Eksklusif, Tangan Dingin Tohpati Perkaya Musik Dalam Negeri

Nizar Zulmi diperbarui 10 Mei 2017, 08:07 WIB

Fimela.com, Jakarta Mungkin butuh parameter-parameter tertentu untuk menyebut satu gitaris lebih baik dari gitaris lain. Tapi tampaknya semua gitaris di Indonesia setuju bahwa Tohpati adalah salah satu maestro gitar yang patut disegani.

Kontras dengan pembawaannya yang kalem dan sifat ramahnya, Tohpati Ario Hutomo cukup mematikan di atas panggung. Berbagai macam genre disikatnya, terutama jazz, etnik dan funk yang belakangan ini menjadi lahan eksplorasinya.

***

Musisi kelahiran Jakarta, 45 tahun silam ini telah membentuk berbagai macam project untuk mewadahi hasrat bermusiknya. Beberapa yang cukup sering wara-wiri di pentas musik adalah Tohpati Bertiga, Tohpati Ethnomission, Six Strings dan Simak Dialog.

Bereksperimen dengan sejumlah project merupakan bentuk ekspresi dari idealisme bermusik Tohpati. Karenanya ia berniat serius dalam setiap grup yang ia gagas, sehingga tak ada yang menjadi prioritas lebih menonjol.

"Pengennya serius semua ya, karena kan genrenya beda-beda. Cuman kadang ada kesibukan yang berbeda, jadi agak sulit menyesuaikan. Menurut saya penting untuk menuangkan idealisme, bukan semata mengejar materi, tapi juga pengakuan," ujar Tohpati saat ditemui di kediamannya belum lama ini.

Namun Tohpati tak hanya dikenal sebagai gitaris yang tampil tanpa cela di atas panggung. Keterlibatannya di balik layar pun tak kalah mumpuni. Selama puluhan tahun ia telah berkolaborasi dengan para penyanyi ternama seperti Almarhum Chrisye, Rita Effendi hingga Iwan Fals.

Di era sekarang, pria yang akrab disapa 'Bontot' ini dipercaya untuk terlibat dalam karya para solois muda. Bahkan beberapa waktu lalu ia sukses mengawal konser 21 Tahun Berkarya Rossa sebagai music director. 

Semua pengalaman menjadi momen penting dalam perjalanan karier Tohpati sebagai musisi, arranger dan komposer. Mari mengulas lebih dalam tentang pria bertangan dingin yang turut menyuburkan musik dalam negeri lewat kutipan wawancara eksklusif dengan Bintang.com berikut ini.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Eksplorasi dengan Musik Segmented

Tohpati berbagi pengalamannya menangani para penyanyi lintas generasi. (Fotografer: Bambang E Ros, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Sepak terjang Tohpati di industri musik tak lepas dari dukungan orang-orang di sekitarnya. Dikenalkan musik oleh sang Ayah, ia pun menemukan gitar sebagai soulmate yang terus menemaninya hingga kini.

Berawal dari musik rock klasik era Led Zeppelin dan Deep Purple, Tohpati mengeksplor banyak hal dan semakin berkembang. Musik etnik, jazz, progressive rock, funk serta fusion yang segmented memberinya daya tarik dan kelegaan tersendiri.

Cerita awal bermain musik bagaimana sih, ada tentangan dari orangtua?

 

Nggak ada, orangtua malah support banget. Makanya aku bangga banget sama orangtuaku. Pokonya sekolah selesaiin, mau jadi apa terserah. Justru waktu SMP kelas satu dianter nyari gitar elektrik yang murah, waktu itu gitar elektrik kan mahal. Latihan, ikut festival diantar jemput karena rumahku kan jauh, di Ciputat waktu itu.  

Sangat didukung lah. Sampai aku jadi musisi yang udah pro, kalau aku ada show aku suruh nonton, dan mereka dateng. Sangat mengerti musik. Gitar pertama dibeliin Bapak saya, kaya merk motor, kalo inget suka ketawa sendiri.

 

Sekarang sedang fokus mengerjakan project apa?

Kalau proect aku ada banyak sebenarnya. Tapi kalo album garis besarnya ada tiga. Tohpati Bertiga itu progressive rock, Tohpati and Friends lebih ke jazz fusion, lalu Tohpati Ethnomission lebih world music. Jadi tiga project ini bikin albumnya gantian. Aku aku pengen banyak main segala genre sih mas.

Apakah ada yang jadi prioritas utama?

Nggak ada ya, karena musiknya kan segmented. Semuanya sih serba diprioritasin sih. Tapi pada akhirnya jujur sih Tohpati Bertiga sambutannya agak berbeda dari yang lain. Mungkin karena lebih ngerock, anak muda lebih suka yang jerit-jerit gitu. 

Sejauh ini bagaimana jalannya project-project itu?

Banyak project dan diseriusin, tapi aku tau itu musik segmented dan mungkin nggak akan se-booming lagu-lagu pop. Ya segitu-gitu aja. Tapi lebih ke kepuasan untuk tampil buat orang-orang yang haus akan musik seperti itu. Karena nggak semua orang suka musik pop.

Di jalur pop sendiri ada yang sedang dikerjakan?

Ini lagi mau buat single-nya Andien. Trus kemarin baru nyelesaiin album Sheila Majid di Malaysia, aku produce 8 lagu di situ. Nggak banyak sih, paling ada juga album penyanyi baru tapi belum terlalu ini lah.

Kenapa lebih nyaman dengan musik segmented?

Karena buat aku musik segmented itu lebih panjang umurnya. Kalau pop ada tertentu yang panjang juga, tapi kalau orang bosen ya dibuang. Kalau musik segmented ada apresiasi dari segi teknik, proses dan perjuangannya. Kayak musik klasik sih. Mungkin 10 tahun ke depan masih jadi collectable items ya. 

3 dari 3 halaman

Kenangan tentang Chrisye, Musik Masa Kini

Tohpati berbagi pengalamannya menangani para penyanyi lintas generasi. (Fotografer: Bambang E Ros, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Tohpati pernah bekerjasama dengan banyak nama, tapi salah satu yang paling ia kenang adalah bersama Chrisye. Baginya, Chisye merupakan sosok yang layak dikagumi dari segi musikalitas maupun kepribadiannya.

Di sesi ini Tohpati juga membicarakan perkembangan musik masa kini dan peran social media bagi para pelaku musik.

Pernah berkarya bareng Chrisye, seperti apa rasanya?

Yang jelas Chrisye adalah penyanyi laki-laki yang paling saya kagumi ya. Yang lain bagus, tapi kalau dilihat dari masa kariernya dia saya acungi jempol. Karena dia di usianya yang segitu segmennya lebar banget, dari yang ABG yang udah berumur semua sing along kalo dia nyanyi.

Terus musikalitasnya tinggi, jeli dalam memilih lagu, player. Karena dia kan anak band, jadi tau fill-nya. Dulu pernah tampil bareng dengan konsep akustikan, ya gitu orangnya musikal, perfeksionis, segala sesuatunya dipersiapkan, mau membuka diri. Nggak ada senioritas, dia sama anak muda terbuka sekali. Dia juga suka nanya pendapat, bertukar pikiran. 

Satu hal yang paling terkenang dari sosok beliau?

Sederhana banget orangnya. Momen yang paling membuktikan dia orang yang sederhana itu waktu tur dulu pas di kota Bandung. Kita jalan aja ke Cihampelas, beli baju. Trus ya dia nawar aja kaya orang biasa gitu. Orangnya baik banget sih. Jadi pas dengar berita dia meninggal aku merasa paling sedih. Berita meninggal artis yang paling bikin aku sedih ya pas Chriye meninggal.

Kalau perbedaan solois di era Chrisye dan masa kini apa menurut Tohpati?

Kalau sekarang mungkin persaingan lebih susah ya. Dengan media yang lebih mudah orang jadi gampang bikin album, gampang mempromosikan dirinya. Dulu anak ingin bermusik aja dilarang, sekarang orangtua malah ingin anaknya terkenal, jadi artis. Kalau sosok Chrisye di masa sekarang sih aku nggak tahu ya, yang bisa tetap berkarya di usia segitu. Mungkin Iwan Fals.

Perjuangannya beda ya. Kalau sekarang solois harus mencari celah. Mereka harus mencari karakter, gimmick dan lain sebagainya. Kalau jaman dulu mereka nyanyi ya nyanyi aja, tanpa perlu mikirin image dan lain-lain. 

Bicara soal karier, pencapaian paling memuaskan bagi Anda apa?

Bisa konser tunggal, walaupun kapasitasnya nggak terlalu besar waktu itu di Taman Ismail Marzuki udah dua kali, tahun 2008 sama 2012. Bangga karena buat saya konser tunggal karya sendiri itu barometer. Dilihat dari jumlah penontonnya, apresiasinya, production yang aku buat, itu cukup bangga sebagai pemain gitar bisa konser. 

Kedua aku kolaborasi dengan musisi luar seperti Jimmy Haslip dan Chad Wackerman, yang kemarin rekaman di LA. Trus bisa jadi music director konser-konser besar seperti Rossa dan Sheila Majid. Tiga itu sih yang paling membanggakan.

Di luar musik, seorang Tohpati itu sosok yang seperti apa?

Sering di rumah, menghabiskan waktu sama anak istri. Nggak suka hangout, clubbing atau party yang heboh. Lebih suka alam, yang damai-damai, tentram, yang lucu-lucu, ringan dan have fun aja sih.