Klub Brasil Diprotes Usai Rekrut Pesepakbola yang Bunuh Pacarnya

Henry Hens diperbarui 16 Mar 2017, 21:53 WIB

Fimela.com, Jakarta Klub sepakbola Brasil, Boa Esporte, mendapat protes keras setelah merekrut Bruno Fernandes. Pemain berusia 32 tahun itu memang bukan menjadi penjaga gawang utama tapi hanya pemain cadangan. Tapi bukan itu masalahnya. Fernandes adalah tersangka otak pembunuhan istrinya sendiri yang baru saja bebas dari penjara.

Seperti dilansir dari vice dan telegraph, Fernandes pada 2010 lalu membayar seseorang untuk menculik, menyiksa dan membunuh istrinya sendiri. Yang lebih sadis lagi, sebagian potongan jasad istrinya kemudian dijadikan makanan gerombolan anjing oleh pelaku. Setelah tujuh tahun dipenjara, pemilik nama lengkap Bruno Fernandes de Souza itu dikontrak oleh Boa Esporte, klub divisi dua liga Brasil.

Keputusan manajemen sontak mengundang kemarahan publik. Pegiat perempuan menyatakan tindakan Boa Esporte sangat tidak patut. Selain itu, tiga sponsor utama klub mundur, suporter khawatir hak siar televisi dicabut, dan sekelompok hacker meretas situs resmi klub sebagai tanda protes kerad atas sikap manajemen klub.

Kisah ini dimulai pada 2010 lalu. Fernandes menolak mengakui ayah dari anaknya yang saat itu berusia empat bulan. Tes DNA mengkonfirmasi kalau Fernandes memang ayah biologis dari Bruninho, yang merupkan hasil dari hubungannya dengan pacarnya, Eliza Samudio.

Saat pembunuhan terjadi, Samudio sedang dalam proses hukum untuk membuktikan kalau Bruninho memang darah daging Fernandes dan menuntut kiper itu memberi tunjangan bulanan. Pada 2013, pengadilan Brazil memutuskan bahwa Fernandes bertanggung jawab atas penculikan, pembunuhan, dan bersekongkol menghilangkan mayat Samudio. Bruno Fernandes dijatuhi hukuman 22 tahun penjara.

Namun ia kemudian dibebaskan setelah enam tahun karena aturan hukum di Brasil yang mengizinkan narapidana keluar penjara menunggu hasil banding di tingkat Mahkamah Agung. Meski begitu, Boa Esporte tetap ngotot merekrut Bruno Fernandes sebagai kiper cadangan.

Apa yang dialami oleh Bruno Fernandes mengundang kemarahan karena dia bisa mendapat banyak keleluasaan usai keluar dari penjara hanya karena dulunya seorang pesepakbola pria terkenal. "Kasus Bruno adalah produk dari sistem keadilan yang menghasilkan ketidaksetaraan gender," tukas Debora Dine, seorang tokoh feminis asal Brasil yang juga guru besar hukum pidana.

What's On Fimela