Fimela.com, Jakarta Nani Wijaya dan Ajip Rosidi bersatu dalam ikatan perkawinan di usia senja. Ya, aku juga berharap bisa hidup dan menua berdua dengan dirimu suatu saat nanti. Meski saat ini, banyak yang memandang rendah hubungan kita.
Umur kita memang berbeda jauh. Ketika di sini banyak yang menyindir bahwa cewek nggak sepantasnya berpacaran dengan cowok yang lebih muda, namun aku tak peduli. Bukankah umur memang hanya sekadar angka?
Klasik memang, tapi umur tak mendefinisikan kedewasaan. Toh, banyak yang berumur lebih tua namun belum matang sejak dalam pikiran. Ya, seperti Nani Wijaya dan Ajip Rosidi, aku mencintaimu tanpa mengenal usia.
Tak peduli angka yang tubuhmu miliki, aku menyukai cara berpikir dan tindak lakumu. Tak pernah berpura-pura dan selalu berusaha untuk jadi diri sendiri. Bukankah hal itu yang terpenting? Ketika kamu nyaman dengan dirimu, aku pun merasa nyaman berada di dekatmu.
Seperti kata Soe Hok Gie yang ia tuliskan dalam puisi Cahaya Bulan, "Kita memang berbeda dalam semua. Kecuali dalam cinta", begitulah kondisi yang tengah kita lalui saat ini. Meski perbedaan banyak menghadang, kita sama-sama mencinta.
Lagi, seperti lagu berjudul Buku Ini Aku Pinjam milik Iwan Fals "Biar mereka bicara, telinga kita terkunci". Tetaplah melangkah bersama di sampingku dan jangan berhenti. Karena cinta ini memang milik kita.
Seperti pula sajak yang rutin kamu kirimkan setiap malam, aku ingin hubungan yang konstan. Jangan biarkan cibiran memalingkan wajahmu dari jalan masa depan. Lagi, bukannya yang terpenting adalah kebahagiaan kita.
Ya, biarkan kita menemukan bahagia seperti Nani Wijaya dan Ajip Rosidi. Bedanya, aku ingin menua bersama. Melakukan segala hal berdua, hingga tua, dan ketika kaki kita sudah tak bisa melakukan apa-apa, kamu dan aku akan tetap saling bicara.