Biar Nggak Lama-lama Di-friendzone, Berontak Sekarang Juga!

fitriandiani diperbarui 28 Apr 2017, 10:40 WIB

Fimela.com, Jakarta Jatuh cinta sama sahabat atau memulai hubungan sebagai sahabat dengan harapan nanti akan jadi pacar, sama-sama berpeluang untuk berujung pada satu hal, yakni friendzone. Bahaya, sih. Terjebak friendzone akan membuat segala upayamu menjadi pacarnya jadi sia-sia, dan itu bisa jadi lebih bikin makan hati daripada ditolak cintanya.

Korban friendzone pasti paham segala risikonya. Nah, buat kamu yang belum jadi korban, atau sedang melangkah ke suatu hal yang menjerumus pada friendzone, mending kamu hindari sekuat tenaga!

Yang sudah terlanjur terjebak friendzone, sabar dulu. Usahamu untuk mendapatkan hatinya sebagai kekasih memang bisa dibilang hampir sia-sia, tapi kamu masih boleh memperjuangkannya kok. Kamu selalu punya peluang untuk memberontak, menyuarakan isi hatimu yang sebenarnya dan membuat dia tahu apa yang kamu inginkan. Meski pada kebanyakan kasus, si pelaku ini sebenarnya tahu bahwa kamu mau jadi pacarnya, tapi pura-pura nggak tahu, nggak pengin pacaran tapi nggak mau nolak, atau nggak mau kehilangan fans; makanya di-friendzone. Hehe.

Jangan biarkan friendzone merajalela, girls! Kalau kamu sedang terjebak atau hampir-hampir terjebak friendzone, ayo berontak! Sebelum semakin jauh dan menyulitkan kamu untuk keluar, lakukan hal-hal berikut ini:

Jangan Tinggal Diam, Ayo Berontak dari Friendzone yang Melanda!

1. Kasih kode! "Hahahaha, aku bahagia tiap hari deh kayaknya kalau kamu jadi pacar aku," eh ini sih bukan kode tapi nembak langsung, ya? Nggak apa-apa lah, girls. Ayo ucapin ke dia! Lihat reaksinya. Kalau dia menanggapinya dengan cengengesan, kamu bisa lanjut nebar kode-kode yang lain. Kalau kata-katanya malah mengelak dan sikapnya jadi canggung, itu bukan pertanda baik. Siap-siap untuk kemungkinan yang lebih buruk seperti ...ditolak.

2. Mentang-mentang teman dekat, jangan berasa jadi yang paling tahu. Sebab biar bagaimanapun hubungan kalian selama ini dengan apa yang kamu ingini, yakni sebagai kekasih, itu merupakan dua hal yang berbeda. Anggaplah itu sebagai hal baru, temukan cara baru untuk mendekatinya, jangan pasrah sama rutinitas pertemanan. Kalau kamu pasrah, pantas saja kamu di-friendzone. Dekati dia seperti kamu mendekati gebetan pada umumnya.

3. Ambil risiko. Ada harga yang harus dibayar untuk setiap hal. Kalau kamu menginginkannya jadi pacarmu dan memberontak dari kurungan friendzone itu, kamu juga harus siap kalau ternyata dia nggak membalas perasaanmu, lalu memilih mengakhirinya karena merasa nggak sejalan dengan apa yang kamu pikirkan dari pertemanan itu. Itu risiko, tapi percayalah semua layak diambil. Toh, kemungkinan bahwa dia membalas perasaanmu juga ada. Kalau kamu nggak pernah nyoba, kamu nggak akan tahu. Sekarang terserah kamu mau pasrah ngikutin arus seperti ikan mati atau manfaatkan kekuatan yang kamu punya untuk bergerak ke arah yang kamu mau.

Terjebak friendzone itu nggak enak, girls. Kalau dia nggak tahu perasaanku, dia nggak akan segan untuk membicarakan, menggebet, bahkan mengenalkan cewek lain sebagai pacarnya ke hadapanmu. Sebagai teman tentu kamu harus tampak bahagia menyambutnya, dan bukankah itu lebih sakit?