Fimela.com, Jakarta Begitu banyak perbedaan yang ada di antara kita. Namun entah alasannya, cinta ini semakin terasa. Bagaimana mungkin kita tak ditakdirkan untuk bersama jika rasa yang aku miliki semakin besar adanya?
Memang bukanlah sebuah hal yang mudah untuk kita agar bisa bersama. Perbedaan pandang, keluarga, dan banyak hal lagi yang membuat sulitnya kita untuk saling menerima. Namun, apakah memang kita tak berhak untuk bersatu dalam ikatan cinta?
Mungkin ini egoisku untuk menginginkanmu. Mungkin ini hanya egoisku yang mengatakan bahwa kita memang seharusnya bersatu. Namun tak bisakah aku miliki dirimu hanya untuk beberapa waktu lagi? Biarlah cintaku melebur dengan cintamu meski untuk beberapa waktu.
Katakanlah ini hanya mauku. Namun, bukannya kamu mengatakan kalau rela memperjuangkan kita? Atau, itu hanya sementara karena memang aku dan kamu takkan bisa melawan dunia?
Aku memang tak bisa meraih restu ibumu. Begitu pula dengan ibuku yang tak merelakan aku dalam pelukmu. Namun, akankah kita hanya saling menerima? Tanpa ada usaha untuk mempejuangkan rasa bahagia? Tak mengertikah kamu bahwa bahagiaku adalah hadirmu?
Sekali lagi maaf, mungkin ini hanya egoisku. Hanya egoisku yang menginginkan kita tetap menjadi kita. Hatiku masih hancur ketika menyadari saat ini kamu dan aku menapakki takdir masing-masing. Tanpa saling menatap dan hanya bisa berpaling.
Tak bisakah kita kembali? Mengulang kembali pertemuan dan menjalani kembali janji yang sudah direncanakan masak-masak. Untuk meraih bahagia bersama dan menyusuri setiap gang di seluruh dunia? Atau kamu sudah lupa mimpi kita untuk melakukan perjalanan panjang dan melawan siapa saja yang menolak untuk sependapat?
Jika memang kita memang sudah berbeda pandang. Ketika bahagiaku masih kamu dan bahagiamu adalah hidup tanpa perjuangan. Tapi, kenapa masih saja aku menyimpan cinta? Rasa yang selalu ada dan berlipat ganda setiap harinya.