Eksklusif Jennifer Bachdim, dari Berbagi ke Penghargaan Bergengsi

Febriyani Frisca diperbarui 28 Apr 2017, 09:28 WIB

Fimela.com, Jakarta Siapa yang tak kenal dengan sosok perempuan seksi bernama Jennifer Bachdim? Namanya menjadi buah bibir masyarakat Indonesia ketika dirinya menikah dengan pesepak bola Irfan Bachdim pada 8 Juli 2011 silam.

Bagaimana tidak, kala itu, Irfan Bachdim yang tengah dielu-elukan oleh masyarakat Indonesia karena ketampanan dan prestasinya di dunia sepak bola memutuskan menikah muda dengan Jennifer Kurniawan, kakak dari Kim Kurniawan, di usia 23 tahun.

***

Singkat cerita, lama tak terdengar kabarnya, kini nama Jennifer Bachdim kembali muncul ke permukaan pemberitaan media. Aktif di media sosial, seperti Youtube, Twitter, dan Instagram, membuat banyak orang bisa mengetahui kabar ia beserta keluarga kecilnya lagi. Bahkan, saking aktifnya ibu dua anak ini di media sosial, namanya masuk dalam daftar nominasi di Influence Asia 2017, ajang penghargaan terbesar se-Asia Tenggara bagi insan penggiat media sosial.

Acara yang dilangsungkan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 8 April 2017 lalu tersebut membawa perempuan kelahiran 6 April 1987 Ini keluar sebagai pemenang dari kategori Parenting dan Breakout. Kemenangannya tentu menjadi kado spesial di ulang tahunnya yang ke-30. Rona kebahagiaan terpancar dari wajah ibu dua anak tersebut saat ditemui di lokasi acara oleh Bintang.com.

Mengenakan gaun hijau tua rancangan Monica Ivena, Jennifer tampak begitu anggun. Ia sendiri mengaku tak pernah membayangkan untuk mendapat penghargaan bergengsi tersebut. Terlebih menyabet dua kategori dalam satu waktu sekaligus.

“Ini luar biasa. Saya nggak pernah membayangkannya. Saya sangat berterima kasih pada followers saya, subscribers saya, keluarga saya. Saya sangat nggak bisa berkata apa-apa,” ungkap perempuan yang lahir di Stuggart, Jerman, ini dengan rona bahagia yang terpanjar di wajahnya.

Berhasilnya Jennifer Bachdim meraih dua trofi untuk dua kategori tersebut membuktikan bahwa kehadirannya di berbagai platform media sosial bukan hanya untuk sekadar eksis. Lebih dari itu, ia membuktikan bahwa apa yang ia lakukan di dunia maya mampu memberi pengaruh baik dan inspiratif bagi banyak orang. Berawal dari berbagi membawanya pada sebuah penghargaan bergengsi.

Dengan waktu yang singkat, di sela-sela acara Influence Asia 2017, model yang juga ibu dari Kiyomi Sue Bachdim (5) dan Kenji Zizou Bachdim (2) tersebut bersedia berbagi segelintir kisah keeksisannya di media sosial hingga mendapat penghargaan, serta pendapatnya tentang orangtua yang baik dari kacamata pribadi.

Diwawancara oleh Febriyani Frisca dan dipotret oleh Bambang Galih Sigit di KLCC (Kuala Lumpur Convention Center), Malaysia, berikut sederet petikan wawancara singkat dengan Jennifer Bachdim. Check this out!

2 dari 3 halaman

Visi dan Misi Jennifer Bachdim Saat Nge-vlog

Sempat naik daun karena menikah dengan pesepak bola Irfan Bachdim, kini Jennifer Bachdim dikenal sebagai parenting vlogger. (Via: Bintang.com/Galih W Satrio)

Berawal dari senang berbagi di media sosial berhasil menjadikan perempuan yang gemar berolahraga ini menjadi pemenang di dua kategori dalam ajang penghargaan bergengsi. Lantas, adakah visi dan misi yang ia bawa dalam setiap konten yang ia buat?

Apa persiapan kamu untuk hadir di acara Influence Asia 2017 ini?

Persiapan untuk acara ini, saya melakukan makeup dari jam 8 pagi. Saya bangun dari jam 5, sarapan jam 7. Pakai gaun karena gaun ini sangat besar, jadi saya harus mempersiapkannya. Namun, sebelumnya saya sudah mencari gaun yang sempurna. Jadi, itulah persiapan saya untuk acara ini.

Datang dengan  siapa?

Saya ke sini sama mama saya dari Jerman. Kiyomi dan Kenji nggak bisa datang, karena saya pikir acara ini bisa bikin mereka capek banget buat anak kecil. Acara besar yang bakal lama banget durasinya dan bikin mereka capek, belum lagi perjalannya.

Apa kesibukan kamu selain nge-vlog?

Sejak pindah ke Bali, kami masih menyesuaikan dari Jepang ke Bali soal cuaca dan yang lainnya seperti mengatur sekolah anak-anak. Begitu juga dengan Youtube Channel, Instagram, dan vlog.

Omong-omong, kapan pertama kali kamu aktif di media sosial?

Aktif di media sosial? Wow! Saya kira saya sudah memulainya beberapa tahun lalu, dan pertama kali saya memulainya dari Twitter (sekitar Juli 2009).

Kenapa sih seorang Jennifer Bachdim memiliki ketertarikan di media sosial?

Saya sangat suka berbagi apa yang saya lakukan. Selain itu, saya juga bisa berkomunikasi dengan baik dengan fans, subscriber, jadi saya sangat menyukainya.

Pernah menyangka untuk menjadi seorang influencer seperti sekarang?

Nggak. Saya nggak pernah menyangka untuk menjadi influencer.

Bagaimana pendapat seorang Jennifer Bachdim tentang media sosial saat ini?

Saya pikir, media sosial bisa jadi sesuatu yang bagus banget kalau kamu mencoba untuk menampilkan sesuatu yang baik. Untuk atmosfer yang baik, saya pikir media sosial sempurna.

Ada yang menarik dari konten kamu di Youtube. Pertama kali, kamu posting tentang fashion seperti OOTD, lalu berubah jadi kecantikan, dan kini bertema parenting. Itu kenapa? Bisa jelaskan?

Saya memulainya dari fashion blog. Saya memulainya dari sana. Dan fashion masih jadi sesuatu yang penting buat saya. Jadi segalanya dimulai dengan fashion, seperti outfit. Lalu, orang-orang ingin tahu dengan apa yang saya lakukan sebagai ibu dua anak. Bagaimana saya mengatur waktu, bagaimana untuk tetap fashionable, makeup on, namun tetap mengasuh dua anak. Jadi, saya pikir itu bagus untuk berbagi dengan followers saya karena mereka tertarik.

Sebagai influencer, apakah kamu punya misi dan visi khusus di setiap konten yang kamu buat?

Saya selalu menebar positive vibes. Saya ingin membantu orang-orang yang banyak bertanya pada saya, bagaimana saya olahraga, bagaimana saya mengasuh dua anak sendirian, karena orang Indonesia banyak yang menggunakan pengasuh dan saya nggak menggunakan bantuan mereka. Jadi saya ingin mencoba untuk mengedukasi tentunya dan menyebarkan atmosfer baik dan jadi role model.

Penghargaan ini kamu persembahkan untuk siapa?

Pertama, saya mendedikasikan penghargaan ini untuk fans saya, keluarga saya, dan saya berharap saya bisa menginspirasi banyak orang untuk menjadi orangtua yang baik, menjadi role model bagi anak-anaknya. Karena, ini sangat penting, karena jika orangtua berperilaku nggak bagus, maka anak juga bisa berperilaku yang sama. Jadi, saya pikir untuk ibu dan ayah menjadi role model bagi anak-anaknya.

Apa yang telah media sosial berikan pada seorang Jennifer Bachdim?

Media sosial telah memberikan saya banyak gairah, positive vibes. Saya pikir media sosial itu mengagumkan untuk berbagi hidup, masalah, dan hal-hal baik dengan followers. Mereka seperti keluarga bagi saya.

Apakah jadi vlogger adalah passion kamu?

Ya, tentu. Saya nggak pernah berpikir pekerjaan lain yang lebih baik yang bisa saya lakukan.

3 dari 3 halaman

Antara Jepang dan Bali

Sempat naik daun karena menikah dengan pesepak bola Irfan Bachdim, kini Jennifer Bachdim dikenal sebagai parenting vlogger. (Via: Bintang.com/Galih W Satrio)

Perpindahan tempat tinggal dari Jepang ke Bali tentu menjadi suatu hal menyenangkan dalam hidup Jennifer Bachdim dan keluarganya. Namun, di samping itu, pasti ada adaptasi yang harus mereka lakukan saat pindah ke Pulau Dewata, apalagi soal nge-vlog. Lantas, enakan di Jepang atau Bali ya buat nge-vlog?

Apakah kamu punya tema khusus dan jadwal khusus untuk membuat vlog?

Saya punya kesibukan dengan anak-anak saya. Jadi, pertama saya harus mengurus mereka terlebih dahulu. Ketika mereka sudah berada di sekolah, saya berolahraga, saya mengedit vlog, cek Instagram, dan semacamnya. Seperti Youtube, saya biasanya posting setiap malam. Sedangkan Sabtu Minggu, Instagram saya berisi apa yang saya rasakan.

Apa konten paling berkesan yang paling berkesan?

Buat followers saya, saat ini yang berkesan adalah olahraga bersama mama, bagaimana menjadi sehat, dan hal-hal baik.

Omong-omong soal parenting, bagaimana orangtua yang baik menurut Jennifer Bachdim?

Menurut saya, setiap ayah dan ibu pasti ingin menjadi orangtua yang baik. Saya kira, setiap ayah dan ibu juga berusaha untuk menjadi demikian. Orangtua mencintai anak-anaknya tanpa syarat seperti yang saya lakukan. Orangtua yang baik harus calm, harus mendengarkan anak-anaknya, tentunya selalu menyelesaikan masalah, dewasa, dan bisa jadi role model bagi anak-anaknya.

Bagaimana pendapat keluarga tentang vlog yang kamu buat?

Orangtua saya sangat suka dengan vlog yang saya buat, karena mereka nggak tinggal dengan saya. Mereka tinggal jauh di Jerman selalu menonton vlog saya dan mereka melihat apa yang kami lakukan. Dan itu bagus.

Punya pengalaman buruk dengan followers?

Saya merasa terberkati. Saya pikir, saya hanya memiliki komentar dan feedback yang baik, followers yang menakjubkan. Saya nggak pernah melihat komentar buruk atau pengaruh buruk dari followers yang buruk dari followers, jadi saya merasa terberkati dengan para followers saya.

Apa perbedaan mencolok untuk membuat vlog di Bali dan Jepang?

Ini berbeda. Saya pikir hidup kami berubah. Di Jepang sangat dingin, musim dinginnya sangat panjang. Kamu nggak bisa beraktivitas banyak di luar. Di Bali, kamu bisa beraktivitas banyak di luar. Bermain dengan anak-anak, berenang, melakukan apa yang mereka suka, pergi ke pantai. Lumayan memberi pengaruh positif dan good vibes. Seperti pengalaman kami tiga bulan pindah ke Bali, dan kami suka. Kami sangat senang bisa kembali ke Indonesia.

Bali lebih baik?

Saya kira ya, karena menurut saya Jepang juga cantik. Nggak ada yang salah dengan Jepang. Saya juga memiliki darah Indonesia. Tentunya saya sangat senang bisa kembali ke Indonesia dan Bali adalah tempat yang sempurna.

Adakah vlogger parenting favorit yang menginspirasimu?

Saya sangat suka dengan Judy (parenting vlogger dari Seattle, Amerika Serikat). Anaknya yang cewek mirip banget kayak Kiyomi. Menggemaskan banget. Dan menurut saya Judy itu mengagumkan.

Sejauh mana konten yang kamu buat memberi pengaruh pada followers kamu?

Saya mendapatkan feedback setiap hari, orang-orang bilang ke saya kalau mereka terinspirasi dengan konten yang saya buat. Dan tentunya saya terus mencoba untuk melakukan lebih baik lagi, membuat konten yang baik untuk mereka untuk menunjukkan bagiamana menjalani hidup, bagaimana menjadi positif. Saya pikir, saya bisa mempengaruhi orang-orang.

Oiya, ada tim khusus nggak sih untuk membuat konten?

Nggak. Nggak ada bantuan. Saya melakukannya semua sendiri.

Harapan buat ke depan?

Saya berharap keluarga kami bahagia. Semua orang akan bahagia, positif, punya kehidupan yang baik.

Apakah kamu yakin bisa jadi top parenting di masa mendatang?

Saya harap begitu. Saya akan memberikan yang terbaik.