Fimela.com, Jakarta Rasanya nggak pingin berhenti makan kalau sudah mencicip masakan mama. Bukannya kemaruk atau kelaperan, tapi percaya nggak percaya, masakan mama selalu bikin nyandu! Entah itu cuma masakan sederhana yang nggak kayak direstoran, tapi tetap, masakan mama selalu juara deh. Apa mungkin tangan mama selalu membawa keajaiban?
Ya, walaupun hanya memasak tempe goreng dengan sambal terasi saja, hmm... jangan lupa sayur asemnya ya, nafsu makan bisa meningkat berkali-kali lipat. Rasanya tangan ingin mencocol terus tempe ke dalam mangkuk sambal terasi sebelum habis. Duh, kebayang nggak sih siang-siang gini pada laper?
Saya pribadi termasuk yang selalu menggemari masakan mama. Tidak begitu suka jajan di luar, (bukan berarti nggak punya uang ya, haha) tapi selain bersih dan aman, masakan mama memang nggak ada duanya. Saya saja setiap ke kantor selalu bawa bekal masakan mama. Kamu semua bagaimana?
Mungkin sudah sejak dalam kandungan, saya menjadi fans nomor satunya mama, setelah lahir ke dunia dan tahu makanan lain selain ASI, saya bersyukur memiliki mama dengan tangan ajaibnya yang membuat masakan selalu enak. Beda kali ya, mama kalau masak selalu pakai hati, bumbu-bumbu cinta agar anak beserta suaminya dibuat ketagihan dengan masakannya.
Ketik saya berumur 13 tahun, saya sudah tertarik untuk belajar masak. Setiap kali mama masak, saya selau meperhatikan detail bumbu dan bagaimana cara mama memasak, berfikir ingin seperti mama yang kalau masak selalu enak, dan ingin jadi penerusnya memiliki tangan ajaib itu. Mulai dari situ, saya memperlajari nama-nama bumbu dulu sebagai pemula.
Bisa masak karena mama
Setelah semua nama bumbu sudah saya hafalkan, masakan pertama yang saya buat yaitu nasi goreng. Baru sekali masak rasanya lumayan lah, walaupun kebanyakan minyak. Tapi, kata mama saya berhasil membuat mama bangga kala itu anak perempuannya yang berusia 13 tahun sudah bisa masak nasi goreng, walaupun kalau dimakan terlalu banyak bisa kolesterol karena kebanyakan minyak. Ya, namanya baru sekali coba hehehehe.
Lama kelamaan, karena sering mencoba hal baru, akhirnya saya mencoba menu yang lebih susah, masak opor ayam. Salah satu makanan kesukaan saya tuh. Alhamdulillah rasanya mirip dengan buatan mama. Emang ya, buah itu nggak jauh dari pohonnya. Nggak sia-sia selama ini melihat mama masak, belajar menghafal nama bumbu, masak nasi goreng yang kebanyakan minyak. Nah, ketika masak berikutnya sudah lumayan baik.
Sampai pada saat ini, usia saya jalan 25 tahun (sudah tua ya), bukannya bermaksud sombong atau riya, saya bisa memasak dengan berbagai macam menu. Malah sekarang pun mama yang gantian minta dimasakin. Bangga banget sih akhirnya, ilmu yang saya dapatkan dari mama, menjadi hal baik untuk diri saya dan orang lain yang sudah mencicipi masakan saya, alhamdulillah juga mereka pada nggak sakit perut, hahahaha!
Sekali lagi, saya begitu bersyukur memiliki mama yang hebat dan jago masak. Selain dapur selalu ngebul dengan masakannya yang super duper juara, semua perut anak-anaknya selalu kenyang dengan masakannya, dan yang lebih bikin beruntung, saya jadi bisa masak. Duh, sudah pantas jadi istri kayaknya ya, ups! Bukan hanya menurun pada saya, adik saya pun kini juga bisa masak, dengan Ia masuk sekolah penjuruan tata boga, semakin mantap saja masakannya.
Masakan mama yang super enak kini menginspirasi anak-anaknya untuk jadi anak cewek sebenarnya, yang bisa masak, mengenal bumbu-bumbu, dan sedikit banyak bisa menciptakan menu baru. Kan, saya sudah bisa masak nih, kira-kira kapan ya saya bisa masakin makanan untuk suami dan anak-anak saya kelak? Eits, tsurhaaaaat, mbak?!
Ega Maharni,
Editor kanal style Bintang.com