Fimela.com, Jakarta Film Night Bus ternyata diangkat berdasarkan pengalaman nyata dari aktor sekaligus produser, Teuku Rifnu Wikana. Sekitar tahun 1999 silam. Ia bermukim di daerah konflik bernama Sampar dan mengalami teror di dalam bus selama 12 jam yakni dari pukul 17.00 hingga 05.00.
Kisah itu ditulis dalam sebuah cerpen berjusul Selamat. "Dari cerpen itu kemudian diadaptasi menjadi skenario film. Nggak nyangka juga sih ceritanya sampai jadi film," ujar Rifnu saat bertandang ke Bintang.com, Rabu (29/3/2017).
Ketika itu, Rifnu ikut menumpang sebuah bus yang akan menuju Sampar. Tanpa diketahui Rifnu dan penumpang lainnya, ternyata ada penyusup di dalam bus yang tengah dicari dua pihak yang terlibat pertikaian. Setiap dua jam sekali mereka mendapatkan teror atau sweeping dari pihak keamanan maupun gerakan separatis.
Film yang diproduseri oleh Darius Sinathrya dan Teuku Rifnu Wikana, Night Bus, kembali menghadirkan kejutan. Setelah teaser, kali ini trailer pertama film yang merangkum nuansa mencekam daerah konflik secara resmi telah diluncurkan.
Dalam trailer yang berdurasi 2 menit 11 detik ini menampilkan awal perjalanan menegangkan menuju Sampar yang harus ditempuh selama 12 jam. Sepanjang jalan, nampak sejumlah orang tengah berjaga-jaga lengkap dengan senjata di tangan mereka.
Gelapnya malam menjadi saksi bisu dari perjalanan yang menakutkan. Kala itu, bus tersebut dipaksa untuk berhenti. Masing-masing penumpang diperiksa begitu pula dengan identitas mereka.
"Dalam film Indonesia, saya rasa belum ada film yang seperti ini. Jadi setiap penumpang punya kisahnya masing-masing. Komedi situasinya juga terbangun, gak cuma teror," terangnya.
Teuku Rifnu Wikana ingin menyampaikan konflik penguasa apapun bentuknya selalu menuntut rakyat yang menjadi korban. "Saya ingin sampaikan melalui film Night Bus bahwa pertikaian itu akan membuat rakyat jadi tumbal. Salam kondisi teror harapan rakyat itu sederhana, selamat," paparnya.