Fimela.com, Jakarta Halo kamu. Iya, kamu adalah teman kecil yang menjadi cinta pertamaku. Sekarang kita kembali bertemu dalam keadaan tak terduga dan tanpa ada rencana. Aku bersyukur kamu masih mengingatku.
Ingatkah kamu, bertahun lalu kamu dan aku bermain ayunan di taman komplek belakang? Dahulu kita tertawa bersama dan masalah terbesar yang ada hanya PR matematika. Oh, dan ketakutan terbesar adalah ketika ibumu memanggil kita sembari mengangkat sapu karena keasyikan bermain sampai lupa mandi.
Ya, kamu adalah cinta pertamaku. Bahkan bagiku, kamu tetap terlihat begitu menggemaskan meski dengan gigi ompong dua saat tertawa. Kamu pun menertawakan rambut pendekku yang seperti mangkok.
Sayang, kebersamaan kita tak terlalu lama. Usai aku dan kamu tak lagi tinggal di daerah yang sama, kita pun tak pernah bertukar kabar dan sapa. Aku menghilang begitu saja tanpa mengucap 'Daah!'.
Tak aku sangka kamu hadir dengan wujud yang seratus delapan puluh derajat berbeda. Melihatku, kamu pun ternganga karena kini aku sudah menjadi wanita. Tentu saja tanpa rambut mangkok yang dahulu membuatmu tertawa.
Aku juga masih tak menyangka bahwa perasaan cinta itu masih ada. Mungkin dahulu bukan cinta, hanya rasa kagum yang ada karena kamu berbeda dari yang lainnya. Ketika anak lelaki lain mengganggu dan mengejekku, kamu yang selalu ada dan menghapus air mata.
Halo teman kecilku. Semoga perpisahan tidak akan menjadi akhir dari hubungan kita kali ini. Karena sekarang kita sudah dewasa dan dikelilingi teknologi yang maju luar biasa, aku berharap kita masih bisa bertegur sapa.