Fimela.com, Jakarta Mendengar kabar-kabar pernikahan dari teman-teman sebaya tentu saja menyenangkan. Kita yang kenal mereka sejak zaman galau karena diputusin pas lagi sayang-sayangnya, akhirnya menyaksikan dia menemukan tambatan hatinya. Namun, kadang kala terpaan kabar pernikahan dari teman-teman sebaya itu menimbulkan keresahan tersendiri, khususnya bagi para pasangan yang baru memulai rencana pernikahan.
Sekalipun setara soal usia, waktu yang tepat untuk melangsungkan pernikahan bagi orang yang satu dengan orang lainnya. Sebab ukuran kesiapan untuk menikah bukan hanya usia. Faktor kemapanan finansial, kesiapan batin, dan juga kemantapan hati para pasangannya sendiri tentu harus dipertimbangkan. Makanya, komentar dari teman-teman yang baru menikah tentang kapan kita--pasangan yang belum menikah--harus menikah itu kadang menyebalkan, dan kalau musim nikah di kalangan teman sebaya tiba, hal menyebalkan itu jadi cobaan tersendiri karena akan berlipat ganda frekuensinya. Setuju?
Selain pertanyaan-pertanyaan "kapan nyusul?", musim nikah di kalangan teman-teman sebaya juga memberikan beberapa cobaan lain, seperti di antaranya adalah yang disebutkan di bawah ini. Baca ya, girls! Kamu yang sedang mengalami pasti paham banget nih, situasi ini.
1. Lagi mau hemat-hemat nabung buat biaya nikah, tapi di saat yang bersamaan harus mengeluarkan banyak uang untuk kado-kado teman atau sekadar 'ngamplop' pas kondangan. Ya, kalau tiap dua minggu sekali nerima undangan pernikahan kan lumayan juga, ya biaya yang perlu dikeluarkan. Di umur-umur teman sebaya mulai banyak yang menikah, kayaknya untuk kondangan harus ada budgetnya sendiri, deh.
Cobaan yang Biasa Menerpa Saat Teman-teman Sebaya Banyak yang Menikah
2. Koleksi baju di lemari dan tumpukkan sepatu di rak rasanya kurang terus, karena hampir tiap akhir pekan dipakai kondangan. Masa mau pakai yang itu-itu aja? Cewek-cewek di berbagai penjuru dunia pasti paham hal ini. Nanti kalau kondangan kan pasti foto-foto. Kalau tiap kondangan pakai bajunya yang itu-itu saja, bisa kelihatan deh dari hasil fotonya. Di acara si ini pakai baju ini, eh di acara si itu pakai baju ini lagi. Duh, nggak banget. Koleksi baju dan sepatu juga perlu sering-sering di-upgrade.
3. Makan hati juga kalau mulai dibandingin, si anu aja sudah nikah, masa kamu belum? Mentang-mentang sebaya, terus banyak orang yang menyama-nyamakan waktunya, bahwa semua yang sudah berumur segini harus menikah juga. Yaa, nggak gitu sih harusnya. Tapi ya namanya juga cobaan, pasti ada aja. Sabar-sabar, ya, girls.
4. Ada masanya kamu merasa kehilangan teman ngobrol yang asyik, karena yang menikah pun kadang ada khilafnya, merasa paling benar dan selalu mengisi obroan dengan nasihat kapan harus menikah. Ini yang paling bikin bete. Hidup itu kan harus seimbang, ada masanya main sama teman, ada masanya main sama pacar. Tapi saat teman-teman sudah banyak yang menikah, kadang mereka khilaf menceramahi soal pernikahan, dan itu bikin sebal.
5. Ya sudahlah, mungkin memang ini masanya kita fokus pada calon pendamping hidup. Nikmati waktu berdua saja berhubung teman-teman yang lain juga nggak bisa. Mau diapakan lagi, masanya sudah berbeda. Kejayaan bersama teman-teman sebaya, berkumpul ngobrol dari A sampai Z, dari semangat cerita sampai rahang kaku karena tertawa, sudah lewat. Kini masanya berganti fokus pada (calon) pendamping hidup.
Perjalanan waktu pasti membawa perubahan, termasuk dalam iklim pertemanan. Tidak ada yang salah, sih. Kita hanya harus bisa beradaptasi saja dengan keadaan. Kalau teman-temanmu sudah fokus pada pernikahannya, kenapa kamu juga tidak fokus saja merencanakan pernikahanmu daripada terlalu banyak memikirkan mereka? :)