Fimela.com, Jakarta Reza Rahadian, pemilik nama lengkap Reza Rahadian Matulessy ini memulai karir sebagai model. Debut film pertamanya bukan film drama melainkan film Horor pada tahun 2007. Satu dekade berlalu, banyak pencapaian luar biasa Reza. Lalu mau apa lagi Reza ke depan?
****
Film Perempuan Berkalung Surban mengubah jalan hidupnya. Tak ada kerja keras yang sia-sia. Reza selalu percaya setiap film yang dibintanginya adalah hasil terbaik darinya dan keseluruhan tim produksi. Namun, soal jumlah penonton peruntungannya dikembalikan ke penonton. Tidak ada rasa kecewa bagi Reza selama telah memberikan yang terbaik.
Ketika Reza memutuskan untuk bergabung dalam sebuah judul film, Reza akan memberikan jiwa dan raganya secara total. Termasuk untuk film Critical Eleven yang tayang di bioskop mulai 10 Mei 2017. Reza merasa film ini memberikan kebahagian yang tak pernah habis dari mulai produksi, produksi, hingga saat mempromosikannya.
"Ini film terbaik saya. Saya sangat bahagia bergabung di film ini," ujar Reza dengan padangan mata berbinar-binar saat berkunjung ke Bintang.com, Selasa (2/5/2017).
Bukan tanpa alasan jika Critical Eleven membuatnya berbunga-bunga. Bertemu dengan deretan pemain film watak memudahkan Reza berakting. Hasilnya, tentu saja hasil terbaik karena semua orang memberikan yang terbaik.
Sebut saja Adinia Wirasti, Slamet Rahardjo, Revalina S Temat, Widyawati, Hannah Al Rashid, Hamish Daud, Astrid Tiar, dan Mikha Tambayong. Nama-nama besar di depan layar itu juga didukung tim produksi terbaik di belakang layar. Tentu saja Reza merasa bahagia.
Seorang aktor harus bisa menjalani segala tuntutan dari sutradara, demi mendapat hasil film yang baik. Begitu pun Reza Rahadian dan Adinia Wirasti yang diminta melakukan adegan ciuman di film Critical Eleven. Sebagai suami istri, Reza dan Asti harus mampu memberikan adegan mesra yang natural.
"Kissing itu gimana ya, namanya juga pasangan suami istri. Kalau nggak pernah juga ya derita lo, makanya cobain kali, hahaha," ceplos Reza Rahadian, di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (5/5/2017).
Kecintaan Reza Rahadian pada akting tidak perlu diragukan. Lalu apa impian Reza lima atau 10 tahun yang akan datang? Simak obrolan seru Puput Puji Lestari dan Hasan Mukti Iskandar berikut ini.
Critical Eleven
Akting Reza Rahadian dan Adinia Wirasti di film Critical Eleven patut diacungi jempol. Diakui Reza, semua tak lepas dari sikap terbuka yang diterapkan keduanya, selama proses syuting berlangsung.
Ceritain tentang film Critical Eleven dong?
Critical Eleven adalah film ketiga saya dipasangakan dengan Adinia Wirasti. Diangkat dari novel karya Ika Natasya. Analoginya berasal dari istilah penerbangan, tiga menit saat take off dan delapan menit saat landing adalah masa paling kritis untuk penerbangan.
Disinilah rawan terjadi kecelakaan. Lalu kondisi itu digambarkan sebagai awal sebuah hubungan, tiga menit pertama dan 8 menit saat akan berpisah itu akan memberi pesan kuat apakah hubungan dengan seseorang itu berlanjut atau tidak. Di dalamnya bercerita lebih dalam lagi bagaimana hubungan berjalan. Kurang lebih ini film tentang berdamai dan mengatasi kegundahan pasangan di film ini.
Kenapa Reza mau main film ini?
Alasan pertama Adinia Wirasti. Yang kedua entah kenapa saya ingin mencari naskah film yang pendekatannya realis. Saya ingin tampil serealis mungkin, tanpa diukur bahwa seni peran itu diukur berdasarkan kemampuan seorang aktor bertranformasi.
Di Indonesia, kayaknya aktor yang udah bisa bertranformasi kayaknya keren banget. Tapi ya sudahlah, saya sudah mengalami itu beberapa tahun belakangan. Lewat Critical Eleven saya ingin membangun hubungan baru dengan penonton. Kesuksesan film ini bagaimana film ini relate ke kehidupan penonton. Saya ingin penonton bisa merasakan hal yang sama di film ini.
Kangen main film romantis?
Kayaknya iya, ini reuni sama penonton romantis komedi ya. Soalnya terakhir main biar komedi tapi serius seperti My Stupid Boss, kan Rudy Habibie meskipun ada komedinya juga tetap serius dramanya.
Katanya bahagia banget selama syuting?
Saya bahagia banget menjalani proses syuting film ini. Selain karena ada Asti, ada Monty Tiwa dan Robert Ronny sebagai sutradara, dan Mbak Ika yang percaya penuh dengan kami. Energinya orang-orang ini sangat luar biasanya. Saya mengerti ini adalah 'baby-nya' mbak Ika. Dia sangat berhati-hati ngikutin syuting film ini. Rasanya nggak mau ngecewain mbak Ika.
Bagaimana kamu menjalin chemistry dengan Asti?
Sebenarnya untuk chemstry kita nggak menjalani chemistry apapun untuk film ini ya. Kita menjalani serealistis mungkin. Jadi kami mencoba pendekatan yang sangat riil. Agar semua orang bisa jadi Alle, semua orang bisa menjadi Anya.
Kami juga pengin memberikan terbaik. Dan alhamdulillah ya kerja sama Asti itu ibaratnya meringankan kerja saya banget. PR yang mungkin akan diterima oleh aktor itu selesai. Asti itu open banget dan kooperatif banget.
Syuting itu enak banget. Kita ngejalanin syuting kayak suami istri yang tinggal bareng, ngobrol bareng, kadang ngomongin tentang rumah tangga, kadang hal sepele, kadang romantis. Asti di lokasi juga begitu, jadi enak sekali syutingnya.
Tantangan selama syuting?
Cuacanya ya, karena kontinuiti kebetulan agak-agak tipis bajunya dari Jakarta sementara syuting pas dingin. Tapi ya, ini di New York jadi seneng banget.
Proses syuting di New York kita melibatkan tim setempat, sehingga kita nggak syuting colong-colongan. Benar-benar proper syuting nggak dikejar-kejar, menyenangkan.
Reuni sama pemain lain, menyenangkan juga?
Ya, ini pertama ketemu Reva lagi setelah Perempuan Berkalung Surban dan Tanda Tanya. Reuni sama Ibu Widyawati. Sama Om Slamet juga reuni lagi. Sama Monty Tiwa itu 2011 terakhir di Test Pack, jadi pas ketemu itu seneng banget bersama orang-orang yang konsisten dan ada terus sampai saat ini. Ini Refal Hady juga menyenangkan, anak muda yang antusias.
Jujur, kamu baca novelnya nggak?
Karena terima tawaran akhirnya baca novelnya. Buat pembaca novel dengan durasi sekitar dua jam, film ini bisa memenuhi harapan pembaca novel. Tapi kurang tepat memang membandingkan novel dan film, karena dimensinya berbeda.
Break dari Dunia Film
Kecintaan Reza Rahadian pada akting tidak perlu diragukan. Lalu apa impian Reza lima atau 10 tahun yang akan datang? Reza membuat time capsul untuk impiannya ke depan.
Reza mau apa lagi ke depan?
Kan ada oranng mendapatkan sesuatu, mereka harus menjadi lebih baik. Akan ada momentum dimana mempertahankan pencapaian itu lebih sulit. Saya selalu ingat kata-kata Habibie. "Menjadi nomer satu itu mudah, mempertahankan jadi yang terbaik itu lebih sulit."
Saya nggak pernah bilang saya nomer satu atau yang terbaik. Tapi apa yang saya capai itu saya hargai. Jadi saya boleh bangga dengan apa yang saya capai saat ini. Sekarang adalah momentum saya mempertahankan dan menjaga kualitas.
Karena itu kamu masih belajar akting?
Tahun 2016 saya berangkat be Berlinale belajar lagi, itu juga setelah pencapaian saya. Orang bertanya ngapain sih saya belajar akting lagi. Banyak manfaatnya. Saat ini saya sedang menggunakan positioning saya di film untuk hal-hal di luar film.
Kegiatan kamu selain film apa saja?
Banyak hal yang bisa saya lakukan di luar film, tapi tanpa film saya mungkin tidak akan bisa melakukan hal-hal menyenangkan seperti yang saya lakukan.
Terdekat adalah saya jadi ambasador kampanye sekolah darurat yang saya jalani sejak Oktober. Saya ke berbagai daerah untuk mengunjungi sekolah rusak. Saya juga jadi salah satu gerakan air bersih, waktu itu saya ke Sumba membangun saluran air bersih. Saya bersyukur saya bisa melakukan kegiatan-kegiatan sosial yang saya inginkan dari dulu di tengah break saya yang cukup lama dari film.
Kenapa break?
Saya ingin membuktikan bahwa film Indonesia itu tidak cuma Reza Rahadian. Kalau ada film yang saya bintangi sampai jutaan, belum tentu juga tahun depan saya mencapai hasil yang sama dengan film yang baru. Tapi karena ada film saya dengan pencaipaian yang tinggi, lalu media memberitakannya, otomatis publik sebagian berfikir film Indonesia Reza lagi Reza lagi.
Padahal dilihat dari jumlah film, banyak aktor yang bermain lebih banyak dari saya. Misalnya saya main tiga film, ada aktor kok yang main tujuh film setahun. Produksi film kita saja setahun ratusan judul. Jadi nggak melulu Reza Rahadian. Cuma nggak semua ter-ekspose, nggak semua diberitakan.
Sekarang kamu jadi contoh untuk aktor baru. Ada pesan untuk mereka?
Siapa yang nggak seneng bisa memberikan dampak positif. Saya berharap akan lahir aktor-aktor muda yang sadar bahwa seni peran bukan pekerjaan sampingan. Seni peran adalah full time job. Fokus dengan komitmen sebagai aktor, belajar tentang kehidupan, belajar tentang banyak hal. Karena kator butuh asupan banyak elemen, bukan cuma seni peran.
Kesadaran itu penting ya, karena bisa jadi kita dapat peran yang berbeda-beda. Akting itu penting untuk dipelajari. Akting itu perlu diasah. Bukan sekedar mendapatkan popularitas, dan merasa cukup karena populaer. Jangan karena merasa populer lalu nggak merasa perlu belajar. Paling bisa bertahan 2-3 tahun, lalu ilang lagi. Kita kehilangan regenerasi aktor.
Sejak kapan kamu berfikir akting adalah pekerjaan penuh?
7 tahun terakhir berfikir begitu. Ketika dulu saya mencoba banyak hal saat syuting juga presenting, FTV. Kok saya merasa nggak ada perubahan apa-apa ya. Akhirnya saya fokus satu hal, karena minatnya seni peran, ternyata itu membawa dampak positif.
Hampir tidak ada hal-hal yang lain yang saya pikirkan selain akting. Mungkin ada orang yang bisa mengerjakan banyak hal dalam satu waktu. Tapi saya sadar saya bukan orang yang mampu multi tasking. Karena saya sadar itu, saya fokus dengan seni peran. Dan setelah saya fokus, pencapaian itu datang.
Ingin ke belakang layar nggak?
Belum sih, selama saya masih ada pikiran aduh ambil proyek ini nanti kalau ada tawaran lain gimana ya. Kalau saya pengin ambil karakter itu tapi saya terlanjur di belakang layar gimana ya. Selama masih ada pertanyaan itu saya belum ingin ke belakang layar. Kayak masih ada di antara, belum berani ambil keputusan yang jelas. Akting belum bisa saya jelaskan.
Reza, 5 atau 10 tahu lagi apa impianmu?
Lima tahun dari sekarang, semoga saya memproduksi film saya sendiri. 10 tahun dari sekarang semoga medium berkarya saya lebih luas.
Karena Reza Rahadian masih menyimpan banyak mimpi ke depan, tentu Reza akan setia memberikan yang terbaik bagi penggemar film Indonesia. Semangat belajarnya menjanjikan kualitas untuk setiap karya yang dilahirakannya.