Fimela.com, Jakarta Menggantungkan hidup dari musik tidaklah semudah kedengarannya. Dibutuhkan karakter dan konsistensi tingkat tinggi untuk menjalani hobi yang akhirnya menjadi karier. Hal ini dirasakan oleh musisi berbakat, Nadya Fatira.
Nadya bukanlah orang baru di industri musik. Sepak terjangnya pun merangkap. Dari penyanyi, komposer, penulis lagu hingga penata musik untuk scoring film telah dilakoninya.
Intuisi bermusik Nadya Fatira telah dipercaya oleh sejumlah label musik besar di Indonesia. Lagu ciptaan songwriter kelahiran Ujung Pandang ini telah dinyanyikan oleh Fatin Shidqia hingga Maudy Ayunda.
Dunia belakang layar yang telah ia jalani bertahun-tahun juga dibarengi dengan karya album yang ia nyanyikan sendiri, My Story (2010). Ia mengaku nyaman dengan yang dijalaninya sekarang, baik saat bekerja di balik layar atau sebagai performer yang dapat sorotan.
"Sebenarnya nggak membatasi dua-duanya, mau di balik layar atau di depan layar. Dua-duanya gue sama-sama enjoy, nggak bisa milih salah satu sih," ungkap Nadya Fatira kepada Bintang.com belum lama ini.
Di tahun 2017 Nadya Fatira ingin melakukan comeback dengan rencana album barunya. Sebuah single bertajuk Penyendiri telah dirilis sebagai amunisi awalnya sebagai penyanyi solo dengan musikalitas yang bisa dipertanggungjawabkan.
Dari serunya menggarap scoring film hingga jadi pencipta lagu hits untuk sederet penyanyi terkenal, Nadya Fatira enjoy menjalani profesinya sebagai singer songwriter. Cerita seniman yang menggantungkan hidupnya di musik ini dapat kamu simak dalam kutipan wawancara eksklusif Bintang.com berikut ini.
Nadya Fatira si Penyendiri
Penyendiri merupakan single terbaru dari Nadya Fatira sebagai solois. Lagu catchy bertempo sedang ini dirasa pas untuk jadi single andalan menjelang album keduanya.
Lagu ini ditulis sendiri oleh Nadya, yang mengisahkan tentang seorang gadis yang tak suka keramaian. Basically, ini merupakan curahan hatinya yang memang seorang penyendiri.
Single Penyendiri ini terinspirasi dari kisah nyata?
Lagu ini aku tulis sendiri dan sebenarnya udah dibikin sejak 2013. Emang bener-bener lagi sendirian di kamar dan sebenernya liriknya personal sih tentang diri sendiri. Di mana gue emang nggak suka jalan dengan big group gitu. Emang kalau nggak sendiri ya berdua, atau bertiga lah.
Se-penyendiri apa seorang Nadya Fatira?
Bisa sih, gue juga kadang keluar sama temen-temen, ngumpul. Cuman nggak sesering orang-orang yang setiap weekend pada kemana. Ya bisa 1000 tahun cahaya sekali sih. Hahaha.
Kenapa lagu ini dipilih jadi single andalan di album kedua?
Waktu itu gue hearing dengan tim dan produser. Kita sih sepakatnya lagu ini. Mungkin karena easy listening, liriknya repetitif. Kalau ngeluarin yang ballad takutnya orang mengenal gue sebagai penyanyi ballad, kalau upbeat kayanya jangan dulu. Mending yang mid-tempo, santai, gitaran.
Rencana album baru bagaimana?
Sementara ini single dulu, kalau berjodoh semoga keluar album. Materinya sih udah kelar semua, tinggal dipoles dikit di sana-sini.
Seberapa beda dari album pertama?
Album pertama 2010, tapi sebenarnya itu materi dari 2008 yang telat dikeluarin. Jadinya masih pop rock banget, dan dalam dua tahun musisi kan berkembang ya. Dulu sering manggung pake gitar electric. Begitu 2010 gue jadi lebih dewasa, lebih kalem, akustikan, santai. Album yang ini ya kaya gitu, yang mendominasi gitar akustik, cuma lebih eksplorasi. Kayak di penyendiri, ada interlude jazz. Trus ada juga lagu yang dominan rap atau RnB. Benang merahnya masih pop, tapi orang akan dapat sentuhan genre lain di situ.
Musik-musik seperti apa yang membentuk musikalitas kamu yang sekarang?
Banyak sih, yang pasti almarhum Chrisye, Dian Pramana Poetra aku suka banget. Terus Norah Jones, The Beatles dan Frank Sinatra. Dari kecil tuh papa racun banget, sering puter Frank Sinatra.
Kehidupan sebagai Komposer dan 'Musisi' Sebagai Karier
Kembali ke menggantungkan diri dari musik, Nadya Fatira termasuk yang mencoba melakukannya hingga saat ini. Tak hanya puas di satu medium, ia juga mengeksplor kemampuan di bidang yang lebih luas. Selain untuk menggali ilmu, juga untuk meraih kepuasan sebagai seniman.
Jadi Nadya Fatira memang aktif di balik layar?
Ada yang gue terlibat sebagai pengisi soundtracknya aja, kayak di Perahu Kertas itu lagunya yang nulis Mbak Dewi Lestari, gue sebagai performer. Di lagu Radio Galau, Kata Hati gue yang nulis soundtracknya dan gue yang perform. Kalau Hijabers in Love dan Miracle gue terlibat jadi penata musiknya di situ, bikin scoring. Bener-bener terlibat dari awal, baca-baca script sampai ngikutin shooting.
Seseru apa pengalaman mengerjakan scoring film ketimbang membuat soundtrack?
Beda sih. Kalau aktor kan pengennya jadi director sampai punya PH sendiri. Kalau sebagai musisi gue pengennya jadi producer, film composer karena menurut gue itu prestis sebagai musisi aja sih. Kepuasannya beda daripada jadi performer. Kadang orang suka nanya, 'lo enjoy di balik layar?' gue jawab 'ya enjoy sih, enjoy banget malah'.
Tentang profesi sebagai songwriter?
Biasanya kerjasama dengan label, nyiptain lagu buat penyany lain, mostly penyanyi cewek, tapi kemarin ada juga satu cowok. Pernah ngerjain buat Maudy Ayunda, Fatin, Yuki Kato, Ghaitsa Kenang, Clarissa Dewi. Ada sih beberapa label, tapi ada yang paling sering pesen karena artisnya banyak hehe.
Tantangan terberat sebagai songwriter?
Deadline sih, karena kadang ada yang minta agak cepet ya. Kadang kalo stuck travelling sih palingan, kalo waktunya mepet ya yang deket-deket aja. Biasanya nulis lagu di kamar, tapi kalo masih stuck ya di outdoor.
Kadang kalau label minta dibikinin lagu untuk artisnya, trus dikasih referensi kayak John Mayer misalnya. Gue bukan dengerin lagu-lagu John Mayer, tapi apa yang dia dengerin. Dengan begitu akan lebih dapet sih
Berada di dua dunia, lebih pilih di depan atau di belakang layar?
Sebenarnya nggak membatasi dua-duanya, mau di balik layar atau di depan layar. Dua-duanya gue sama-sama enjoy, nggak bisa milih salah satu sih.
Fokus sebagai solois seperti apa?
Ini kaya dorongan dari temen-temen sih, untuk merilis single yang proper. Kemarin-kemarin kan rilis lagu yang sekedarnya, agak kurang serius, ngasih tau teman-teman terus dipost di Soundcloud segala macem. Nah sekarang udah mulai diseriusin di depan layar. Semoga berkesinambungan dengan yang di balik layar, karena gue cinta dua-duanya sih, nggak bisa memilih.
Ternyata bisa menggantungkan hidup dari musik?
Ya, kalau gue sih tolak ukur kesuksesan nggak tau ya. Secara finansial mungkin biasa aja. Asal nggak minta uang jajan sama bokap nyokap aja lah, dari kuliah dulu udah nggak sih. Jadi dulu di Bandung sempat ngeband juga dan bisa buat biayain kuliah karena satu semester dulu cuman Rp 300 ribu.