersama inisiator-inisiator muda dari berbagai negara di ASEAN. Mereka berkeliling mengunjungi Arizona, San Fransisco, Los Angeles, dan Washington DC. Bersama dengan teman dan 21 rombongan, dia belajar banyak hal selama berada di Negeri Paman Sam. 

Selama belajar di sana, Andini didampingi David Benson, mentor yang memberikan banyak pengalaman. Dia mengatakan kepada Good News from Indonesia, David memiliki pengetahuian yang luas tentang kewirausahawan, musik, keterlibatan masyarakat, dan lainnya. Padahal, David merupakan seorang profesor di bidang teknik. 

“Pak Davin Benson itu meski dia professor di bidang teknik, namun ia memiliki pengetahuan banyak tentang entrepreneurship, musiik, civic engagement dan lain sebagainya, itu yang membuat kita tidak boleh menutup pikiran kita hanya di bidang yang kita pelari,” katanya. 

Andini bukan cuma belajar dari mentornya. Tapi juga dari keluarga yang menampungnya selama berada di Amerika Serikat. Mereka adalah Nasiff dan Ms. Cathy Nasiff, yang mengajarkan untuk saling percaya dan juga menghargai antara orangtua dan anak. 

Andini bukan cuma belajar sambil berkeliling di Amerika. Tapi juga mengunjungi tempat-tempat penting yang mengubah pandangan hidupnya untuk membantu sesama. Salah satunya adalah House of Refugee, di mana dia membantu membersihkan jalan dan rumah. 

Nah, kalau kamu juga ingin seperti Andini yang sukses membawa perubahan untuk daerahnya dan mengenalkan budaya Indonesia ke luar negeri, kamu bisa, lho, ikutan YSEALI. Dilansir dari Good News from Indonesia, Program ini dicanangkan mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama tahun 2013 yang mengumpulkan change maker muda dari negara-negara di Asia Tenggara. Bukan cuma sebagai tambahan karya di CV-mu, tapi alumni-alumni YSEALI banyak banget yang menjadi future leader. Mereka kini sedang melakukan kontribusinya di daerah masing-masing. 

What's On Fimela