5 Pengalaman Ini Biasanya Bikin Cewek Ogah Traveling Lagi

Asnida Riani diperbarui 12 Apr 2017, 18:28 WIB

Fimela.com, Jakarta Meski identik dengan senang-senang, tak semua cewek berkeingian traveling (lagi). Kok bisa? Merupakan ketuk palu di garis mustahil bagi sebagian orang, namun mereka yang berkeputusan demikian tentu memiliki sejumlah alasan tersendiri.

Berangkat dari fakta tersebut, ragam perihal tak mengenakkan selama traveling hampir pasti jadi jawaban dari mengapa yang timbul. Ya, kamu pun mungkin tahu, bila perjalanan tak hanya dirajut dari berbagai pengalaman menyenangkan saja. Dalam beberapa kesempatan, nasib baik bisa saja tak ikut serta dalam tiap langkah yang dititi.

Ketidaksudian ini sekiranya bisa diklasifikasi menjadi dua kelompok, yakni mereka yang sama sekali tak ingin pergi atau hanya ogah menyambangi satu-dua destinasi tertentu. Jadi, apa sih sebenarnya alasan yang melatarbelakangi keputusan tersebut? Berikut sederet pengalaman yang biasanya bikin cewek ogah jalan-jalan lagi, menurut Bintang.com.

Pernah jadi korban kejahatan. Traumatis pasti singgah bersama kejadian buruk ini. Wajar bila akhirnya ia enggan untuk kembali angkat ransel dan menjelajah. Jangankan traveling, gagasan untuk keluar rumah mungkin sudah sebegitu menakutkan untuk sekedar dipikirkan.

Kalaupun akan memutuskan untuk kembali traveling, maka ia telah berhasil melewati berbagai fase yang buruknya mungkin tak bisa dibayangkan. Butuh lebih dari sekedar keberanian untuk menanggalkan curiga dan ketakutan yang begitu mencekik.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Sulitnya Berkompromi dengan Culture Shock

Culture shockMeski telah menyiapkan diri akan berbagai kemungkinan, traveling kadang punya cara sendiri untuk memberi kejutan. Sialnya, pengalaman tak terduga itu terkadang hadir bersama ketidakberuntungan. Alhasil, culture shock pun menyerang.

Entah hanya dari cara berjalan, makan atau kebiasaan meludah, bila situasi berulang ini tak bisa diterima, rasa enggan untuk kembali traveling, entah sama sekali maupun hanya ke kawasan itu, sudah hampir pasti muncul. Perbedaan penerimaan membuat perjalanan sering kali dimaknai berbeda.

Bencana alam. Meski tak mengalami langsung, misalnya hanya hanya mendengar kabar dari kantor berita, tak sedikit orang yang urung traveling karena bencana alam. Lihat saja betapa Aceh mati-matian menumbuhkan kembali pariwisatanya!

Selain bencana alam, wilayah yang jadi langganan kecelakaan pun sekiranya akan membuat turis berpikir lagi dan lagi bila ingin singgah. Mungkin tak sama sekali meninggalkan traveling, namun lebih menandai mana yang aman dan tidak untuk didatangi.

3 dari 3 halaman

Kotanya....

Wabah penyakit. Terutama di negara-negara berkembang, meski tak menutup kemungkinan negara maju juga mengalami masalah serupa, wabah penyakit bisa membuat orang enggan traveling atau setidaknya datang kembali dalam periode dekat.

Beberapa mungkin semata menunggu wabah mereda untuk nantinya hilang sama sekali, sementara sisanya malah tak pernah keluar dari zona nyaman lagi. Ia hanya ingin beraktivitas di tempat yang sudah begitu dikenal seluk-beluknya.

Kotanya. Ya, ia yang pernah mengisi hari-harimu, namun kini menghilang seakan menguap ke udara. Terbawa hingga lapisan terluar Bumi dan berdiam di sana. Pergi kembali ke kotanya tentu tak mudah dilakukan.

Sangat mungkin kamu tetap travelingtapi tidak ke kota yang satu itu, di mana tawa pernah menyembul dengan begitu riang, di mana tangis sempat berupa nada paling sendu. Namun, semua hanya masalah waktu sampai akhirnya kamu kembali utuh dan siap menjelajah kembali jalan-jalan yang sudah begitu dikenal.