Fimela.com, Jakarta Arimbi, salah satu dewi dalam kisah pewayangan Mahabharata Jawa, tiba-tiba saja 'berbahasa' Arab dan Inggris. Dewi yang terkenal jelita hingga kecantikannya mampu meluluhkan hati Bima, alias Werkudara, salah seorang dari lima ksatria Pandawa, rupanya sedang 'menyapa' dunia internasional demi mengukuhkan kisahnya dan budaya lokal Indonesia dalam acara Art and Language Exhibition 2017, di Salatiga, pada Rabu (26/6) lalu.
Kehadirannya di sana ternyata tak sendirian. Dewi Arimbi sengaja 'diundang' mahasiswa program khusus kelas internasional Institut Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Selama mengisahakn kehidupannya denga dua bahasa asing tersebut, Arimbi pun 'menyampaikan' pesan dan nilai moral. Sari Famularsih, Pembina prgram khusus tersebut mengatakan, mereka menghadirkan Arimbi demi para mahasiswa agar semakin paham dengan budayanya.
“Agar para mahasiswa semakin mengerti dan mengenal budayanya sendiri.” Ucap Sari seperti yang dilansir dari Good News from Indonesia. Ternyata, Arimbi yang juga dikenal sebagai Hidimbi ini bukan cuma hadir demi melestarikan budaya. Tapi juga sangat cocok kisahnya dengan kondisi saat ini. Nilai cerita yang terkandung di dalamnya, menurut media tersebut, mengandung anjuran untuk memperindah perilaku dan budi pekerti, ketimbang mengedepankan eksploitasi diri melalui penampilan rupa.
Arimbi, dalam kisahnya, merupakan rakshasi, atau raksasa perempuan, yang menakutkan. Parasnya mengerikan hingga tak menarik sebagai seorang perempuan. Cintanya untuk Bima terpaksa dipendam. Sosoknya sebagai raksasa tak sanggup menjatuhkan cinta Bima pada dirinya. Namun Arimbi bukan sembarang rakshasi. Dia tabah. Tulis mencintai prianya meski lama menjalani cinta sepihak.
Cintanya berkali-kali ditolak. Tapi alih-alih menjatuhkan hati Bima, dia justru berhasil memenangkan hati Dewi Kunti, ibunda pria yang telah lama dia cintai. Ketabahan dan ketulusan hatinya ini akhrinya membuat Dewi Kunti bersabda dan mengubah wujud Arimbi menjadi seorang gadis jelita. Usai berubah dari sosok raksasa. Bima langsung jatuh hati padanya tanpa ba-bi-bu lagi.
Cinta mereka membawa keduanya ke pelaminan. Bima, alias Werkuda, salah satu lima ksatria Pandawa, memberikan putra yang kemudian diberi nama Gatotkaca. Keteguhan serta ketulusan hati Dewi Arimbi mengajarkan para perempuan untuk tidak melulu mementingkan paras. Karena ada hal lain yang ternyaya lebih penting; keteguhan hati, ketulusan, kejujuran, kesetiaan, serta sifat penyayang.
Tak semua sifat dewi ini harus kamu tiru. Tapi, kisah pewayangan ini memiliki pesan kuat, untuk memperindah perilaku dan budi pekerti. Pertunjukan sepertinya layak untuk disaksikan banyak anak-anak muda, agar mampu berjuang dengan mempertajam kecerdasan, kemampuan, yang beriringan dengan budi pekerja sebagai orang Indoensia.
Meskipun kisahnya takberakhir bahagia lantaran gugur di medan perang, Arimbi masih tetap memiliki karakter yang kuat dalam pewayangan Mahabharata. Dia gugur di medan perang Bharatayuddha, saat membela Gatotkaca, sang buah hati.