Fimela.com, Jakarta Pertengkaran adalah sesuatu yang biasa terjadi dalam hubungan. Secinta apapun pasangan itu terhadap satu sama lain, pasti ada kalanya mereka menghadapi kesalahpahaman. Nah, antara pasangan yang 'adem ayem' dengan pasangan yang 'gaduh' itu, perbedaannya bukan yang satu sering berantem dan yang satu nggak pernah berantem, tapi, yang satu bisa mengatasi perselisihannya dengan lebih damai dibanding yang satunya.
Butuh waktu untuk menemukan cara yang tepat dalam menghadapi perselisihan dengan pasangan. Yang penting kuncinya, selama proses itu kedua belah pihak harus mau saling mendengar. Karena hanya dengan mendengar lah kamu bisa tahu apa yang diinginkan oleh pasanganmu. Kalau kamu sudah tahu apa yang dimau pasanganmu, dan dia juga sudah tahu apa maumu, akan lebih mudah untuk berdiskusi dan berkompromi, sama-sama mencari jalan tengah apa yang bisa kalian tempuh agar perselisihan tersebut terselesaikan dengan adil.
Pengertian terhadap pasangan adalah salah satu hal yang dibutuhkan dalam proses pembangunan sebuah hubungan yang stabil. Seiring berjalannya waktu, apa yang kalian pernah perdebatkan dan kalian pelajari, akan membuat kalian terhindar dari permasalahan yang itu-itu saja, dan saat kalian sudah bebas dari 'permasalahan sepele itu', fix kalian keren, sih!
Masalah Sepele yang Sering Mengganggu Hubungan, Kamu Sudah Berhasil Melaluinya?
Saat salah satu lupa mengabari tentang aktivitasnya dan membuat yang lain mencari-cari, sudah nggak jadi masalah. Dulunya ini mungkin masalah besar. Yang satu marah karena merasa si dia kurang bertanggung jawab karena membiarkan yang lain mencari-cari atau menunggu lama, padahal apa susahnya sekadar bilang dulu? Toh, setelah itu juga nggak akan diganggu sampai selesai. Yang satu lagi, merasa sikap tersebut adalah wujud posesif sehingga memunculkan kecenderungan memberontak. Akibatnya, kamu dan dia bertengkar. Tapi kamu dan dia melakukan apa yang harusnya dilakukan; saling mendengar dan memberi pengertian. Sehingga lama kelamaan kamu dan dia sama-sama paham apa yang harus dilakukan. Membiarkan kebebasan itu ada, tapi juga membiasakan komunikasi. Akhirnya 'saling memberi kabar' jadi kebiasaan yang nggak perlu lagi diminta-minta.
Sedikit sekali menyempatkan untuk quality time berdua karena asyik sama teman? Nggak lagi, dong. Ini mungkin terjadi di masa-masa awal hubungan, saat kamu dan dia masih sama-sama 'meraba' seperti apa lingkungannya. Asal kamu dan dia sama-sama memberi kesempatan agar satu sama lain dapat masuk ke kehidupan kalian, seiring berjalannya waktu, kamu dan dia bisa melebur dengan teman-temannya sehingga nggak perlu lagi ada iri-irian antara pacar dan teman, karena kamu, pacarmu, dan teman-temannya bisa main bareng. Begitu pula sebaliknya.
Kebiasaan defensif. Malas mendengar dan memahami satu sama lain lebih jauh itu bisa jadi racun dalam hubunganmu! Perselisihan apapun nggak akan selesai kalau kamu dan dia nggak mau mendengar. Bahkan, sikap defensif membuat kalian rentan akan kesalahpahaman lainnya. Ujung-ujungnya ini cuma akan menyakiti satu sama lain. Tapi bagi pasangan yang mau belajar dari kesalahan sih, masalah ini akan teratasi dengan mudah. Ya, kan?
Kalau Sudah Berhasil Melewati Ini, Kalian Pasti Makin Mesra!
Seringkali merasa ada satu pihak yang lebih sering menunjukkan inisiatif dibandingkan lainnya. Awal-awal hubungan ini biasa terjadi. Ketika semua masih dipandang dan dipertimbangkan berdasarkan 'perasaan' tanpa melibatkan logika dan realita. Nggak berinisiatif dipikir nggak cinta, banyak berinisiatif membuat banyak mengharap imbalan. Padahal kalau cinta, yang dipikirkan adalah tentang bagaimana membuat pasangannya bahagia, dan bagaimana dia terhadapmu adalah urusannya. Ya, ini memang hanya akan dimengerti jika kamu sudah melewatkan banyak hal bersama-sama, menghadapi susah dan senang bersama, menjalani masa sulit dan masa-masa bahagia bersama. Kalau kamu sudah bisa memahami hal ini, nggak akan jadi masalah lagi siapa yang berinisiatif dan siapa yang pasif, selama kalian bisa menjalaninya bersama.
Saat yang satu masih belum tahu batasan sikap terhadap lawan jenis. Khusus yang satu ini, tahapannya naik turun. Dari awal kamu biasa saja karena lagi percaya-percayanya sama pacarmu, sampai mungkin kecewa karena dia nggak sejujur yang kamu kira saat berhadapan dengan kawan lawan jenisnya, dan menjadi masalah besar, lalu kembali mencari titik nyaman di tengah ketidaknyamanan itu, di situlah kamu perlahan akan mendapatkan kestabilan hubungan. Saat sudah sama-sama melakukan kesalahan dan sama-sama belajar dari sana, lalu bersama-sama juga memperbaiki keduanya. Uh, kalau sudah berhasil melewati yang satu ini, kalian pasti makin mesra!
Memang semua hal ini nggak bisa kamu terapkan begitu saja tanpa ada pelajaran dari 'contoh kasus'. Harus hadapi dulu, harus tahu mana yang salah dulu, baru bisa tahu bagaimana yang benar. Sulit, tapi cinta yang ada antara kamu dan pasangan akan membuat kalian kuat. Butuh kekompakkan, pengorbanan, dan juga kegigihan untuk bertahan menghadapi setiap situasi. So, kalau kalian sudah bisa mengingat kelima hal di atas sambil tersenyum dan bergumam, "kita dulu begitu, ya.." dalam keadaan sekarang hal-hal itu bukan lagi masalah besar, fix kalian adalah pasangan yang keren!